Selasa, 30 Oktober 2012

Bersandar ke Surga Satwa Bersayap yang Terancam Berganti Gelarnya


Melanjutkan tulisan sebelumnya (baca: Bakau Danareksa Hijaukan Rambut), berikut adalah catatan perjalanan salah satu peserta - Arintata

---
“Jam 6 pagi udah di Suaka Margasatwa Muara Angke, ya!” begitu isi sms dari kak Putri dan kak Sinta. Malem itu juga aku langsung puter otak. Satu hal yang ada di pikiranku saat itu. Cuma satu!! “Gimana caranya supaya aku bisa nyampe di pintu gerbang SMMA jam 6 pagi?” hemmmm gimana caranya dan aku harus berangkat jam berapa kalo mau nyampe tujuan tepat waktu. Pencerahan dateng saat tau kalo jadwal kerja papa saat itu pas banget bisa ngebantu aku! Papa hari itu masuk malem! Jadi otomatis papa bisa nganter aku ke tujuan pagi-pagi :D Masalah kendaraan selesai, masalah lain pun dateng. Papa gak tau jalan ke SMMA!! aku emang pernah ke Muara Angke siiiih~ tapi kali itu ke pelabuhan, bukan ke SMMA. Akhirnya aku dan papa memasrahkan diri dan mengandalkan sms direksi dari kak Putri.

By the way, aku disuruh ke SMMA ini dalam rangka menjalankan kelanjutan Urban Project kelompok ekosistem tengah yang hampir tidak terealisasi tepat waktu ini. Daaaaaaaaaaaaaan kemanakah ngejalanin projectnyaaa? Di SMMA? Ooooh jelas tidak~~ Aku dan temen-temen yang lain diajak jalan-jalan ke Pulau Rambut!!! Sekali lagi guys! PULAU RAMBUT!!! What a great news!!! Udah lama banget aku mau pergi ke pulau ini semenjak gue kenal dunia perburungan. Secaraaaa pulau ini disebut “surga para burung air dan burung migran” dan hal ini gak hanya diakui di Indonesia, tapi juga diakui dunia!! Hebat ya Indonesia punya “surga” :D

Sampailah aku di gerbang SMMA! Celingak-celinguk di depan gerbang nyari siapa yang udah dateng, ternyata aku yang paling tepat waktu saat itu!! Yang lain ternyata masih pada di jalan  -_- sebenernya si Tiara udah nyampe sebelum aku sampe, Cuma karena dia liat belum ada batang hidung siapa pun di sana, akhirnya dia memutuskan untuk sarapan dulu di persimpangan jalan. Sambil nunggu yang lain aku sekedar pengamatan tanpa binokular dan sekedar pasang kuping buat ngedenger dan ngikutin sumber suara si burung yang lagi nyanyi-nyanyi di pagi hari itu. Lumayan lah~ dapet beberapa spesies yang terbang sekelibatan kayak sekumpulan kerak kerbau(Acridotheres javanicus), punai gading (Treron vernans) dan blekok sawah (Ardeola speciosa) yang terbang ke arah SMMA. Sabar nunggu yang lain, akhirnya muncul batang hidung satu per satu dan kita pun langsung bergegas masuk ke dalem SMMA.

Sambil nunggu beberapa temen yang belum dateng aku, Tiara, Najib dan Al jalan-jalan ke area Suaka Margasatwa Muara Angke ini. Well, it’s my first time to do bird watchin' here! Sedikit memalukan sih, Cuma ya hal itu emang harus aku akui :$ laluuuu kita main main ke menara pengamatan yang letaknya kurang strategis karena kurang ke tengah kawasan SMMA, jadi kurang efektif untuk pengamatan. Pertama kali pengamatan di kawasan penuh mangrove kayak gitu bikin mata rada seliweran dan asing nyari-nyari burung yang emang cuma kedengeran suaranya atau gerasak-gurusuk pergerakannya. Tapi lumayan deh, aku bisa nemu kareo padi (Amaurornis phoenicurus) meskipun butuh perjuangan buat nemuin letak burung itu dimana ehehehe

Yang lain udah pada dateng! Langsung angkut barang-barang ke kapal, life jacket jangan lupa dipake demi keselamatan. Waktunya kita meluncur ke tujuan utama kita!!


Banyak banget yang aku dapetin di perjalanan selama ke Pulau Rambut ini. Nih beberapa gambar yang berhasil aku dokumentasiin :3

Ini satu hal yang unik yang aku temuin di perjalanan ke Pulau Rambut. Kampung nelayan!! Pertama kali nih aku ngeliat kampung nelayan ini :D
Pernah denger kalo Jakarta kepulauannya bertambah? Ini salah satu bukti kalau pulau di Jakarta bertambah!!!

PULAU SAMPAH!!
Ini salah satu kehebatan burung-burung yang ada di perkotaan. Mereka masih bisa tetap bertahan hidup meskipun habitatnya udah rusak. Hebatya mereka!! :D
Burung: Kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax)
Styrofoam, oh styrofoam.....
Wiiiiiih dara lautnya banyak bangeeeeet!!!! *awesome*
Phalacrocorax sp.
And finally
HERE WE ARE! WELCOME TO RAMBUT ISLAND!!!!!
Pulau Rambut adalah pulau dengan luas ± 45 ha untuk wilayah daratan dan ± 45 ha untuk wilayah perairan. Jadi luas Pulau Rambut secara keseluruhan ± 90 ha. Pulau Rambut udah termasuk kedalam area RAMSAR yang berarti bener-bener area yang dilindungin karena Pulau Rambut ini adalah salah satu habitat burung air dan tempat persinggahan burung-burung yang migrasi. Makanyaaaa izin untuk dateng ke pulau ini gak sembarangan. Harus bener-bener punya tujuan yang jelas karena takut habitat dan suasana area konservasi jadi rusak.

Gak beberapa lama kita istirahat, kita langsung ngumpul lagi buat mangroving bareng tim dari Danareksa. Kita briefing sebentar sebelum menuju ke TKP. 


Abis briefing sebentar, kita langsung menuju ke TKP! Perlahan-lahan menyusuri garis pantai. Dan, aku dan temen-temen dikejutin sama penemuan burung pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris) yang mati!!! :’’(

Rest In Peace, Little Black Cormorant (Phalacrocorax sulcirostris) :’’(
Burung-burung ini emang hebat, karena bisa bertahan di kerusakan ekosistem tempat hidupnya. Akan tetapi, cepat atau lambat burung-burung atau bahkan organisme lain akan mati saking tidak mampunya bertahan di kerusakan ekosistem yang sudah terlalu parah. Apa bukti konkrit kalau kawasan Pulau Rambut bisa dikatakan rusak meskipun kawasan ini disebut “surga burung”?


Selesai nanem berpuluh-puluh bibit mangrove, langsung terbersit harapan “semoga aja mangrove-mangrove yang aku dan temen-temen tanem ini bisa bertahan hidup ditengah kerusakan ekosistem yang tengah terjadi dan melaksanakan life job-nya dengan baik :)” 

Setelah selesai mangroving, aku dan temen-temen langsung jalan lagi untuk mengelilingi area Pulau Rambut. Disini nih waktunya menjalankan tugas!! :D puas-puasin deh pengamatan burung~
Pas jalan-jalan bareng memasuki kawasan konservasi, kak Edy yang jadi guide :p 


Salah satu cara yang efektif untuk pengamatan burung adalah naik ke menara pengamatan. Aku dan temen-temen juga gak mau kalah doooong~


Gak Cuma burung aja yang aku dan temen-temen temuin di “surga burung” ini. Kami juga nemuin reptil disana!! 

Ular cincin emas dan biawak.

Ini adalah sarang-sarang burung kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax)
Disini aku dan temen-temen juga nemu elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster) yang lagi soaring-soaring. Tapi sayang, gak aku potret karena emang lensanya gak nyampe -____- Aku juga nemu telur si Nycticorax nycticorax tapi aku lupa foto ._.

Perjalanan berakhir dan makan siang udah siap disantap! Menu makan siang ini didominasi sama menu-menu asal laut kayak ikan bakar, udang, cumi crispy yang rasanya enak-enak semua. Terakhir makan siang ditutup sama es kelapa yang makin nambah kenikmatan trip pulau kali ini.

Sumpah!!! Ini bener-bener trip yang seru parah!!! Gak nyesel banget deh dapet trip yang kayak gini :D
Emang sedikit timbul kekecewaan dan cambukan sih pas ngeliat keadaan beberapa titik pulau yang dipenuhi sampah terutama styrofoam yang kebawa ombak laut. Jadi makin sadar kalo kampanye dan sosialisasi perlu banget dilakuin buat paling enggak mengurangi produksi sampah, membiasakan diri untuk gak buang sampah sembarangan, dan ngeberentiin konsumsi si putih styrofoam ini. Kalo hal ini gak dilakuin, entah gimana nasib “surga burung” dan pulau-pulau lainnya di kepulauan seribu. Tentu kita gak mau doooong si “surga burung” ini berubah gelar jadi “gudang sampah”

--
Tentang Penulis
Arintata atau biasa dipanggil Tata adalah salah satu anggota Teens Go Green dan juga termasuk anggota Young Transformers TRASHI. Tata saat ini dipercaya sebagai Project Leader bagi kelompok ekosistemnya di Teens Go Green yang mengangkat tema mengenai Ruang Terbuka  Hijau dan keanekaragaman hayati di kawasan perkotaan Jakarta. 

Jumat, 26 Oktober 2012

Bakau Danareksa Hijaukan Rambut


Penghijauan merupakan kegiatan yang konsisten. Perlu komitmen dan tanggung jawab untuk melakukannya, bukan sekedar tanam lalu tinggal. Banyak yang tidak mengetahui prinsip dasar ini, sehingga upaya penghijauan jarang berhasil.

Briefing kegiatan sebelum masuk kawasan (Foto: Arinta Tata)
Sabtu (20/10/2012) rombongan yang terdiri dari Danareksa, TRASHI, Young Transformers dan Teens Go Green melakukan kunjungan ke Pulau Rambut. Pulau Rambut merupakan salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang merupakan kawasan konservasi.

“Pulau Rambut sebagaimana sudah dikenal sebagai habitat burung dan salah satu kawasan konservasi di Jakarta, juga sudah ditetapkan menjadi daerah Ramsar,” jelas Edy kepada rombongan. Kedatangan ke Pulau Rambut ini bukan hanya sekedar wisata, tapi juga melakukan aksi penanaman mangrove. Mangrove merupakan salah satu jenis tanaman yang mampu menahan laju abrasi pantai dengan akar kuatnya yang menghunjam tanah.

Rombonganpun disambut Buang, seorang penjaga Pulau Rambut. “Kita bisa lihat sendiri nanti hasil kegiatan penanaman yang sudah dilakukan sebelumnya”, kata Buang saat  bercerita tentang hasil penanaman yang telah dilakukan Danareksa sebelumnya.

Rutinnya perawatan pada mangrove yang ditanam tiga tahun lalu, kini mulai menunjukkan hasilnya. Di antara pohon-pohon mangrove yang mulai tua, kini sudah bermunculan deretean mangrove muda. Mangrove muda tersebut sedang bersiap menjadi penerus generasi sebelumnya untuk menjaga Pulau Rambut dari laju abrasi pantai yang kian cepat. Selain itu, rimbunan mangrove Pulau Rambut juga dimanfaatkan oleh beragam spesies untuk berlindung seperti kepiting, kelomang, burung pecuk serta kuntul.

Penanaman mangrove di Pulau Rambut ini merupakan kerjasama antara TRASHI dan Danareksa. Kegiatan penanaman yang dilakukan kali ini merupakan penanaman ketiga dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. 

Penanaman mangrove yang dipandu oleh Hendra dan Jaya, petugas penjaga Pulau Rambut ini nampak menantang, pasalnya peserta harus melalui jalan berlumpur untuk sampai di lokasi penanaman. Beberapa peserta penanaman yang baru pertama kali menanam mangrove di area berlumpur nampak menikmati kegiatan ini. Kapan lagi bisa merasakan bermain lumpur secara bebas kalau tidak di Pulau Rambut. 

Bermain di alam merupakan hal yang jarang ditemui di Jakarta, oleh karena itu kesempatan ini tidak disia-siakan oleh para peserta. Sebuah menara pengamatan setinggi 25 meterpun ikut dipanjat demi melihat surga burung yang terbentuk dari rimbunan mangrove. Inilah benteng pertahanan terakhir satwa liar Jakarta. Jika mangrove punah, apa lagi yang bisa diharapkan bagi kelestarian lingkungan kita? (Edy Sutrisno - TRASHI)

Senin, 15 Oktober 2012

Berburu Burung Endemik Jakarta: Harus Libatkan Anak Muda!


Berburu burung endemik Jakarta merupakan pekerjaan menantang layaknya kisah detektif Sherlock Holmes. Perburuan burung endemik yang didukung oleh Oriental Bird Club ini dilakukan oleh TRASHI dan Universitas Nasional. 

Diskusi dengan Ria Saryanthi di kantor Burung Indonesia
Sebelum berburu data di alam, kami harus menggali informasi lengkap dari para ahli burung. Senin (01/10/2012), TRASHI menemui Ria Saryanthi, kepala Program Konservasi Burung Indonesia. Menurut pendapat Ria, pelibatan pelajar merupakan cara yang tepat untuk mengajarkan semangat konservasi sejak dini. "Hasil survey perlu dibagikan ke sekolah yang ada di Jakarta" jelas Ria saat ditemui TRASHI di kantor Burung Indonesia. "Selain itu, pelajar juga terlibat aktif dalam upaya penyelamatan Bubut jawa dan Jalak putih. Keterlibatan mereka dapat dilakukan melalui kampanye serta melakukan kunjungan lapangan ke Muara Angke" pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, TRASHI juga berkunjung ke kantor Wetlands International-Indonesia Programme. Di kantor ini TRASHI diterima oleh Yus Rusila Noor, seorang staff senior bidang biodiversity. 

Berbicara tentang ekologi Bubut jawa dan Jalak putih lebih lanjut, beberapa pencatatan ilmiah sudah pernah dilakukan. “Jalak putih, saat ini dapat ditemukan di pantai utara. Keberadaannya tercatat di Pulau Dua sebanyak 2 individu. Wilayah sisi timur Jakarta seperti Muara Gembong hingga Indramayu tidak ada sama sekali" ungkap Yus saat berbagi data survey yang dilakukan Wetlands International. 

Yus menjelaskan juga bahwa jika dilihat dari sebarannya, keberadaan Bubut jawa ternyata bertolak belakang dengan Jalak putih. Jika di Pulau Dua kita dapat menemukan Jalak putih, ternyata tidak demikian halnya dengan Bubut jawa. Hasil survey sebelumnya menunjukkan bahwa Bubut jawa dapat ditemukan di kawasan Muara Gembong.

Senada dengan saran Ria, Yus menambahkan bahwa dalam kegiatan berburu burung endemik Jakarta ini perlu melibatkan selebritis serta pemilihan slogan yang mudah diingat. Strategi ini penting dikerjakan untuk memancing ketertarikan anak muda Jakarta terlibat aktif dalam upaya penyelamatan satwa liar. (Edy Sutrisno - TRASHI)

Minggu, 14 Oktober 2012

X-TRASHI: Wisata Edukasi Pulau Seribu

Pulau Seribu ada di mana ya? Wah.. kalau teman-teman muda Jakarta sampai salah jawab malu-maluin deh. Tahukah Anda, ternyata Kepulauan Seribu jumlahnya tidak mencapai seribu lho. Tepatnya hanya 342 buah pulau. 

Perahu commuter: digunakan untuk mancing sampai snorkeling


Pulau yang berada di gugusan Kepulauan Seribu ini, memiliki daya tariknya masing-masing. Salah satu pulau yang menarik untuk dikunjungi adalah Pulau Pramuka. Pulau ini merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Seribu. Walaupun sebagai pusat pemerintahan, suasana liburan di pulau ini sangat terasa.


Menyentuh saudara dekat bulu babi

Pada tanggal 4 dan 5 Oktober 2012, X-TRASHI melakukan berwisata ke Pulau Pramuka bersama teman-teman mahasiswa Universitas Veteran Nasional. Wisata ini berbeda dengan wisata pada umumnya. X-TRASHI alam progam wisata ini menyisipkan unsur pendidikan juga lho. Teman-teman yang ikut dalam paket program ini, bisa mencoba asyiknya snorkeling sambil menikmati keindahan ekosistem bawah lautnya, plus belajar tentang keunikan dan kehidupan mahluk bawah laut tersebut. Tidak hanya itu saja, dalam paket wisata edukasi tersebut, X-TRASHI menawarkan pengalaman unik mencicip sensasi makan bulu babi. 

Teman-teman yang mau mencoba serunya wisata edukasi X-TRASHI, silahkan hubungi Ilham Khoiri di 085772181847. Percayakan liburan berkualitas teman-teman hanya bersama X-TRASHI: berwisata edukasi jelajahi uniknya Kepulauan Seribu. (Ilham Khoiri-TRASHI)

Berburu Burung Endemik Jakarta


Pernahkah terbayang, di ruang terbuka hijau Jakarta yang hanya seluas 9,97%, kita masih bisa melihat burung langka yang tersisa? 

Jalak putih (Black-winged Starling). Foto: Ady Kristanto
Percaya atau tidak, di balik rimbunnya hutan beton Jakarta, kita masih dapat menemui dua jenis burung langka. Uniknya, kedua jenis burung ini secara alami hanya mendiami pulau Jawa saja, tidak ada di pulau atau bahkan negara lain. Kedua jenis burung tersebut adalah Bubut jawa (Sunda coucal) dan Jalak putih (Black-winged Starling).

Penasaran dengan sosok kedua burung langka ini? Berkunjunglah ke kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) di utara Jakarta. Jika sabar dan beruntung, kita akan berjumpa dengan kedua burung tersebut langsung di alam. Studi lapangan yang dilakukan Bird Life International tahun 2001 menunjukkan bahwa area persebaran Bubut jawa dan Jalak putih juga terdapat di Cengkareng dan Kebun Jeruk.

Keberadaan Bubut jawa dan Jalak putih di alam sampai saat ini masih menjadi misteri bagi kebanyakan penikmat dan pengamat burung Jakarta. Berapakah jumlah populasinya di alam bebas? Di mana saja area persebarannya? Serta masih banyak lagi pertanyaan lainnya yang perlu dibuktikan dengan data ilmiah di lapangan.

Dalam rangka mencari jawaban tersebut, TRASHI sampai satu tahun depan mengadakan survey dan menghitung jumlah populasi kedua burung tersebut di Jakarta. Studi populasi burung langka ini didukung oleh Oriental Bird Club dan dibantu Universitas Nasional. Kegiatan pengamatan ilmiah ini akan dikemas TRASHI menjadi kegiatan yang menarik dan layak diikuti oleh anak muda Jakarta. 

Jadi, jika kalian muda dan ingin melakukan kegiatan penelitian alam liar, mari bergabung bersama tim survey TRASHI. Banyak hal menarik yang bisa kalian dapatkan dalam kegiatan survey selama setahun ke depan. Tertarik terlibat? Tunggu tanggal mainnya. (Edy Sutrisno-TRASHI)