Rabu, 30 Januari 2013

Asian Waterbird Census 2013: hello Sunda Teal, nice to meet you!


Last Saturday morning (Jan, 26th 2013) my feet took me to Grogol bus station. Someone s waiting for me there while motorcyce taxi s bringing me. Panji, a younger kid from State University of Yogyakarta (UNY) who s doing it. Promise meet at 6 a.m, but yeah - i was late hahaha finally met at 8 a.m. From Grogol, we went to Muara Angke animal sanctuary in north jakarta. Traffic jam vs time for meeting point with others, oh please it s killing us softly! Running, we arrived at about 9.30 a.m, met Mas Ady Kristanto (Wildlife Photographer), Mas Hendra (Transformasi Hijau agent), and Choir (The National University - UNAS). Others re on their way - starting the census. Yep, we re here for doing the Asian Waterbird Census 2013!

Few minutes ahead, Choir and Panji + Mas Hendra and I start birdwatching at conservation forest area. Using 2 binoculars on Panji and Choir, a note book and a pocket camera on me, and a camcorder on Mas Hendra, we re working. Start at 9.35 and finish at 11.30, taking 2 hours at least, we got 25 specieses of birds! 12 specieses of waterbirds included, here they are with the numbers:
1. Ixobrychus sinensis | Yellow Bittern | Bambangan Kuning (3)
2. Ixobrychus cinnamomeus | Cinnamon Bittern | Bambangan Merah (1)
3. Ardeola speciosa | Javan Pond-Heron | Blekok Sawah (14)
4. Ardea cinerea | Grey Heron | Cangak Abu (1)
5. Bulbucus ibis | Western Cattle Egret | Kuntul Kerbau (7)
6. Butorides striatus | Striated Heron | Kokokan Laut (1)
7. Egretta garzetta | Little Egret | Kuntul Kecil (5)
8. Anhinga melanogaster | Oriental Darter | Pecuk Ular Asia (1)
9. Nycticorax nycticorax | Black-crowned Night-Heron | Kowak Malam Kelabu (5)
10. Amaurornis phoenicurus | White-breasted Waterhen | Kareo Padi (9)
11. Actitis/Tringa hypoleucos | Common Sandpiper | Trinil pantai (1)
12. Anas gibberifrons | Sunda teal | Itik Benjut (4)

Beyond the waterbirds, here the list of specieses we met  at the conservation forest area: 
13. Gerygone sulphurea | Golden-bellied Gerygone | Remetuk Laut
14. Alcedo coerulescens | Small Blue Kingfisher | Raja Udang Biru 
15. Orthotomus ruficeps | Ashy Tailorbird | Cinenen Kelabu 
16. Rhipidura javanica | Pied Fantail | Kipasan Belang
17. Treron vernans | Pink-necked Green-Pigeon | Punai Gading
18. Passer montanus | Eurasian Tree Sparrow | Burung Gereja
19. Acrocephalus orientalis | Oriental Reed-warbler | Kerak Basi 
20. Columba domestica | Domesticated Pigeon | Merpati
21. Artamus leucorhynchus | White-breasted Woodswallow | Kekep Babi
22. Streptopelia chinensis | Spotted Dove | Tekukur Biasa
23. Collocalia linchi | Cave Swiftlet | Walet linchi
24. Dendrocopos moluccensis | Sunda Woodpecker | Caladi tilik
25. Todirhampus chloris | Collared Kingfisher | Cekakak Sungai 

Unpredictable, we met the big Mudskipper (Periophthalmus sp.), we called in Indonesia  Ikan Glodok! Both Sunda teal and Mudskipper, I met for the first time! Amazing ^^ For Common Sandpiper, Panji and Choir met him, but I didnt - oh poor me I havent met him yet! :( But stupidly, I was laughing at Panji and Choir who re afraid of a dog we met hahahaha :D Mas Hendra and his camcorder enjoy making the video and talking to residents about their activity: plucking the Rhizopora sp.

Sunda Teal - forced zoom (copyright belongs to Eci)



Mudskipper - digiscoping (copyright belongs to Eci)


About 12 p.m we met the other teams. Gusti and Adam from UNAS, Dhany from University of Indomesia (UI), Kak Diaz from university that I m in - The State University of Jakarta (UNJ), and two other girls I havent known yet. Actually 1 more agent of this Asian Waterbird Census 2013 at Muara Angke animal sanctuary, Marsya from UI but she went home first after having the data. Combining the data from all the teams, the result is there are 15 specieses of waterbirds. It means, my team didnt get 3 specieses - Phalacrocorax sulcirostris, Egretta alba, and Gallinula chloropus. 

After having the total data, we concluded that Amaurornis phoenicurus / White-breasted Waterhen / Kareo Padi dominated the sanctuary and its around with 25 individuals. Ardeola speciosa / Javan Pond-Heron / Blekok Sawah took the 2nd place by its number for 21 individuals. 

Yeah, what a great day! Thanks for Transformasi Hijau, BBC UNAS, Diving Club UNAS, COMATA UI, CANOPY UI, KSP Macaca UNJ and ofcourse my pride KPB Nycticorax UNJ for giving this best experience, see you next on Asian Waterbirds Census or other conservationist's events.

Penulis: Eci Desi Ayu Triana 

Selasa, 29 Januari 2013

Ditemukan 97 Individu Burung Air di Angke

Asian Waterbirds Census tahun 2013 diikuti oleh TRASHI beserta para volunteer. TRASHI mengadakan sensus di 2 kawasan, yaitu Hutan Lindung Angke Kapuk dan Suaka Margasatwa Muara Angke.

"Pada sensus burung air tahun ini, TRASHI melibatkan para pengamat burung muda yang berasal dari Universitas Nasional, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta dan International Animal Rescue. Keterlibatan volunteer muda ini sangat membantu dalam proses pengambilan data di lapangan", terang Gusti Wicaksono, koordinator AWC TRASHI.

Briefing tim sensus AWC 2013
Gusti menambahkan, AWC tahun ini sangat menantang, pasalnya isu banjir besar yang akan terjadi di Jakarta sempat membuat teman-teman pengamat burung yang akan hadir harus membatalkan niatnya. Tapi ternyata, ada 10 orang yang tidak tergoda oleh isu banjir tersebut. Jika tidak ada isu tersebut, mungkin peserta yang terlibat akan sangat banyak seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Sensus berlangsung dari pukul 09.00 - 12.00 WIB. Selama sensus, para peserta melakukan pendataan dengan metode berjalan kaki di sepanjang jalur track yang ada di dalam kedua kawasan tersebut. Setiap bertemu dengan spesies burung air dalam proses susur track ini, jumlah individu dan jenis yang didapatkan dicatat, dan difoto untuk kemudian ditabulasikan ke dalam lembar isian pengamatan akhir yang telah disiapkan.

"Dari proses pengamatan, kami menemukan 97 individu. Spesies yang paling banyak dijumpai adalah Kareo padi sebanyak 25 individu. Jumlah spesies yang dijumpai paling sedikit adalah 1 individu, yaitu Bambangan merah dan Kuntul besar" terang Gusti saat menjelaskan data hasil sensus.

Sensus di Hutan Lindung Angke Kapuk

Saat melakukan sensus, kami sempat bertemu dengan seekor Bubut jawa, yang merupakan burung endemik Jakarta. Keberadaannya hanya tercatat di SMMA saja. Hasil penelitian yang pernah dilakukan, menjelaskan bahwa spesies ini hanya tersisa sekitar 4 - 6 individu saja di hutan mangrove ini, tambahnya.

Hasil sensus yang telah dilakukan ini, diharapkan dapat menjadi bahan acuan penyelamatan hutan mangrove yang tersisa di Jakarta. Sekaligus juga dapat menjadi media penyadaran kepada masyarakat luas untuk tidak memburu dan memelihara burung liar. Burung akan terlihat indah saat mereka berada di alam liar. Jadi mari kita peduli dengan keberadaan dan kelestarian burung-burung Indonesia, pesan Gusti. (Hendra Aquan - TRASHI)

Jumat, 25 Januari 2013

Januari, Bulan Sensus Burung Air

Pengamatan burung di lahan basah Ciliwung
melibatkan anak usia sekolah (Dok. Ady Kristanto)
Bulan Januari merupakan saat yang dinanti oleh para pengamat burung di seluruh dunia. Pada bulan ini, seluruh pengamat burung Asia - Pasifik melakukan kegiatan sukarela, yaitu Asian Waterbird Census (AWC). Pelaksanaan AWC secara serempak dilaksanakan pada minggu ke 2 dan 3 Januari. TRASHI beserta para relawan, akan melakukan sensus burung air ini pada 26 Januari 2013. 

Menilik dari sejarahnya, AWC ini digagas oleh Wetlands International. Sejak pertama kali dilakukan pada tahun 1987, AWC telah dilaksanakan di 24 negara yang tersebar di 5.700 lokasi serta melibatkan ribuan relawan pengamat burung.

AWC dilakukan untuk mengumpulkan informasi tahunan mengenai populasi burung air di lahan basah. Data yang diperoleh ini sekaligus menjadi dasar evaluasi lokasi-lokasi penting bagi pelestarian burung air. Data yang didapatkan, tidak hanya jumlah populasi terkini satwa berbulu ini, tapi juga menjadi gambaran kesehatan habitatnya. Jika tingkat gangguan dan ancaman di sekitar habitatnya sangat tinggi, bisa dipastikan jumlah dan jenis burung air yang ditemui akan semakin berkurang, ujar Ady Kristanto koordinator riset TRASHI.

"Dalam AWC tahun ini, kami akan menghitung meliputi semua jenis pecuk, pelikan, cangak, kuntul, pelatuk besi, paruh sendok, bebek, angsa, burung pantai migran, camar dan burung pemangsa yang berasosiasi dengan lahan basah" terang Ady saat memberikan detil teknis pelaksanaa AWC yang dilakukan oleh TRASHI dan para relawan. 

Disampaikan Ady, jenis-jenis burung air yang ditemui di lapangan kemudian dicatat dalam formulir yang telah tersedia dan dihitung jumlahnya. Informasi mengenai lokasi, peta, data pengirim serta informasi lain yang tercantum di formulir juga harus diisi dengan lengkap untuk memudahkan identifikasi data dan lokasi. 

"Data lapangan hasil survey AWC kemudian ditampilkan dalam berbagai laporan yang akan menjadi data pendukung bagi kegiatan konservasi di tingkat lokal hingga dunia. Penggunaannya bisa beragam, seperti data awal penelitian spesies serta kondisi ekosistem lahan basah. Data tersebut dapat dikembangkan menjadi upaya penyelamatan burung air dan habitatnya dalam berbagai bentuk, seperti kampanye peningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lahan basah yang dikerjakan bersama antara pemerintah dan organisasi lingkungan terkait seperti TRASHI, tuturnya. (Hendra Aquan - TRASHI)

Kamis, 10 Januari 2013

Belajar GPS, Selamatkan Burung Endemik Jakarta


Belajar GPS di laboratorium Universitas Nasional
Sabtu, 8 Desember 2012, sepuluh orang relawan yang tergabung dalam tim survey Bubut jawa dan Jalak putih kembali berkumpul. Survey tersebut didukung oleh Oriental Bird Club (OBC), dan sudah berjalan sejak Oktober 2012. Kali ini, tim relawan TRASHI ini berkumpul di laboratorium pusat Universitas Nasional. Pertemuan ini dilakukan untuk berbagi pengalaman serta menambah pengayaan keilmuan mengenai penggunaan Global Positioning System (GPS). 

"GPS merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menandai lokasi," jelas Arif Rifki, salah seorang anggota tim yang menjadi narasumber pelatihan. Arif menambahkan, bahwa dalam kegiatan survey ini, GPS digunakan untuk menandai lokasi-lokasi ditemukannya Bubut jawa dan Jalak putih. Koordinat lokasi yang sudah ditandai tersebut, nantinya dapat ditampilkan pada sebuah peta. Cara ini dapat membantu orang lain untuk mengetahui lokasi keberadaan satwa serta dapat digunakan untuk strategi pelestariannya, terangnya.

Pada sesi sharing tersebut, peserta selain belajar tentang cara penggunaan, pengenalan fungsi, dan bagian-bagian GPS, juga diikuti dengan praktek. Lokasi prakteknya masih berada di seputar laboratorium pusat Universitas Nasional. 

Sesi sharing materi ini dihadiri sejumlah relawan yang aktif dalam survey jenis burung endemik Jakarta ini. Mereka berasal dari beberapa kampus di Jakarta, seperti UIN, UNAS dan UNJ. Keterlibatan anak muda dalam proses pengumpulan data lapangan ini sangat membantu. selain untuk mengasah kemampuan mereka, juga untuk mempersiapkan generasi baru penyelamat burung endemik Jakarta. (Edy Sutrisno - TRASHI)