Rabu, 30 Maret 2011

Smile and Energy to Tohoku

TRASHI kembali melakukan event menarik. Menyusul bencana Tsunami da Krisis Nuklir di Jepang, TRASHI dan seorang volunteer di Jepang, Hoko Horii, sedang menggalang donasi kemanusiaan melalui kampanye unik dan menarik.

Kampanye kemanusiaan ini disebut sebagai Smile and Energy to Tohoku. TRASHI mengajak warga Jakarta, pengunjung Museum Fatahilah dan siapapun yang tergerak untuk melakukan Donasi Semangat dan Energi Positif bagi para korban di Tohoku.

Bagaimana cara berdonasi? Tidak perlu bingung. Teman-teman yang akan membantu program donasi kami, silahkan datang ke Lapangan Museum Fatahilah, berpose unik dan menarik, dan sampaikan semangat serta pesan positif Anda melalui puisi, lagu atau gerakan apapun yang menurut teman-teman lucu dan menarik. TRASHI akan dokumentasikan dalam bentuk video dan foto. 

Hasil rekaman dan foto yang sudah dikumpulkan akan kita kirim ke teman kita, Hoko Horii untuk kemudian dikirimkan ke Tohoku. Tidak susah bukan? Nah bagi teman-teman yang tidak bisa datang ke TKP, silahkan kirimkan foto, pesan dan video Anda ke email trashi.info@gmail.com atau bisa juga di tag di Facebook TRASHI: Transformasi Hijau.

Sampai jumpa di TKP tanggal 2 April 2011 dan mari berbagi Semangat dan Energi untuk saudara kita di Tohoku. Salam kemanusiaan!!

NB: Informasi lebih lanjut, hubungi Putri: 0856 4817 7747

Selasa, 29 Maret 2011

Selamatkan Air, Bersihkan Hutan Mangrove

Sabtu, 26 Maret 2011. Peringatan Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret setiap tahunnya, diperingati oleh Transformasi Hijau (TRASHI) dengan menggelar Aksi Mulung Sampah Hutan Mangrove (TRASH BUSTER). Kegiatan yang diinspirasi oleh tema peringatan Hari Air 2011, yaitu “Water for Cities”,  mengajak setiap orang untuk kembali peduli pada keberadaan sumber air dan kawasan pendukungnya di kawasan perkotaan. Salah satu kawasan yang menjadi sasaran Trash Buster adalah ekosistem hutan mangrove di Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA). Berangkat dari ide tersebut, TRASHI mengundang berbagai kalangan untuk berbuat sesuatu bagi kelestarian hutan mangrove. Aksi Trash Buster yang dilaksanakan Sabtu lalu cukup menantang berbagai kalangan untuk hadir dan terlibat dalam aksi sukarela ini.

Peserta yang hadir tidak hanya berasal dari Jakarta saja, tapi peserta yang tinggal di Tangerang, Depok dan Bogor juga ikut terlibat dalam kegiatan ini. Trash Buster dihadiri oleh 140 orang peserta yang berasal dari beragam latar belakang, antara lain:

  1. SMA N 32 Jakarta Selatan
  2. SMA N 50
  3. SMK N 56 Jakarta Utara
  4. SMK N 24
  5. SMK Mitra Buana
  6. SMK Mutiara Bangsa
  7. SD N Jati Pulo 08 Pagi
  8. Green Community Universitas Indonesia
  9. Teen Go Green
 10. Yayasan KEHATI
 11. BEM FMIPA Universitas Indonesia
 12. Join Society for Nature
 13. Save the Children
 14. Jakarta Birdwatcher Society
 15. Jakarta Green Monster
 16. Jerami
 17. KSP Macaca Universitas Negeri Jakarta
 18. Klub Otomotif Jakarta
 19. Karang Taruna Kelurahan Kapuk Muara Jakarta Utara

Dalam waktu sekitar 4 jam, peserta berhasil mengangkat 1.242 Kg sampah non organik dan eceng gondok. Sampah non organik seperti styrofoam, plastik berbagai bentuk merupakan salah satu ancaman non alamiah bagi pertumbuhan tanaman mangrove. Sampah ini masuk ke dalam hutan mangrove melalui sungai Angke. Berat sampah non organik yang berhasil dikumpulkan sebesar 446 Kg.

“Saya tidak menyangka ada kawasan yang hijau seperti ini di Jakarta. Undangan Trash Buster untuk melakukan aksi di tempat ini membuat saya tahu bahwa sampah merupakan ancaman serius bagi kelestarian lingkungan” ujar Didik Tohir peserta Trash Buster. “Melihat kondisi ini, saya mau mengundang teman-teman dari klub otomotif untuk berbuat sesuatu di kawasan ini sebagai aksi kepedulian lingkungan kami” tambah Didik di tengah-tengah aksi mulung sampah.

Di samping sampah plastik, enceng gondok sebagai tanaman air juga mengancam kelestarian hutan mangrove. “Komunitas enceng gondok saat ini sudah menutup perairan terbuka tempat burung air berburu. Jika kondisi ini dibiarkan akan mengancam kelestarian burung air yang hidupnya tergantung pada keberadaan ikan di kawasan ini. Oleh karena itu, saat ini saya dan teman-teman TGG beraksi untuk mengangkat enceng gondok ini dari SMMA” jelas Mahesa salah seorang penggiat Teens Go Green.

“Enceng gondok yang sudah dikumpulkan ini akan kami bawa ke RT 8 RW 4 Kapuk Muara untuk diolah menjadi briket. Kualitasnya enceng gondok sebagai briket cukup baik. Ini bisa menjadi bahan bakar alternatif warga Kapuk Muara” tambah Riki, Ketua Karang Taruna Kapuk Muara untuk diolah menjadi briket. Sedangkan, sampah plastik yang dikumpulkan karena sudah bercampur lumpur dan tidak dapat diolah, selanjutnya diangkut oleh Sudin Kebersihan dan kemudian dibawa ke TPA Bantar Gebang.

Trash Buster dapat terlaksana dengan adanya dukungan dari Danareksa, GEF SGP, Coca Cola, Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta, Kelurahan Kapuk Muara dan Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara. Melalui kegiatan peringatan Hari Air ini, TRASHI ingin menyampaikan pesan bahwa kepedulian warga Jakarta dan sekitarnya sangat dibutuhkan untuk menjamin kelestarian sumberdaya air yang makin menipis di perkotaan. Pengurangan produksi sampah adalah hal gaya hidup yang harus dilakukan oleh setiap orang untuk mengatasi masalah lingkungan ini.

Trash Buster 2011

Lima orang keluarga lingkungan BEM FMIPA UI berangkat menuju suaka margasatwa terkecil di Indonesia, Muara Angke. Kami berlima berangkat pada hari Jumat, 25 Maret 2011 pukul 19.30 dari Depok. Berangkat menggunakan KRL ekonomi, minibus, angkot dan berhasil sampai di tempat tanpa nyasar pukul 22.00. Sesampainya di sana, menunggu teman-teman panitia lain yang belum datang, kami berjalan-jalan di atas jembatan kayu menyusuri hutan mangrove. Sorot lampu membuat langit berwarna orange. Lampu-lampu rumah di pantai indah kapuk juga terlihat. Di ujung jembatan kami berlima duduk sambil bercengkrama hingga tengah malam. Di kelilingi pohon mangrove, beradai di atas air, ditemani hewan-hewan tak terlihat, suara jangkrik, monyet, dan deru angin. Esok kami membutuhkan banyak tenaga untuk membersihkan sampah-sampah di rawa, saatnya tidur di dalam wisma ramai-ramai.

Sabtu pagi yang indah dengan udara segar. Hutan yang gelap kini tampak terang, rimbun dan hijau. Sebelum acara Trash Buster dimulai pada pukul 08.00 panitia melakukan briefing dan survey lokasi. Memastikan jalan jembatan masih bisa dilalui. Kondisinya memang tidak seperti dua tahun lalu ketika aku kesana. Kayu-kayu melapuk dan bolong di beberapa bagian. Bang Suhud sebagai leader membagi tugas kepada kami menjadi PJ (Penanggung Jawab) di 5 titik yang sudah dibagi. Tugas kami adalah mengkoordinasikan dan mengarahkan teman-teman yang nanti akan membersihkan sampah.

Acara dimulai dan kami sudah berada di titik masing-masing. Sarung tangan plastik, serokan, jaring sampah, karung sampah, gerobak sudah didistribusikan di masing-masing titik. Anak-anak SMA yang sudah datang sejak pagi bersiap terjun ke rawa yang penuh dengan sampah. Dengan kaos acara World Water Day 2011 warna biru yang dibagikan oleh panitia menambah kekompakan semua orang yang datang. Satu, dua, tiga semua bekerja. Tidak hanya anak-anak SMA, ibu-ibu, bapak-bapak, mahasiswa, guru, anak SMP, dari berbagai kalangan yang peduli akan lingkungan hadir di acara ini.

Sampah memang menjadi masalah yang memprihatinkan disini. Akar-akar mangrove yang digunakan untuk bernapas terlilit oleh sampah plastik. Lama-lama pohon mangrove mati jika plastic-plastik itu tidak diangkat. Air tercemar, banyak enceng gondok yang tumbuh, terjadilah pendangkalan. Kami memisahkan sampah-sampah plastik dan organik. Dua jam berjibaku mengangkat sampah ke permukaan, memasukkannya ke dalam karung kemudian menimbangnya untuk dicatatat dan dimasukkan dalam truk pengangkut sampah yang sudah menunggu di depan.

Jangan sampai ekosistem mangrove harus mati karena kelalaian manusia menjaga lingkungannya. Negara kita ini indah, memiliki kekayaan alam yang melimpah, namun warganya sendiri jugalah yang merusaknya. Sungguh ironi. Acara ini tepat selesai pukul 12 siang. Kami membersihkan lumpur dengan air bersih dari PAM. Acara ditutup dengan pembacaan hasil sampah yang kami kumpulkan, yaitu 1000 kg (1 ton). Rasa lelah yang kami rasakan terbayar dengan pengalama luar biasa sehari semalam bersama teman-teman pecinta lingkungan. :)

Earth Hour60+ 2011

Sabtu 26 Maret 2011 lalu, akhirnya Earth Hour 60+ 2011 telah mencapai puncaknya. Acara dibuka oleh Fauzi Bowo Gubernur DKI Jakarta pada pukul 20.30 WIB. Hal ini merupakan tanda dimulainya aksi pemadaman listrik selama satu jam dari pukul 20.30-21.30 WIB di Balai Kota dan Air Mancur Bundaran HI bersama tim Champhion Earth Hour dan komunitas-komunitas di Jakarta. 

Earth Hour sendiri ialah suatu gerakan mematikan lampu selama satu jam untuk meredam pemanasan global. Karena bahan bakar utama pembuat listrik ialah batu bara yang sangat mencemari lingkungan dan menjadi salah satu penyebab pemanasan global "Global Warming". Jadi jika kita dapat menghemat penggunaan listrik, maka secara otomatis juga dapat mengurangi asap yang dihasilkan oleh batu bara dalam membuat listrik. Mengapa tahun ini dinamakan Earth Hour 60+, karena diharapkan usai mematikan lampu selama satu jam pada Sabtu kemarin, masyarakat Indonesia dapat tetap menghemat listrik dalam kehidupannya sehari-hari.

Acara Earth Hour tahun ini diadakan di Lima Kota Besar di Indonesia antara lain; Jakarta, Bandung, Jogja, Semarang dan Bali. Di Jakarta sendiri acara mematikan lampu selama satu jam ini dibagi ke dalam dua titik,yakni Balai kota dan Air Mancur Bundaran HI. Untuk di Air Mancur Bundaran HI dimeriahkan oleh komunitas-komunitas antara lain :

1.Komunitas Parkour Jakarta ( campaign dari Balaikota sampai Bundaran HI)  
2.Transformasi Hijau ( TRASHI )
3.Komunitas Sketsa Online
4.Komunitas Sepeda FIxie
5.Komunitas Sepeda Ontel Jakarta
6.Komunitas Sepeda BMX
7.Pramuka Museum Bahari.

Sedangkan Di Balai Kota sendiri tidak kalah ramai.  Dimeriahkan oleh Abang dan None Jakarta, Tasya dari Duta lingkungan, penampilan dari Nugie dan Katon Bagaskara yang membawakan lagu Bila Bumi Bisa Bicara dengan penyanyi solo Delon sebagai pembawa acara dan tentu pula Jakarta Fauzi Bowo sebagai Duta Earth Hour 60+ 2011.

Para undangan dan peserta yang menghadiri Earth Hour 2011 tersebut menyalakan lilin saat lampu Balai Kota dan Air Mancur Bundaran HI dimatikan pada pukul 20.30-21.30 WIB. Di Air Mancur Bundaran HI anak-anak muda dan komunitas-komunitas yang berikumpul mengii waktu 1 jam dengan berfoto bersama dan bercanda gurau.

Gerakan Earth Hour ini dilakukan serentak di berbagai negara di dunia antara lain; Australia, Kanada, Brazil, Perancis, Jerman, Italia, Afrika Selatan dan masih banyak lainnya. Kota Jakarta tahun ini berhasil menghemat listrik sebesar 170 mega watt (MW). Penghematan ini meningkat sebesar 50 MW dari tahun 2010, yang sebesar 120 MW (Rommy Lesmana).

Kamis, 24 Maret 2011

Ayo! Tunjukan Partisipasimu Menyelamatkan Cadangan Air Jakarta

TRASH BUSTER, Aksi Bersih Sampah dalam Rangka Hari Air Sedunia

Untuk segera disiarkan

Jakarta 26 Maret, 2011. Nongkrong di mall? Wah itu sih 2009 banget, hangout di hutan kota? Itu baru 2011, dijamin nggak bakalan ketinggalan jaman deh. Selain jadi tempat hangout, hutan kota juga jadi andalan cadangan air untuk kota Jakarta. Kenapa? Sebab hutan kota atau ruang terbuka hijau di Jakarta ibarat spons yang dapat menyerap air terus disimpan untuk cadangan musim kering. Coba bayangin kalo nggak ada ruang terbuka hijau, gimana kita mau dapat air waktu musim kering melanda.

Nah, salah satu hutan kota atau ruang terbuka hijau di Jakarta adalah Hutan Mangrove di kawasan Pantai Utara Jakarta yang luasannya kian hari kian menyusut oleh pembangunan. Saking menyusutnya, sisa hutan mangrove kita tinggal sebesar 265 hektar atau lebih gampangnya cuma seluas Mal of Indonesia yang ada di Kelapa Gading! Coba bayangin, luasan itu jadi andalan seluruh masyarakat Jakarta untuk cadangan air bersih, mana cukup?  Sedangkan 94 persen air tanah di Jakarta sudah tercemar dan cuma 54 persen warga Jakarta yang mampu beli air bersih.

Nggak cuma menyusut luasan, ancaman lain juga nggak kalah gawatnya adalah sampah! Setiap hari sekitar 1000 kg sampah nyangkut di hutan mangrove kita. Tahu nggak, berapa jumlah sampah yang dihasilkan warga Jakarta dalam sehari? Jangan kaget, produksi sampah kota metropolitan ini 6.663 ton atau 27.996 meter kubik per hari. Jika dalam dua hari sampah itu dikumpulkan, tinggi dan luasnya bakal setara dengan Candi Borobudur. Setengah jumlah sampah masuk ke Bantar Gebang untuk diolah, sisanya dibuang begitu saja ke sungai, tau sendirikan berakhirnya dimana? dan nyangkut di hutan mangrove dan ke laut.

Buat ngingetin kawan-kawan semua tentang pentingnya cadangan air dan sampah, Transformasi Hijau (Trashi) mengadakan TRASH BUSTER, yaitu aksi bersama bersih sampah di hutan mangrove Jakarta. “Aksi bersama ini bertujuan untuk menumbuhkan kepedulian warga Jakarta akan pentingnya perlindungan sumberdaya air dari tindakan yang berpeluang mencemarinya” ucap Hendra Aquan, TRASH BUSTER-TRASHI. Lanjutnya, kegiatan ini juga mengajak keterlibatan warga secara aktif untuk melestarikan hutan mangrove terakhir Jakarta.

Ingat ya, acara ini akan diadakan hari Sabtu, 26 Maret 2011 bertempat di Suaka Margasatwa Muara Angke mulai pukul 08-00-12.00 yuk langsung singsikan lengan baju dan tunjukan partisipasi kamu ikut peduli pada cadangan air bersih kita, manfaatnya buat kamu sendiri juga kan.

Acara ini juga akan dihadiri oleh komunitas-komunitas masyarakat seperti Teens Go Green (TGG), Jakarta Green Monster (JGM), Komunitas Jerami, Jakarta Birdwatcher Society, Rimbawan Muda Indonesia (RMI), Yayasan KEHATI dan banyak lagi. Aksi ini didukung juga oleh Danareksa, PT Coca Cola Indonesia dan GEF-SGP.

Penyelamatan hutan kota dan tempat cadangan air perkotaan merupakan tanggung jawab, kita, kamu, dan seluruh masyarakat Jakarta. Sudah saatnya kita menghormati dan menjaga sumber kehidupan kita, dan caranya nggak susah, bisa dimulai dari diri sendiri. Kepedulian kamu sangat dibutukan untuk menjaga kelestarian sumberdaya air Jakarta.

Informasi lebih lanjut hubungi

Hendra Aquan
Koordinator TRASH BUSTER-TRASHI
HP. 0815.7988. 053
Email: hendra.aquan@gmail.com


Transformasi Hijau (TRASHI) merupakan komunitas relawan yang bergerak pada isu pendidikan lingkungan dengan mendorong para generasi muda sebagai pemeran utama dalam upaya pelestarian lingkungan


Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi:
Blog         : www.transformasihijau.blogspot.com
Facebook : Transformasi Hijau
Twitter    : @trashicool
Email       : trashi.info@gmail.com

------------------------------------------------------------------
Catatan Editor

Ekosistem hutan mangrove yang dimiliki oleh Jakarta sebesar 265,1 hektar membentang dari Muara Angke hingga Kamal Muara. Kawasan ini terdiri dari Suaka Margasatwa Muara Angke SMMA) 25,02 hektar, Hutan Lindung Angke Kapuk (HLAK) 44,76 hektar, Tawan Wisata Alam Kapuk Angke (TWAKA) 99,82 hektar dan Hutan Ekowisata Tol Sedyatmo seluas 95,5 hektar. Keempat kawasan hutan mangrove tersebut merupakan ekosistem mangrove yang masih tersisa di sepanjang pesisir utara Jakarta.

Ekosistem mangrove berperan dalam menjaga keberadaan ekosistem daratan Jakarta dan juga ekosistem Teluk Jakarta. Namun peran penting ekosistem hutan mangrove ini semakin berkurang setiap tahunnya selain alih fungsi lahan yang terjadi juga disebabkan oleh pencemaran sungai yang mengalir di dekat kawasan. Penurunan kualitas air yang disebabkan oleh limbah cair domestik dan industri menyebabkan menurunnya kualitas air yang berada di dalam kawasan hutan mangrove. Kondisi ini semakin diperparah dengan masuknya berbagai jenis sampah yang menganggu pertumbuhan tanaman mangrove itu sendiri.

Rabu, 23 Maret 2011

Bagaimana Menuju Suaka Margasatwa Muara Angke?

Meskipun merupakan lokasi unik di Jakarta, namun banyak warga Jakarta yang meyakini bahwa di Muara Angke hanya ada tempat makan ikan bakar saja. Berikut ini beberapa cara untuk menuju ke Suaka Margasatwa Muara Angke.

Menggunakan Kendaraan Umum
1. Busway
Naik busway koridor 9 (Pinang Ranti - Pluit), turun di Halte Penjaringan. Cari angkot berwarna merah nomer B 01 jurusan Grogol - Angke. Turun di pintu gerbang Pantai Indah Kapuk. tepat di ujung Jl. Muara Karang, ditandai dengan Pizza Hut dan apartemen. Jalan kaki masuk ke Pantai Indah Kapuk, setelah menyeberang jembatan (sekitar 50 meter dari gerbang, di sebelah kanan Anda adalah Suaka Margasatwa Muara Angke. Ikuti jalan setapak di seberang kompleks ruko Meditarania Niaga, pintu masuk Suaka Margasatwa Muara Angke sekitar 300 meter dari jembatan.

2. Bus dari Terminal Grogol
Naik kendaraan apa saja yang berhenti di Terminal Grogol. Cari angkot berwarna merah nomer B 01 jurusan Grogol - Angke. Turun di pintu gerbang Pantai Indah Kapuk. tepat di ujung Jl. Muara Karang, ditandai dengan Pizza Hut dan apartemen. Jalan kaki masuk ke Pantai Indah Kapuk, setelah menyeberang jembatan (sekitar 50 meter dari gerbang, di sebelah kanan Anda adalah Suaka Margasatwa Muara Angke. Ikuti jalan setapak di seberang kompleks ruko Meditarania Niaga, pintu masuk Suaka Margasatwa Muara Angke sekitar 300 meter dari jembatan.

3. Bus dari Terminal Blok M
Naik bus Steady Safe Non AC No 37 Jurusan BLOK M - Muara Angke, ongkosnya cukup Rp. 2000. Bus ini umumnya gak sampai Muara Angke (sesuai info dari keneknya), tapi cuman sampai Megamal Pluit.
Dari Megamall Pluit dilanjutkan naik angkot dua kali, nomornya 11 warna merah, dengan ongkos Rp. 2000 turun di Jl Mandara. Dari situ naik lagi angkot warna merah yang melewati kawasan Pantai Indah Kapuk dengan ongkos Rp. 1000 turun di depan ruko Mediterania yang langsung berseberangan dengan pintu masuk Suaka Margasatwa Muara Angke.

Menggunakan Kendaraan Pribadi Roda Empat atau Lebih
1. Melalui Tol Dalam Kota
Ambil pintu keluar Pluit. Ikuti jalan melintasi Mega Mall Pluit. Lurus hingga masuk Jl. Muara Karang yang ditandai dengan perempatan dengan jembatan. Ikuti terus sampai ujung Jl. Muara Karang, ditandai dengan Pizza Hut dan apartemen. Belok ke kiri, masuk ke Pantai Indah Kapuk, setelah menyeberang jembatan (sekitar 50 meter dari gerbang, di sebelah kanan Anda adalah Suaka Margasatwa Muara Angke. Anda bisa parkir di kompleks ruko Meditarania Niaga, persis di seberang pintu masuk Suaka Margasatwa Muara Angke.

2. Melalui Tol Bandara
Ambil pintu keluar Pantai Indah Kapuk. Masuk dalam kompleks Pantai Indah Kapuk. Ikuti jalan yang menuju Mediterania. Anda bisa parkir di kompleks ruko Meditarania Niaga, persis di seberang pintu masuk Suaka Margasatwa Muara Angke.

Menggunakan Motor atau Sepeda
Dari arah Grogol, masuk ke Jl. Jembatan Tiga, ikuti hingga Jl. Jembatan Lima. Ikuti terus jalan utama sampai melewati Mega Mall Pluit. Lurus hingga masuk Jl. Muara Karang yang ditandai dengan perempatan dengan jembatan. Ikuti terus sampai ujung Jl. Muara Karang, ditandai dengan Pizza Hut dan apartemen. Belok ke kiri, masuk ke Pantai Indah Kapuk, setelah menyeberang jembatan (sekitar 50 meter dari gerbang, di sebelah kanan Anda adalah Suaka Margasatwa Muara Angke. Anda bisa parkir di kompleks ruko Meditarania Niaga, persis di seberang pintu masuk Suaka Margasatwa Muara Angke.

Catatan:
Warga sekitar Suaka Margasatwa Muara Angke mengenalnya dengan nama Cagar Alam. Jadi, jika Anda hendak bertanya, tanyakan di mana lokasi cagar alam.

Sumber info: http://jgm.or.id/v1/menuju-muara-angke/

Selasa, 22 Maret 2011

Aksi Tanam Bakau Bersama LSPR 4C

Sabtu, 19 Maret 2011. Berangkat dari rasa kepedulian untuk melestarikan lingkungan terutama mengurangi dampak perubahan iklim maka mahasiswa- mahasiswi London School of Public Relation (LSPR) dalam Climate Change Champion Community (4C) melakukan penanaman dua ribu pohon bakau di Kawasan Jalur Hijau Tol Sedyatmo, Pantai Indah Kapuk.Sebanyak dua ribu tanaman tersebut merupakan hasil kerjasama dengan Dinas Kehutanan DKI Jakarta dengan LPP Mangrove.

Kegiatan tersebut juga merupakan sebagian rangkaian dari peringatan Earth Hour yang hampir selalu jatuh pada minggu terakhir Maret setiap tahunnya . Earth Hour sendiri merupakan upaya penghematan energi dengan mematikan lampu selama 60 menit (1 jam) tepat pukul 20.30- 21.30 WIB baik di rumah maupun di perkantoran . Kegiatan Earth Hour inipun juga diselenggarakan oleh 90 % negara- negara di dunia, termasuk indonesia . Tujuannya bukan hanya untuk menghemat penggunaan listrik melainkan juga untuk menumbuhkan kesadaran atas perlunya tindakan terhadap perubahan iklim yang terjadi .

Penanaman bakau yang dilakukan LSPR 4C sendiri melibatkan sekitar 120 peserta . Mereka berasal dari President University, BEM FKG Trisakti, Universitas Paramadina, Transformasi Hijau ( TRASHI ), Koalisi Pemuda Hijau Indonesia ( KOPHI ), dan Lembaga Pengkajian dan Pengembangan ( LPP ) Mangrove . Namun Hanya 56 peserta yang hadir saat itu . Tak ketinggalan Miss Indonesia Earth 2010 turut datang meramaikan acara serta berbagai media pun ikut hadir meliput kegiatan penanaman ini .

Sebelum para peserta terjun ke lokasi penanaman bakau, para peserta terlebih dahulu di berikan penjelasan dan pembekalan dahulu dari ahlinya yaitu Achmad Faisal Siregar dan Khumaidi dari LPP Mangrove . Menurut Khumaidi, Ada langkah- langkah dalam menanam mangrove yaitu Pertama, siapkan ajir . Ajir bisa berupa kayu atau bambu, fungsi ajir sendiri sebagai tanda bahwa tanaman tersebut seragam . ajir juga berguna untuk menegakkan tanaman . Kedua, bibit bakau . Bibit yang sudah dilengkapi dengan tanah dan dilapisi plastik hitam tidak perlu dilepas melainkan lansung ditanam dan diletakkan di sebelah ajir . Bibit yang dipakai kali ini berjenis Rhizophora apiculata (bakau) " Ucap Khumaidi ". Sementara Achmad Faisal Siregar menjelaskan bahwa mangrove bermanfaat sebagai penahan gelombang, angin dan tsunami . 30 batang per 100 meter bujur sangkar dengan lebar 200 meter bisa mereduksi 50 persen tsunami .

Usai mendapat penjelasan, rombongan baru berangkat menuju lokasi penanaman yang tidak jauh dari tempat pembekalan dari bapak- bapak LPP Mangrove tadi . Sesampainya di lokasi penanaman terlihat keantusiasan dari para peserta yang meski kebanyakan dari mereka berdandan rapi, namun mereka tak sungkan- sungkan berbasah- basahan dan bermandi lumpur di lokasi penanaman . Mereka juga saling bergotong royong melakukannya, terbukti sebanyak dua ribu bakau mereka estafetkan ke anggota rombongan yang berada di lahan penanaman. Banyak pula beberapa di antara mereka mengabadikan kegiatan mereka dengan berfoto. Setelah bakau tertanam seluruhnya, rombongan tak khawatir untuk membersihkan diri karena sudah disediakansatu truk air untuk bersih- bersih.

Kegiatan LSPR 4Cdalam memperingati Earth Hour tidak berhenti sampai di sana karena masih ada acara puncak yang akan dilaksanakan pada 26 Maret mendatang . Sejumlah agenda telah mereka siapkan di antaranya seminar mengenai lingkungan hingga pelaksanaan Earth Hour yang akan dihadiri oleh berbagai kalangan (Juliana Priscilla Dewi-Volunteer TRASHI).

Senin, 21 Maret 2011

TRASH BUSTER: Mulung Sampah Hutan Mangrove

Transformasi Hijau (TRASHI) memperingati Hari Air Sedunia 2011 dengan mulung sampah di hutan mangrove terakhir Jakarta. Kegiatan mulung sampah ini dinamakan TRASH BUSTER dan didukung oleh GEF SGP, Coca Cola dan Danareksa.

Apa hubungan mulung sampah di hutan mangrove dengan peringatan Hari Air? Tema peringatan Hari Air 2011 adalah "Water for Cities." Tema ini bermakna bahwa kita perlu melakukan perlindungan bagi sumber air perkotaan. Tidak hanya perlindungan tapi juga harus memperhatikan unsur pengelolaan ramah lingkungan.

Jakarta sebagai kota besar memiliki masalah serius dengan sumberdaya air. Sumber air permukaan seperti sungai dan situ sudah tercemar dengan beragam jenis pencemar baik dari limbah industri maupun rumah tangga. Mulai dari limbah cair maupun sampah yang padat. Rusaknya sumberdaya air ini mengancam kebutuhan konsumsi warga pada air bersih yang layak.

Melihat kondisi ini, TRASHI mengajak warga Jakarta untuk melihat hasil kerusakan lingkungan yang sudah dimulai dari hulu sungai. Pencemaran Ciliwung yang berawal di Bogor, melintas melalui Depok dan berakhir di Teluk Jakarat membawa beragam jenis zat pencemar. Beberapa diantaranya ada yang mampir di sela-sela ekosistem hutan mangrove Jakarta.

Kawasan hutan mangrove ini memiliki peran penting dalam menjaga daratan utama dari abrasi, menyaring air sebelum masuk ke Teluk Jakarta serta memberi perlindungan bagi telur-telur binatang laut. Tingginya kerusakan yang dialami oleh hutan mangrove oleh sampah dan limbah cair ini akan membawa kerusakan juga bagi Teluk Jakarta. Tidak itu saja, fungsi kawasan ini sebagai wilayah resapan banjir akan tidak berfungsi maksimal.

Perlindungan sumberdaya air harus dimulai dari sumbernya. Pencegahan dan berpikir kembali saat membuang sampah merupakan solusi yang tepat. TRASH BUSTER yang dilakukan ini lebih sebagai pengingat, bahwa ketika warga Jakarta tidak peduli pada kesehatan sungainya, maka kita tidak akan melihat hutan mangrove lagi di pesisir utara Jakarta. Selamat memperingati Hari Air Sedunia 2011.

Informasi TRASH BUSTER kunjungi: Mulung Sampah Hutan Mangrove

Danareksa Sekuritas dan ORI Tanam Mangrove di Pulau Rambut

Sabtu, 19 Maret 2011, Danareksa Sekuritas dan ORI melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan melakukan aksi penanaman 5000 bibit mangrove di Suaka Margasatwa Pulau Rambut. Kegiatan yang dikemas dengan santai dan edukatif ini diikuti oleh 40 orang yang terdiri dari staf Danareksa Sekuritas - ORI beserta keluarga.

Kegiatan ini menjadi salah satu media pembelajaran bagi anak-anak untuk mulai mencintai lingkungan sejak usia dini, ujar Setyo salah satu peserta penanaman ini. Lokasi penanaman mangrove sengaja dilakukan di Pulau Rambut, karena kawasan ini merupakan kawasan perlindungan bagi beberapa jenis burung air yang mulai terancam punah di pesisir utara Jakarat. Beberapa jenis burung tersebut antara lain Bangau bluwok dan Elang laut.

Steva (5 tahun), salah seorang peserta penanaman yang masih duduk di bangku TK menuturkan dengan lugas, bahwa ini adalah kali pertama dia bermain di hutan dan rawa mangrove. Pengalaman pertamanya ini sangat berkesan dan membuatnya takjub karena bisa melihat burung di habitat aslinya dari dekat. Walaupun menjadi peserta terkecil, itu tidak menyurutkan semangatnya untuk ikut berendam lumpur saat mengikuti rombongan orang tua yang berjalan menuju lokasi penanaman.

Kepedulian kita pada lingkungan dapat diwujudkan dalam berbagai cara. Pengenalan lingkungan sejak usia dini dapat membentuk jiwa ramah dan cinta lingkungan bagi penerus kita, ujar Ahmad Suwandi board Transformasi Hijau.

Kamis, 17 Maret 2011

Merayakan Ulang Tahun di Bantaran Ciliwung

Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Bogor merayakan ulang tahun yang ke 2 pada tanggal 14 Maret 2011. Dalam rangka memperingati hari jadi ini, Komunitas KPC Bogor melakukan serangkaian kegiatan pada Sabtu, 12 Maret. Rangkaian kegiatan ini bertepatan dengan jadwal kerja Laskar Karung, yang jatuh setiap hari sabtu.

Acara selamatan diadakan di tepian ciliwung di Perumahan Kedung Badak Baru (seberang intake PDAM Tirta Kahuripan). Kegiatan dimulai pada jam 8 pagi dengan mulung sampah selama 2 jam. Jenis sampah yang dikumpulkan adalah sampah anorganik seperti sampah kemasan plastik, botol beling, STYROFOAM, kain, sepatu hingga bekas mainan anak-anak.

Jumlah sampah yang berhasil dikumpulkan cukup banyak meskipun kegiatan ini hampir dilakukan setiap minggunya. Orang bilang pekerjaaan ini seperti "menguras air laut", yang terkesan sia-sia dan bodoh ataupun seringkali dianggap gila.

Hanya idealisme dan tekad para Laskar Karung lah yang membuat mereka bertahan dengan segala keterbatasan daripada cuman berkeluh kesah dengan kondisi sungai Ciliwung yang kian memburuk setiap harinya.

Melalui kegiatan mulung ini, diharapkan bisa menjadi shock therapy bagi para pembuang sampah. Selain itu juga bisa memberi teguran halus untuk para pihak berwewenang yang belum menjalankan tugas mereka sebagaimana mestinya.

Seusai mulung, acara berlanjut dengan lomba mengumpulkan biota sungai yang bisa digunakan sebagai bioindikator pencemaran air sungai. Lomba ini dipandu oleh teman-teman mahasiswa IPB.

Dari lomba pengumpulan biota sungai ini, peserta berhasil mendapatkan larva serangga, lintah, cacing sutra, kepiting sungai, nimfa serangga air, dan berbagai jenis ikan seperti wader dan sapu-sapu. Tidak terbayang bukan, bahwa di sungai yang sudah tercemar ini kita masih bisa menemukan beragam makhluk hidup. Bagaimana jika sungai itu jernih dan bersih? Pasti lebih banyak biota yang akan mampir.

Untuk mengetahui tingkat pencemaran sungai, peserta menggunakan tabel penghitungan hasil sampel biota yang berhasil dikumpulkan dari sungai. Di sini kita diajarkan bagaimana cara pengukuran tingkat pencemaran dengan bantuan tabel jenis serta jumlah biota sungai yang berhasil dikumpulkan.

Walaupun hadiah "belum jadi", peserta terbukti sangat antusias mengikuti lomba ini. Kegiatan ini tidak berhenti sampai di hadiah saja, tapi ke depannya diharapkan lebih banyak anak-anak sekolah yang bisa terlibat, sehingga mereka boleh belajar dan mencintai sungai mereka.

Kegiatan ditutup dengan penanaman pohon di bantaran sungai, serta acara bebas ngopi , ngobrol dan diskusi di bantaran sungai yang rindang. Asyik dan nikmatnya bisa hidup bercengkrama di tepi sungai yang telah dibersihkan. (Sudirman Asun – Jakarta Glue)

Minggu, 06 Maret 2011

Awalnya adalah Sebungkus Permen, Tapi…

Sungai yang mengalir di Jakarta merupakan tempat sampah kedua selain Bantar Gebang. Lihatlah ke 13  sungai yang mengaliri Jakarta pasti dijejali oleh sampah warganya siang dan malam. Jenis sampahnya pun sangat beragam, mulai dari limbah rumah tangga sampai limbah industri. Semua bercampur menjadi satu. Saking banyaknya, jumlah sampah yang masuk diperkirakan mencapai 27.000 meter kubik atau setara dengan volume sebuah candi Borobudur dalam waktu 2 hari.

Sampah yang selama ini kita lihat ringan, seperti sebungkus permen, sekantong tas plastik, sebotol air kemasan, namun jika semua warga Jakarta membuang jenis yang sama, maka bisa dibayangkan berapa banyak sampah yang akan menumpuk. Sampah tersebut kemudian mengendap di Teluk Jakarta, menyebabkan pendangkalan serta penurunan kualitas air di perairannya. Kondisi ini memaksa nelayan Jakarta untuk mencari ikan di wilayah yang lebih bersih dari pencemaran. Tidak hanya di wilayah terluar Jakarta bahkan sampai perairan Sumatra karena kondisinya yang relatif bersih dibandingkan dengan perairan Jakarta.

Untuk membuktikan sejauh mana sampah penduduk kota telah mencemari Teluk Jakarta, silahkan berwisata ke Kepulauan Seribu. Di pantai-pantai yang disinggahi pasti akan terlihat secuil benda yang kerap kita gunakan di rumah dan seharusnya tidak berada di pesisir pantai yang bersih.

Sebaran sampah yang terbawa oleh arus laut dan terdampar di Kepulauan Seribu merupakan bukti bahwa sampah tidak akan lenyap dalam waktu singkat. Banyaknya jenis sampah plastik semakin memperburuk kondisi ini. Tidak hanya keindahan pantai yang terganggu, tapi juga kehidupan hewan liar yang tergantung pada laut semakin terancam.

Keberadaan sampah plastik bisa menjebak ikan atau burung dan bisa berakibat kematian. Sampah kini sudah menjadi teroris bagi lingkungan. Rantai makanan ekosistem laut akan terganggu, nelayan akan susah mencari nafkah, keluarga nelayan dan penjual ikan tidak mampu lagi membiayai hidup. Sebuah lingkaran sebab akibat yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Sungguh mengerikan...

Dari beberapa penuturan orang tua yang tinggal di muara sungai Angke mengungkaplan bahwa kondisi sungai tersebut pada tahun 1970 – 1980an sangat baik. Pak Musa (70 tahun )seorang sesepuh Kapuk Muara menceritakan bahwa warga  bisa mencari ikan dengan mudah, air bisa langsung diminum, dasar sungai terlihat dan air terasa segar. Namun kondisi saat ini sangat memperihatinkan. Sungai yang berwarna hitam dan berbau, tumpukan sampah yang mengalir, sungai yang dangkal merupakan pemandangan yang kerap dijumpai di tepian sungai Angke.

Ibu Ida (54 tahun) seorang anggota Komunitas Seven Moms bercerita bahwa warga Kapuk Muara kini menyadari bahwa membuang sampah ke sungai akan membawa dampak buruk bagi lingkungan. Kualitas air sungai yang buruk akan mempengaruhi kualitas air tanah yang dimiliki warga.Dari beberapa lokasi sumur, Nampak airnya berbau dan berwarna hitam pekat. Buruknya kondisi air tanah ini, membuat warga Kapuk Muara kini hanya mengandalkan air PDAM untuk mandi serta konsumsi.

Kualitas air sungai dan air tanah yang buruk di Kapuk Muara ini sering dikeluhkan warga yang tinggal di tepian Kali Angke. Agar terlepas dari kondisi lingkungan yang tidak sehat ini, mereka bertekad untuk memulai hidup ramah lingkungan dengan mengolah sampahnya dan melakukan kampanye “banjir tanpa sampah”.  Berangkat dari komitmen tersebut, Ibu Ida besera teman-temannya yang tergabung dalam Seven Moms mengkampanyekan gaya hidup ramah sampah. Untuk membuat warga tertarik pada ide ini, mereka menggunakan slogan “Sampah adalah harta yang tertunda”.  Tergerak oleh himbauan ini, kini beberapa warga mulai mengubah perilakunya dalam mengelola sampah.

Pengalaman di atas merupakan tindakan nyata yang bisa dilakukan oleh warga tepian Kali Angke untuk menyelamatkan lingkungan dan manusia. Sebuah tindakan yang sederhana dengan tidak membuang sampah ke sungai ataupun membakarnya. Sampahyang dikumpulkan kemudian diolah secara layak. Beberapa bisa menjadi wujud barang yang menarik dan bisa memperpanjang usia pakainya sebelumnya akhirnya akan menjadi sampah.

Di balik semua ini, yang paling mendasar adalah mengubah pola pikir dan kebiasaan kita dalam mengelola sampah. Kepedulian sekecil apapun yang diikuti dengan sebuah tindakan akan memberikan dampak yang luar biasa dibandingkan ide yang sempurna tapi tidak pernah dilakukan. Menyambut Hari Air 2011 ini, apa komitmenmu untuk lingkungan kita? (Ahmad Fadilah – Ichay)

Kamis, 03 Maret 2011

Climate Change: Our Mindset Leads Our Behaviour

"Ice asks no questions, presents no arguments, reads no newspapers, listens to no debates. It is not burdened by ideology, and carries no political baggage as it crosses the threshold from solid to liquid. It just melts.”

Climate change atau perubahan iklim merupakan isu besar yang sedang menghantui kehidupan manusia di muka bumi. Meskipun mengancam kehidupan kita (manusia) sendiri, lebih banyak orang yang menganggap remeh dan skeptis terhadap penanggulangannya daripada yang peduli dan beraksi. Quote di atas dari Dr. Henry Pollack, seorang Profesor Geofisika dari University of Michigan, merupakan jawaban yang pas bagi orang-orang tersebut.

Pada dasarnya, perubahan iklim dipengaruhi oleh faktor alam dan faktor manusia. Namun jika diakumulasi, aktivitas manusialah yang berperan lebih besar. Dunia mengalami pemanasan global sejak lahirnya era industri pada abad ke -18 di mana penggunaan bahan bakar fosil menjadi tidak terkendali. Adanya penawaran dari produsen, disambut permintaan konsumen serta investor, terjadi terus-menerus dan semakin berkembang tanpa memperhitungkan dampak terhadap alam.

Bila dianalogikan, iklim seperti halnya teman bagi manusia. Jika kita berkelakuan baik diapun akan baik kepada kita; juga sebaliknya. Sayang, masih banyak di antara kita yang menganggap segala hal di muka bumi ini ada untuk kita manfaatkan sebesar-besarnya. Paradigma itulah yang harus kita ubah. Bagaimana dengan “manusia membutuhkan alam, begitupun alam terhadap manusia”? Lebih baik dan netral, bukan?

Kita sebagai manusia membutuhkan alam; Bumi, sebagai tempat tinggal. Karena tidak ada lagi tempat untuk kita bila Bumi ini benar-benar tidak dapat ditinggali. Tetangga kita, Venus, jauh lebih panas daripada Bumi (+855 derajat Fahrenheit). Sedangkan Merkurius, tidak memiliki atmosfer sama sekali. Bagaimana nasib generasi kita selanjutnya-atau bahkan nasib kita sendiri-bila Bumi pun semakin panas?

Untuk itu sebagai orang yang tidak egois, seharusnya kita bisa bertingkah laku lebih bijaksana dalam menyikapi climate change. Hal utama adalah mengubah pola pikir. Bila di kepala kita sudah tertanam bibit-bibit sadar dan care terhadap lingkungan, tinggal kita melakukan adaptasi dan mitigasi dalam kehidupan sehari-hari. Semua orang dari berbagai kalangan bisa turut andil kok. Tidak hanya para intelektual, pembuat regulasi (pemerintah) dan orang-orang 'penting' saja. Karena seyogyanya, pemicu dan dampak perubahan iklim berasal dan dirasakan semua orang. Contoh: ibu rumah tangga. Harga sembako dan kebutuhan pangan tidak ada pasokan, harga melambung tinggi, dan lainnya. Perubahan iklim turut berperan dalam kasus ini. Cuaca yang berubah secara ekstrem, tidak bisa diprediksi dan tidak sesuai musim membuat petani kehilangan arah dalam kegiatan bertani mereka. Hasilnya? Gagal panen.

Maka diperlukan penanggulangan dan untuk bagian sederhananya, terapkan saja easy green living di rumah dan kehidupan sehari-hari. Menyisihkan lahan untuk menanam tumbuhan, membuat biopori, menghemat energi di rumah dan banyak lagi. Asal jangan berkoar-koar "go green” tapi setiap hari rambut selalu dipakaikan hairspray. Sama juga bohong.

Menjadi kreatiflah karena itu yang kita perlukan untuk memerangi masalah perubahan iklim ini. Pengaruhilah orang-orang terdekat dan semua yang Anda kenal untuk merubah pola pikir mereka. Setiap dari kita punya potensi untuk berubah dan membawa perubahan, loh. Jangan anggap remeh diri sendiri.

Terakhir, selalu ingat: hukum tabur-tuai itu eksis, kawan! (Claudia Von Nasution)

Selasa, 01 Maret 2011

DeforestAction: Project Borneo

Be in a 3D Action Movie!
DeforestAction: Project Borneo


Submissions (open):
Dec 4, 2010

Submissions (closed):
Mar 18, 2011

We're looking for ten amazing young leaders to spend five months in Borneo to implement the DeforestACTION project in the jungle and connect with the world though the web, providing updates for millions of students across the globe who are responsible for driving, developing and owning the project.

TakingITGlobal is working together with Microsoft Partners in Learning on DeforestACTION, a global action project involving students from around the world in protecting the world's forests. We've teamed up with acclaimed conservationist Dr. Willie Smits and Orangutan Outreach to develop a project that will save endangered rainforest and orangutans, create awareness about the destruction caused by deforestation, restore a full forest eco-system and provide a sustainable livelihood for the local community. The project will also create the world's largest and most technology rich orangutan sanctuary on earth.

Award-winning production company Virgo Productions is developing a 3D feature documentary about the project in collaboration with National Geographic Entertainment. Shooting will take place over five months in Borneo, commencing in June 2011. Cathy Henkel, (The Burning Season, The Man who Stole my Mother’s Face) will produce and direct Project Borneo 3D: An Action Movie, to be shot by acclaimed cinematographer Don McAlpine (Moulin Rouge, Romeo + Juliet, Wolverine) and Paul Nichola (Cane Toads: The Conquest 3D).

How to apply:

Simply submit a 90 second clip telling us:

- Your name and where you're from
- What deforestation mean to you?
- Why do you want to save forests and orangutans?
- How have you been passionate about protecting the planet?
- Why you should be in a 3D movie and TV series?
- Your video clip must include a reference or link to the URL - www.deforestaction.com

You must be between 18-35 to be eligible.

Your clip needs to be creative, interesting and dynamic. The more hits, interest, votes and media coverage you create around your clip, the more we'll take notice! Need help editing your video? Get Windows Live Movie Maker 2011 for free through the link below: http://explore.live.com/windows-live-movie-maker

Further information: http://gg.tigweb.org/tig/deforestaction/

Young Green Leaders Award 2011

Kamu masih SMA? Peduli dengan lingkungan? Ingin berprestasi?

Ikuti:
 "Young Green Leaders Award 2011"


Ini adalah acara yang diselenggarakan oleh Young On Top (twitter: @YoungOnTop), GARUDA Youth Community (twitter: @GYCforChange), Green Radio 89,2 FM dan turut berencana melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup dan British Council untuk mencari PELAJAR SMA yang peduli dengan masalah lingkungan dan tertantang untuk mengikuti program "Young Green Leaders 2011".

Pendaftaran untuk mengikuti event Young Green Leaders sudah dibuka. Pendaftaran diperpanjang hingga 5 Maret 2011.

Syarat dan ketentuan peserta :
1. Merupakan SMA negeri/swasta yang berada di kawasan Jabodetabek
2. Anggota tim terdiri dari 3 orang dengan 1 pembimbing
3. Mengisi form registrasi online di --> http://bit.ly/e1i4kw

Berikut tahapan programnya:
Tahap 1 -> Roadshow ke sekolah dan seleksi awal
Tahap 2 -> 10 Tim terbaik akan diundang mengikuti CAMP 2 hari 1 
                    malam
Tahap 3 -> Kompetisi: Implementasi gagasan/ide di sekolah masing2
Tahap 4 -> Penganugerahan (Awarding) bagi 3 Tim TERBAIK


3 Pemenang terbaik akan mendapatkan :
Juara I : Uang Tunai (Pembinaan) sebesar Rp 5.000.000,- + Trophy + Sertifikat
Juara II : Uang Tunai (Pembinaan) sebesar Rp 3.500.000,- + Trophy + Sertifikat
Juara III : Uang Tunai (Pembinaan) sebesar Rp 1.500.000,- + Trophy + Sertifikat

Ok! tunggu apa lagi segera daftar sekarang juga.

be Young Green Leaders!