Selasa, 17 September 2013

Penyelam Bersihkan Sampah Kolam Patung Kuda

Kampanye publik untuk mengajak warga Jakarta
mengurangi sampah (foto: Yusuf Aprianto)

Transformasi Hijau kembali eksis di dunia kampanye lingkungan. Kali ini TRASHI eksis bareng Green Smile untuk kampanye tentang sampah di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Kampanye publik ini dilakukan di Bundaran Hotel Indonesia pada tanggal 15 September 2013.

Dalam rangka persiapan kampanye tersebut, pada tanggal 12 September diadakan persiapan di sekretariat Green Smile di Bendungan Hilir. Pada pertemuan itu dijelaskan tentang teknis pelaksanaan kampanye. Skenario kampanye itu adalah para peserta berjalan dari depan gedung UOB sampai Bundaran Patung Kuda. Awalnya rute perjalanan tersebut dirancang hanya sampai di Bundaran HI dan kemudian dilakukan aksi penyelaman di kolam air mancur 2 orang penyelam profesional untuk mengambil sampah di dalamnya. Menyelam di kolam air mancur ini merupakan kampanye publik bahwa kondisi lingkungan Jakarta saat ini sudah dipenuhi sampah. Tidak hanya di darat saja, serangan sampah ternyata sudah menyebar hingga ke perairan Kepulauan Seribu. Salah satu pulau yang terkena dampak bencana sampah yaitu Pulau Pramuka. Menurut perhitungan, hanya dalam 2 hari sampah Jakarta setara dengan Candi Borobudur. Sungguh miris mendengarnya namun itulah kenyataannya.

Pada hari pelaksanaan (15/09), aksi menyelam tidak bisa dilakukan di kolam Bundaran HI. So, penyelamanpun dipindah ke Bunderan Patung kuda. Jadinya kami berjalan dari depan Plaza UOB untuk mengajak warga Jakarta untuk ikut kami dan melihat aksi 2 orang penyelam profesional tersebut mengambil sampah di kolam Bunderan Patung Kuda.

Sebelum aksi kami mengumpulkan masa dengan membagikan goodie bag yang dapat ditukar dengan kantong plastik sebagai bentuk keikutsertaan dalam kampanye diet kantong plastik. 
Setelah masa banyak berkumpul, maka aksipun dimulai. Di lokasi sudah ada 2 Miss Scuba, yaitu Nendy dan Dayu yang menyemangati aksi para penyelam profesional tersebut. Dari aksi tersebut kami mendapatkan satu karung penuh sampah yang di ambil dari dalam kolam Patung Kuda tersebut. 

Kampanye ini adalah kegiatan pembuka untuk aksi bersih sampah di Pulau Pramuka (28/09). Kegiatan ini terbuka untuk umum. Untuk ikut bersih sampah pulau tersebut, silahkan menghubungi Green Smile. (Yusuf Aprianto - TRASHI)

Rabu, 11 September 2013

10 Langkah Menyulap Kardus Kemasan Jadi Kreasi Menarik

Kardus kemasan biasanya kita buang begitu saja. Padahal ada cara untuk memanfaatkannya. Jadi ingat jaman SD dulu, sering membuat lemari untuk baju boneka dari kardus kemasan ini. Walaupun hasilnya jauh dari kata bagus, tapi senang juga karena bisa membuat sendiri. 
Nah, kali ini kita akan meyulap kardus kemasan menjadi tempat menyimpan uang. 

Apa saja yang perlu disiapkan?
1. Kardus kemasan 
2. Kain/kertas untuk melapis 
3. Lem putih 
4. Lem tembak jika punya 
5. Gunting 

Cara Pembuatan
Cara Membuat : 
  1. Sisi kardus yang terbuka, di lem kembali dengan lem tembak atau lem putih
  2. Ukur sesuai ukuran uang lembaran 
  3. Gunting hingga seperti gambar di atas
  4. Siapkan kardus lain, sebagai penyekat dalam. Dua buah potongan kecil kardus, akan digunakan sebagai penahan sekat dalam supaya tidak bergerak.
  5. Taruh kardus tambahan untuk memastikan posisinya setelah di lapis. Potongan kecil kardus kita beri lem, dan letakkan pada sisi dalam kiri-kanan kotak.
  6. Siapkan kain atau kertas untuk pelapis. Di kreasi ini kita memakai kain perca batik papua (biru) dan katun warna pink. 
  7. Lapisi seluruh permukaan kardus tersebut dengan kain atau kertas
  8. Beri lem bagian bawah dan sisi kiri-kanan penyekat  
  9. Letakkan penyekat pada posisi yang diinginkan. Jika mengalami kesulitan, bisa menggunakan ujung gunting untuk menekan, supaya kedua permukaan menjadi lekat. 
  10. Taruh uang lembaran, posisi kardus bisa berdiri atau di rebahkan.

Lanjutan Cara Membuat
Cukup mudah ya. Silakan berkreasi untuk tempat-tempat cantik lainnya dari kardus kemasan. Salam CreaTRASHIty. Tim Bikinan Jari. (Wilda - TRASHI)

Selasa, 10 September 2013

Jakarta Bird Walk V: babeh, sampah, dan burung Hutan Kota Pesanggrahan!

Para peserta JBW V (foto: Desi Ayu Triana)
Jakarta (7/9), kembali ruang terbuka hijau menjadi incaran para kelompok pengamat burung, pegiat konservasi, fotografer, juga kalangan umum Jakarta dan sekitarnya yang ingin mengisi luang waktunya dengan pembelajaran alam. Kelima kalinya Jakarta Bird Walk ini berlangsung di pedalaman Lebak Bulus-Cinere, perjalanan panjang mencari plang penanda arah yang tak kunjung tampak, dan usaha tak kenal putus membuahkan hasil, tujuan yang dicari dapat ditemukan: Hutan Kota Pesanggrahan. Ternyata bukan sekedar bertittle hutan kota, nama lengkapnya Hutan Kota Pesanggrahan Sangga Buana Karang Tengah. 

Disambut monumen unik yang entah apa arti dari tonggak-tonggak berwujud kayu dengan bola dunia di pusat lingkaran tonggak, cukup membuat tak yakin ini adalah hutan kota. Sangat berbeda dengan hutan kota Srengseng kali lalu itu, di sini, HK Pesanggrahan memiliki pendopo-pendopo corak Betawi dan kandang ternak (ayam, kelinci, kambing, kuda, dan ikan), serta yang paling menarik adalah: alat super besar dari beton dan logam berada di gunungan sampah yang diratakan. Setelah ditanyakan pada Babeh Idin, tetuah di sana yang tak asing bagi pengamat telivisi, ternyata alat itu adalah alat pembakaran sampah agar sampah limbah dari kali pesanggrahan yang dikumpulkan tidak merusak ekosistem. Alat pembakaran itu merupakan karya anak bangsa, salah satu mahasiswa suatu sekolah tinggi yang mengabdi di RTH ini. 

Tentang Babeh tersebut, teman-teman pengamat memberitahukan bahwa beliau adalah orang aseli Jakarta yang sering muncul di program TV yang berhubungan dengan budaya Jakarta. Sempat mengobrol, ternyata beliau sangat tidak suka disebut orang Betawi. Baginya, Betawi bukanlah penduduk aseli Jakarta, Betawi adalah keturunan Cina dan atau Arab. Sedangkan beliau yang aseli pribumi Jakarta, akan sangat senang diakui sebagai orang Jayakarta yakni aseli kelahiran Sunda Kelapa yang kini bernama Jakarta. Miris mendengar cerita Babeh yang meskipun dalam nada tinggi khas orang tua kesal, tapi wajar amarah itu ada, seorang tua yang dari muda hingga umurnya sekarang 60 tahun telaten membersihkan sampah-sampah yang mengotori kali Bogor-Jakarta, kali Pesanggrahan meski tak ada yang membayarnya.

Uniknya, dalam gunungan sampah yang membuat kami terperangah itu, burung-burung pun masih mau bermain di sana. 1) Burung gereja eurasia (Passer montanus), 2) kutilang (Pycnonotus aurigaster), 3) tekukur biasa(Streptopelia chinensis), 4) walet linchi (Collocalia linchi), dan 5) layang-layang batu (Hirundo tahitica) hilir mudik di atas gunungan dan sisi-sisinya. Selain gunungan sampah yang hendak diolah tersebut, RTH ini memiliki beberapa wujud habitat burung. Ada habitat ladang yang berisi pohon-pohon singkong, tebu, dan pisang. Di batang-batang singkong yang rendah dapat kami temui burung 6) bondol peking (Lonchura punctulata) bertengger setelah mendapat biji-bijian rumput liar di sekitarnya, di daun pisang teramati 2-3 ekor H. tahitica yang terbang-bertengger-terbang-bertengger berkali-kali di daun yang sama, juga suara berisik 7) perenjak jawa (Prinia familiaris) terdengar dari arah batang-batang tebu. Habitat bantaran kali pun ada dengan kali pesanggrahan, yang menjadi spot beberapa masyarakat untuk memancing di luar pemancingan yang sudah disediakan dan biawak mencari makan, yang mengalir di tengahnya. Habitat bantaran ini dipenuhi dengan suara 8) cinenen pisang (Orthotomus sutorius) dan ketika diamati, burung kecil dan bawel ini berlompat-lompatan di antara ranting di pepohanan bantaran kali bercampur dengan 9) burung madu kelapa (Anthreptes malacensis) dan 10) burung madu sriganti (Cinnyris jugularis). Selain cinenen pisang dan kedua burung madu itu, sering kali juga terdengar suara 11) cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris) dan 12) raja udang biru (Alcedo coerulescens) di sekitar bantaran kali. Selain ladang dan bantaran, ternyata terdapat makam di RTH ini. Di pepohonan sekitaran makam teramati burung 13) perling kumbang (Aplonis panayensis). Juga terdapat pemancingan, burung 14) raja udang meninting (Alcedo meninting) dijumpai banyak orang di sini.

Selain burung-burung yang sudah disebutkan sebelumnya, ada lagi burung-burung yang ditemui oleh para pengamat hari itu yang mencapai 30 orang dari berbagai komunitas. Berikut daftar burung lainnya yang ditemui juga di RTH HK Pesanggrahan yaitu 15) wiwik kelabu (Cacomantis merulinus), 16) burung cabe jawa (Dicaeum trochileum), 17) kipasan belang (Rhipidura javanica), 18) merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), 19) walet sarang putih(Collocalia fuciphaga), 20) cinenen kelabu (Orthotomus ruficeps), 21) cipoh kacat (Aegithina tiphia), 22) kareo padi (Amaurornis phoenicurus), 23) bondol haji (Lonchura maja), 24) cekakak sungai (Todirhampus chloris), dan25) sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus). Jadi, dari hasil pengamatan yang diperoleh pada JBW edisi September ini, (Sabtu, 7/9) pukul 07.00-10.00 WIB di Hutan Kota Pesanggrahan, Jakarta Selatan, dijumpai 25 spesies burung dari berbagai macam bentuk habitat yang terdapat dalam RTH tersebut. Dari ke semua burung, hanya seekor layang-layang batu (Hirundo tahitica) yang terbang gesit sangat rendah, yakni hanya sekitar 3-5cm dari permukaan gunung sampah yang rata.

Terimakasih untuk KPB Nectarinia UIN, KPB Nycticorax UNJ, Comata UI, Canopy UI, Pengamat Burung Indonesia, dan Transformasi Hijau. ketemu lagi di JBW ke-6 bulan depan di Taman Menteng dan Taman Honda, dan semoga lebih banyak lagi partisipannya, see ya! ;D (Desi Ayu Triana - TRASHI)

Sumber : Jakarta Bird Walk V: babeh, sampah, dan burung Hutan Kota Pesanggrahan! http://bit.ly/19CLrpA

Jumat, 06 September 2013

Undangan: Musim Berburu Burung September


Musim perburuan burung di ruang terbuka hijau Jakarta kembali digelar. Catat waktu dan lokasinya: 

Di mana?
Hutan Kota pesanggrahan, Jalan Karang Tengah Raya, Lebak bulus, Jakarta selatan

Kapan?
Sabtu, 7 September 2013 
Pukul 07.00 WIB  till drop

Meeting point?
Depan Batan, Lebak Bulus Pukul 06.30 WIB

Info lebih lanjut?
083893890968 (Agung)
089637462116 (Ika)

085693624287 (Meidi)

Perburuan ini gratis dan terbuka bagi warga negara Indonesia. Bagi yang punya kamera, buku panduan pengamatan burung dan binokuler, silahkan dibawa. Sampai jumpa di TeKaPe! (Hendra Aquan - TRASHI)


Rabu, 04 September 2013

Dalam 100 Tahun, 3.000 Hektar Mangrove Jakarta Hilang

Monyet ekor panjang (Macaca fasicularis),
 mamalia terakhir di hutan mangrove Jakarta
Ekosistem hutan mangrove di kota Jakarta terus mengalami penyusutan. Pada tahun 1900, Jakarta pernah memiliki hutan mangrove seluas 3.500 hektar. Enam dekade berikutnya, luasan tersebut berkurang menjadi 1.162,48 hektar. Sekitar 50 tahun kemudian, luasan tersebut menjadi 308,70 hektar. 

Berkurangnya luasan ekosistem hutan mangrove Jakarta yang tercatat, dimulai dari pembangunan jalan tol Sedyatmo pada tahun 1984. Keberadaan jalan tol yang membuka akses transportasi membuat pembangunan dan perkembangan kawasan sekitar tol Sedyatmo semakin cepat, seperti terjadinya pembangunan komplek perumahan mewah Pantai Indah Kapuk. 

Hilangnya ekosistem hutan mangrove Jakarta disebabkan oleh adanya alih fungsi lahan yang dilegalkan. Contoh kasusnya adalah perubahan fungsi kawasan hutan Angke Kapuk. Pada tahun 1977, Menteri Pertanian dengan Keputusan Nomor 16/Um/6/1977 tanggal 10 Juni 1977 menyatakan bahwa kawasan hutan mangrove Angke Kapuk merupakan kawasan hutan lindung, hutan wisata, pembibitan dan Lapangan Dengan Tujuan Istimewa (LDTI). 

Pada 31 Juli 1982, keputusan tersebut mengalami perubahan, ketika Dirjen Kehutanan mengeluarkan Surat Keputusan kepada PT. Mandara Permai yang memutuskan perubahan fungsi hutan mangrove Muara Angke menjadi tempat pemukiman, kondominium, pusat bisnis, rekreasi dan lapangan golf. Luasan hutan mangrove Angke Kapuk yang diserahkan Menteri Kehutanan Soedjarwo kepada PT. Mandara Permai seluas 831,63 hektar yang akan dibangun untuk permukiman (487,89 hektar), bangunan umum mulai dari hotel, cottage, dan bangunan komersial lainnya (93,35 hektar), rekreasi dan olah raga (169,13 hektar) dan rekreasi air buatan (81,26 hektar). 

Berkat pengubahan fungsi secara legal tersebut, saat ini luas mangrove Jakarta yang tersisa adalah 308,70 hektar. Beberapa diantaranya berfungsi sebagai kawasan konservasi, seperti Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) dengan luas 25,02 hektar. Alih fungsi lahan dari hutan mangrove menjadi perumahan Pantai Indah Kapuk membawa dampak pada berkurangnya jumlah satwa liar. Pendataan keanekaragaman jenis satwa liar di SMMA yang dilakukan IPB pada tahun 1984 - 2002 didapatkan sekitar 95 jenis burung, 4 jenis reptilia dan 5 jenis mamalia. 


Luas kawasan mangrove tersisa di Jakarta (diolah dari berbagai sumber)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh TRASHI di SMMA pada tahun 2010 - 2012 ditemukan 129 jenis burung baik migran maupun endemik dan 1 jenis mamalia Monyet ekor panjang (Macaca fasicularis). Jika dibandingkan dengan data tahun 1984 - 2002, kita melihat terjadi penurunan jumlah jenis mamalia. Setidaknya sejak tahun 1984, 3 jenis mamalia yaitu Kucing mangrove (Felis viverrina), Tenggarangan Herpentes javanicus) dan Anjing air (Lutrogale perspicillata) punah dari SMMA. Kepunahan ini berlanjut pada Lutung (Presbytis cristata). Pertemuan terakhir dengan jenis ini pada tahun 1988.

Punahnya beberapa jenis satwa liar tersebut dipicu oleh pembangunan yang dilakukan oleh PT. Mandara Permai. Pengubahan ekosistem rawa mangrove menjadi komplek perumahan telah mengubah fungsi ekologi hutan mangrove dan menyebabkan terjadinya fragmentasi kawasan hutan. Luasan hutan mangrove di SMMA yang tersisa sekarang praktis lebih sebagai hiasan saja. Pasalnya kawasan ekosistem hutan mangrove ini dengan kawasan serupa di sekitarnya, seperti Hutan Lindung Angke Kapuk, Taman Wisata Alam, Hutan Ekowisata dan Arboretum telah terfragmentasi. Pembangunan yang terjadi telah mengisolir satwa liar dan membatasi wilayah perburuan mereka untuk mencari makan dan berkembang biak.

SMMA sebagai suaka margasatwa terkecil di Indonesia memiliki peran yang cukup penting dalam menjaga kelestarian satwa liar beberapa jenis burung yang dilindungi undang-undang. Di dalam kawasan seluas 25,02 hektar ini setidaknya kita masih bisa menemukan beberapa jenis spesies burung terancam punah, seperti Pecuk ular asia (Anhinga melanogaster), Jalak putih (Sturnus melanopterus) dan Bubut jawa (Centropus nigrorufus)

Kelestarian satwa liar tersebut kini harus bersaing dengan beban sampah yang rutin masuk ke dalam kawasan setiap harinya dari Kali Angke. Kini, sampah tersebut sudah mengancaman kelangsungan hidup flora dan fauna yang ada di dalam benteng alam terakhir Jakarta. Perlu kepedulian dan aksi nyata dari warga Jakarta untuk menyelamatkan warisan alam terakhir ini. (Hendra Aquan - TRASHI)

Referensi:
a. Sejarah Kawasan Mangrove Muara Angke Jakarta 
b. Belajar dari Sejarah: Tentang Pantai Indah Kapuk 
c. Proyek Properti Jangan Gerus Kawasan Hutan 

Senin, 02 September 2013

Tanam Mangrove, Jaga Pulau dan Lestarikan Burung

Tumpukan sampah di antara bibit mangrove Pulau Rambut

Transformasi Hijau bersama Social Front Page dan HiLo Green Ambassador mengajak para pemenang kompetisi foto blog Aku dan Taman Kota melakukan ecotrip ke Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Sabtu (31/08). Pada ecotrip ini, para pemenang selain mendapatkan hadiah wisata pendidikan lingkungan juga melakukan aksi tanam mangrove di sisi timur Suaka Margasatwa Pulau Rambut.

"Akhirnya saya sampai juga di Pulau Rambut" ujar Nurul Amalia salah seorang pemenang kompetisi foto blog TRASHI. Nurul bercerita bahwa sejak tahun 2008 dia sudah mendengar tentang salah satu kawasan konservasi Jakarta ini, namun belum mendapat kesempatan untuk melihat keberadaan pulau ini dari dekat. Pengalaman mengikuti lomba photo blog lalu dan kesempatan berkunjung ke Pulau Rambut merupakan kesempatan yang tidak terlupakan tambahnya.

Sepanjang perjalanan menuju Pulau Rambut, para peserta mendapatkan pengalaman yang tidak terlupakan dengan alira sampah yang terdampar di muara Kali Angke. "Kapal yang kami naiki harus terhenti beberapa kali karena baling-baling tersangkut sampah plastik" ujar Citta Paramita peserta dari HiLo Green Ambassador. 

Pemandangan tebaran sampah rumah tangga juga dapat dilihat di pesisir pantai Pulau Rambut. Kawasan konservasi yang terkenal sebagai pulau burung tersebut mendapat kiriman sampah dari 13 sungai yang bermuara di Teluk Jakarta. Beragam sampah seperti plastik kemasan, sandal, bambu hingga kasur dapat ditemui di pantai timur pulau. 

"Sampah yang masuk ke dalam rumpun mangrove di pantai timur itu karena hempasan ombak dari tanggal 24 - 29 Agustus lalu" cerita Muhammad Buang, seorang pegawai honorer Dinas Kehutanan DKI Jakarta. Buang mengatakan penanaman mangrove yang saat ini dilakukan di pantai untuk menahan laju abrasi pulau yang semakin cepat. "Tanggul beton yang dibangun oleh pemerintah di beberapa titik sudah jebol. Kami berharap, tanggul itu bisa kuat paling tidak 2 tahun lagi sambil menunggu rumpun mangrove yang kami tanam siap untuk menahan laju abrasi pantai" pungkasnya.

Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan lingkungan dan kampanye publik, dalam kegiatan ecotrip ini para peserta diajak untuk melakukan penanaman 100 bibit mangrove yang didukung oleh HiLo Green Ambassador. Bibit mangrove yang ditanam ini merupakan bakau jenis Rhizopora stylosa. Kelak bibit ini sudah dewasa, akan bermanfaat untuk tempat berkembang biak burung-burung penghuni Pulau Rambut, sekaligus menjaga pantai dari abrasi air laut. (Hendra Aquan - TRASHI)