Pembangunan dan ruang terbuka hijau Jakarta (RTH) seolah merupakan hal
yang bertolak belakang. Konsep pembangunan kota yang dianut pemerintah daerah
masih jauh dari kaidah pembangunan yang mengedepankan prinsip ramah lingkungan.
Sebut saja praktek pengalihan fungsi RTH menjadi kawasan komersil, seperti pengubahan 831,63
hektar kawasan hutan mangrove Angke Kapuk pada tahun 1984 menjadi kawasan
hunian Pantai Indah Kapuk. Selain itu, alih fungsi RTH juga terjadi di tengah
kota Jakarta, yaitu pengubahan fungsi RTH Senayan menjadi kawasan komersil seperti
Plaza Senayan dan Senayan City. Setelah alih fungsi tersebut, luas RTH Jakarta
yang tersisa saat ini sebesar 9,8 persen dari luas wilayah kota.
Menilik dari kebijakan Rencana Tata Ruang
1965-1985 luas RTH Jakarta pernah mencapai 37,2 persen atau sekitar 241,8
kilometer persegi. Dampak dari pengubahan fungsi RTH tersebut dapat dilihat
pada jumlah jenis burung yang ditemukan di RTH Jakarta. Pengamatan burung yang
dilakukan pertama kali di Batavia oleh Hoogerwerf tahun 1937, menunjukkan bahwa
pernah ditemukan 256 jenis burung. Namun saat ini, jenis burung yang ditemukan
di 19 RTH Jakarta hanya berjumlah 129 jenis.
Pendataan
jenis burung yang dilakukan di 19 RTH Jakarta, berhasil mencatat enam jenis
burung yang masuk ke dalam daftar merah IUCN; dua jenis berstatus kritis Critical Endangered (CR) yaitu Cikalang
christmas (Fregata andrewsi) dan
Jalak putih (Sturnus melanopterus),
dua berstatus rentan Vulnerable (VU)
yaitu Bubut jawa (Centropus nigrorufus)
dan Bangau bluwok (Mycteria cinerea),
serta dua lagi hampir terancam punah Near Threatened (NT) yaitu Pecuk ular asia
(Anhinga melanogaster) dan Cerek jawa
(Charadrius javanicus). Keenam jenis tersebut banyak ditemukan di Suaka Margasatwa Muara Angke.
Berdasarkan pendataan burung yang dilakukan tahun 2010 – 2012, SMMA memiliki
keanekaragaman jenis burung yang tinggi. Setidaknya ditemukan 105 jenis burung
di SMMA.
Faktor
tingginya temuan burung di kawasan ini adalah karena bervariasinya ekosistem
penyusun SMMA yang terdiri dari hutan mangrove, rawa air tawar, hingga pinggir
sungai. Selain itu, SMMA juga merupakan lokasi
transit burung migran dan lokasi berbiak serta mencari makan burung-burung air,
sehingga Birdlife International menempatkan SMMA sebagai Important Bird Area. Peran SMMA sebagai kawasan perlindungan burung
sangat penting untuk dijaga. Perlu keterlibatan pemerintah pusat dan daerah
dalam menjaga kelestariannya.
Saat ini SMMA sebagai kawasan konservasi mendapat
tekanan lingkungan yang cukup besar. Selain menerima dampak dari sampah kiriman
yang mengalir dari kanal banjir barat juga kegiatan reklamasi Teluk Jakarta. Diduga,
kegiatan reklamasi tersebut akan mempengaruhi jalur terbang burung-burung yang biasa
mencari makan di pesisir utara Jakarta. Di samping itu, kegiatan reklamasi juga
diperkirakan akan mempengaruhi arus keluar masuk air laut ke dalam SMMA. Jika terjadi
gangguan arus air laut, keberlangsungan hidup tanaman mangrove di surga burung
itupun tidak berlangsung lama. Kelestarian burung di SMMA bergantung pada
kehidupan tanaman mangrove di dalamnya.
Data pengamatan ini merupakan salah
satu cara untuk mengukur dampak dari pembangunan kota terhadap kelestarian
hidupan liar. Perlu dilakukan pendataan serupa untuk satwa jenis lainnya. Cara
ini adalah langkah yang mudah untuk melihat dampak dari kebijakan pembangunan
sebuah kota besar seperti Jakarta. (Desi Ayutriana, Hendra Aquan, Ady Kristanto - TRASHI)
Assalamu'alaikum. Perkenalkan saya Ravel. Saya dari Padang, sekarang tinggal di Jakarta. Saya lulusan Biologi Unand. Bagaimana caranya agar saya bisa bergabung di Trashi?
BalasHapus