Menanam sejak kecil |
Setelah meniti jembatan
alakadarnya yang sudah mulai licin karena lumpur yang ditinggalkan oleh orang
yang telah lewat sebelumnya di belakang rumah penduduk, dan menyusuri jalan
setapak diantara tumbuhan pantai berselang seling dengan pohon tancang dan
api-api akhirnya terlihat bentangan pantai berpasir abu-abu dengan air laut di
kejauhan.
hari Sabtu itu (9/8/2014)
Anak-anak dari SD Pematang Gadung 4 tampak sudah asik dengan bibit-bibit mangrove yang sebagian besar adalah dari jenis bakau di tangan, dengan hanya berbekal tangan kosong, menggali pasir pantai membuat lubang, dan memasukkan bibit mangrove hasil dari cabutan yang diambil beberapa waktu sebelumnya.
Dibawah arahan pak Abdurahman Al
Qadrie, salah seorang guru mereka, anak-anak tersebut asik menggali dan
menanam. Tidak ketinggalan
guyonan-guyonan khas Ketapang sesekali terlontar di antara mereka. Pak Doy, begitu biasanya orang-orang
memanggilnya sesekali memberikan nasehat kenapa mereka melakukan kegiatan
penanaman tersebut. "Kenapa kita ni menanam Bakau?," tanya pak guru, "itu agar nanti para nelayan lebih mudah mencari ikan karena dekat dan ombak tidak sampai ke belakang rumah," ujar pak Doy, "kita yang menanam dapat pahala, masuk surga", tambahnya yang segera diamini oleh para siswanya yang masih sibuk menggali pasir sebagai lubang tanam.
Belajar sambil berkarya |
Setelah berkutat dengan bibit
cabutan yang ditanam sepanjang pantai Sungai Besar, tanpa ada komando lagi generasi penerus Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat tersebut langsung bergerak ke bibir pantai yang jaraknya sekitar 200
m dari lokasi penanaman untuk bermain air pantai dan mengumpulkan kerang. Sepertinya rasa lelah selama melakukan
kegiatan penanaman gugur setelah terkena air laut.
Waktu mendekati pukul sebelas
siang ketika anak-anak tersebut dipandu untuk kembali ke lokasi penanaman untuk
makan siang dan selanjutnya kembali ke Sekolah. (Edy Sutrisno)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar