Sabtu, 03 Agustus 2013

Global Tiger Day : Ibu Kota Mengaum

Hentikan perdagangan kaum kami! (Foto: Dedy Istanto)
Hari Senin (29/07/2013), dunia di gemparkan dengan auman anak manusia yang bersuara demi perlindungan kucing besar bercorak loreng. Ya! 29 Juli telah ditetapkan sebagai Hari Harimau Sedunia atau lebih dikenal dengan Global Tiger Day. Global Tiger Day ini dirayakan banyak orang di dunia tak terkecuali oleh masyarakat Indonesia, di Jakarta khususnya.

Bertempat di taman Monumen Nasional, diadakan kegiatan kampanye sebagai bentuk peringatan Global Tiger Day yang diinisiasi oleh Forum Harimau Kita dan didukung oleh banyak pihak. Dari mulai kawan-kawan mahasiswa, komunitas, fotogafer, pers, semua ikut merayakan dan mengaum bersama demi perlindungan harimau. Ada banyak hal yang dilakukan dalam momen ini, dari mulai melukis wajah dan menyulap diri menjadi harimau, membagikan material-material kampanye (news letter, pin dan stiker) kepada pengunjung taman Monas, kampanye berjalan dengan poster dan banner mengelilingi area taman Monas, dan ditutup dengan berbuka puasa bersama.

Harimau Sumatera, adalah satu-satunya harimau endemik yang dimiliki Indonesia. Popuasinya yang kian berkurang karena berbagai alasan membuat mamalia besar ini memiliki status terancam punah dalam kartu identitasnya. Salah satu penyebab turunnya grafik populasi harimau adalah perdagangan illegal yang ternyata sudah mulai memanfaatkan jaringan internet sebagai medianya. Untuk itu, kegiatan ini mengajak khalayak ramai untuk sama-sama menjadi pengawas perdagangan hewan liar yang dilindungi khususnya harimau. “Fight against tiger trafficking, report to us if you find tiger trade on internet!” merupakan rentetan huruf yang ditujukan kepada semua orang agar dapat berkontribusi dalam konservasi satwa eksotis ini.


“Jika dibandingkan dengan Global Tiger Day tahun lalu, yang tahun ini jauh lebih banyak orang yang terlibat dan meramaikan” kata Desi Ayu Triana atau akrab disapa Eci, salah satu relawan dalam kegiatan kampanye tersebut. Hal ini secara tidak langsung dapat menunjukan bahwa semakin banyak orang yang kini peduli dengan sang raja loreng yang kian memprihatinkan. Tentunya ini menjadi angin segar untuk para konservasionis.

Hanya Harimau Sumatera yang kini dimiliki Indonesia dan kini kondisinya sudah di ambang kepunahan. Tentu saja kita tidak mau nasibnya sama tragisnya dengan Harimau Jawa yang kini hanya tinggal nama. Untuk itu, mari menjadi pengawas bersama untuk melindungi para satwa terutama yang dilindungi seperti Harimau Sumatera. Karena sesungguhnya, mereka pun memiliki hak asasi sama seperti kita. (Nur Arinta - TRASHI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar