Selasa, 07 Mei 2013

Pengamatan Burung di Muara Angke Tidak Lengkap Tanpa Dangdut

Pengamatan burung di hutan lindung Angke Kapuk

Keberadaan Suaka Margastwa Muara Angke (SMMA) terletak berseberangan dengan perkampungan nelayan Muara Angke. Perkampungan yang berada di tepian kali Angke ini pada bulan tertentu akan sangat padat karena dimanfaatkan warga sebagai tempat bersandar kapal. 

Jika jeli melihat, di salah satu sisi alur kali, akan terlihat onggokan bangkai-bangkai perahu yang dibiarkan begitu saja dijalari tanaman rambat di sepanjang sisi sungai kawasan lindung. Hal itu dipercaya para nelayan sebagai wujud rasa hormat kepada perahu yang sudah sekian lama membantu mereka mencari ikan, sehingga saat sudah rusak akan dibiarkan hancur dengan sendirinya.

Pada saat nelayan tidak sedang melaut, mereka melakukan beragam kegiatan di atas kapal yang bersandar. Kegiatan tersebut antara lain seperti memperbaiki kapal, membenahi jaring, menyiapkan jaring atau sekedar rutinitas harian seperti mandi dan mencuci. Di saat seperti itulah, pasti akan terdengar alunan musik dangdut pesisir dengan pengeras suara sehingga terdengar sampai jauh.

Para peserta survey dan monitoring burung Bubut Jawa dan Jalak Putih terbilang beruntung, pasalnya mereka ditemnai alunan musik dangdut saat menyusur jalur sepanjang kali Angke. Jadi pengamatan burung yang selama ini identik dengan kondisi sunyi nyaris sepi sepertinya tidak berlaku di Muara Angke dan SMMA. Musik dangdut pesisir sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari komunitas nelayan Muara Angke dan hidupan liar SMMA, satu sama lain saling mengambil keuntungan yang tidak terlihat. (Edy Sutrisno - TRASHI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar