Selasa, 25 November 2014

Menanam Mangrove Hijaukan Pulau

“Ray…!!!! Awas nak, jangan kesana….!!!”, entah kali keberapa sudah pak Wahyu mencoba memperingatkan anaknya agar tidak ikut turun ke lokasi penanaman.  Sementara Ray dengan ringannya meninggalkan sang bapak yang tampak kesulitan melangkah diantara lumpur pantai pulau Lancang.


Suasana di dalam kapal menuju lokasi penanaman
Ray dan pak Wahyu bersama 20 orang dari PT. DANAREKSA dan relawan Transformasi Hijau kembali melakukan kegiatan penanaman mangrove.  Kegiatan ini dilakukan pada hari Sabtu lalu, 22 Nopember 2014.  Berangkat dari Tanjung Pasir, perjalana kurang lebih satu jam menggunakan perahu kayu menuju pulau yang berpenghuni sekitar 2000 orang lebih ini.

Pak Buang memberikan arahan selama penanaman
Dikarenakan saat rombongan datang keadaan air masih dalam kondisi pasang, sehingga rombongan berkesempatan untuk melihat-lihat keadaan pulau Lancang besar.  Setelah menikmati makan siang barulah kegiatan penanaman dilakukan.

Tua muda menanam bersama
Dengan perlahan, satu persatu anggota rombongan turun ke lokasi penanaman yang masih digenangi air setinggi pinggang, dengan hati-hati dan bersusah payah menuju lokasi penanaman yang ditandai dengan adanya ajir. 



Sebuah monumen kecil


Di lokasi ini Danareksa melakukan penanaman sebanyak 3000 bibit bakau yang pembibitannya dilakukan oleh masyarakat pulau Lancang.  Karena lokasinya yang berair, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi anggota rombongan, tidak hanya bagi anak-anak yang dengan suka cita membantu membawakan bibit dari pinggir tanggul ke lokasi penanaman dengan sesekali berenang, juga bagi orang dewasanya.  Dalam proses penanaman tidak putus gurauan keluar silih berganti.

Semoga hidup dan tumbuh dengan baik
Karena asyiknya menanam, membuat rombongan menjadi lupa waktu.  Tidak terasa sudah mendekati pukul tiga sore dan saatnya untuk beranjak kembali ke pulau Jawa dan meninggalkan kenangan yang semoga dapat tumbuh dengan baik dan bertahan dari hempasan angin barat daya. (ES)

Selasa, 09 September 2014

Merayakan Hari Burung Pantai Sedunia yang Pertama



Pukul setengah sembilan di pagi yang cerah aku sudah tiba di pantai air mati-Ketapang, begitu orang mengenalnya.  Sejenak agak ragu apakah benar ini tempatnya, setelah memastikan dengan bertanya pada ibu pencari kerang barulah ku keluarkan peralatan perang ku.  Sebuah binokuler, buku panduan lapangan dan tidak lupa buku catatan lapangan.  



Hari ini tanggal 6 September di hari Sabtu, merupakan hari yang istimewa bagi orang-orang yang suka mengamati burung di alam liar, khususnya burung-burung perancah atau burung pantai.  Tahun 2014 ini merupakan kali pertama dirayakannya hari burung pantai sedunia.

Sekumpulan Dara-laut Jambul di Pantai air mati
Peringatan hari burung pantai sedunia atau dalam Bahasa inggrisnya dikenal sebagai World Shorebirds Day diinisasi oleh György Szimuly seorang konservasionis burung terkenal yang berasal dari Keynes, Inggris (www.manomet.org).  Dalam http://earthsky.org disebutkan bahwa peringatan ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran dunia terhadap upaya penelitian dan konservasi burung-burung pantai.

Sekelompok Biru-laut ekor hitam mencari makan di paparan pasir
Selama kurang lebih dua jam pengamatan teridentifikasi paling tidak empat jenis burung pantai, yaitu Tringa hypoleucos, Sterna bergii, Numenius phaeopus dan Limosa limosa; Dua jenis burung air yaitu Butorides striatus dan Egretta garzetta;  serta beberapa jenis burung darat seperti Rhipidura javanica, Nectarinia calcostheta, Artamus leucorhynchus, Rhipidura javanica, Gerygone sulphurea, Pycnonotus goiavier, aegithina tiphia, Lalage nigra, dan Todirhamphus chloris

Selasa, 26 Agustus 2014

Kedaulatan tradisi saat kita bersatu


Belajar bersama, saling berbagi
Waktu sudah menunjukkan pukul Sembilan malam, pak darwani masih semangat memberikan contoh cara membuat wadah yang dibuat dari anyaman lidi nipah kepada beberapa ibu-ibu yang juga dengan serius melihat dan mencontoh apa yang dilakukan oleh bapak yang berasal dari Kabupaten Kayong Utara-salah satu kabupaten di Kalimantan Barat itu.





Ini merupakan rangkaian pertemuan 3 hari sejak hari kamis (21/08/14) yang diselenggarakan oleh Craft Kalimantan, sebuah jaringan yang menginisiasi suatu wadah berkumpulnya pengrajin-pengrajin sepulau Kalimantan.   Selama 3 hari di Toho tersebut, para pengrajin saling belajar dan saling curhat mengenai perkembangan yang ada di daeerah masing-masing.


Saat ini ada 6 lembaga yang menjadi anggota Craft Kalimantan, dimana setiap lembaga memfasilitasi jenis kerajinan yang berbeda-beda disesuiakan dengan ciri khas dan budaya daerah tersebut.  Dalam pertemuan yang rutin diselenggarakan sekali dalam setahun tersebut, Craft Kalimantan berusaha mempertemukan para pengrajin dengan latar belakang dan keahlian yang berbeda-beda sehingga dapat terjalin dan tercipta suatu kerjasama diantara mereka.  
Berdiskusi tentang masa depan kerajinan Kalimantan
Hasil karya satu malam

Dengan pertemuan yang terjalin tersebut, membuat para pengrajin menjadi semakin pede untuk tetap  berkarya dan diharapkan ada inovasi-inovasi baru yang muncul yang dapat memperkaya khasanah disain dan produk yang dibuat, yang dapat menjadikan nilai tambah bagi produk yang diciptakan.

Kerajinan tangan merupakan salah satu alternatif pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang dilakukan oleh masyarakat yang dapat berperan dalam menjaga kelestarian alam disamping juga menjaga kelestarian tradisi khususnya dalam kerajinan tangan. (Edy Sutrisno)