Jumat, 27 Januari 2012

Ruang Terbuka Hijau: mari bermain di luar


Kapan terakhir kali berkegiatan di luar ruangan?
Meraba butiran pasir yang lembut, berdiri menggigil di puncak gunung menatap matahari terbit, terciprat ombak di atas perahu, atau bahkan berkebun dan melakukan pengamatan burung di belakang rumah.
What’s the meaning of doing outdoor activity?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, saya mau membahas mengenai peran Ruang Terbuka Hijau alias RTH yang juga berfungsi sebagai salah satu tempat untuk bermain di luar ruangan ini.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Ruang Terbuka Hijau (green spaces) atau RTH merupakan sebuah ruang yang penting bagi setiap wilayah. Termasuk juga Jakarta, kota yang selama ini merangkap sebagai ibukota.
Berapakah Ruang Terbuka Hijau yang dimiliki kota dengan banyak mall besar, apartemen, dan gedung tinggi-tinggi ini?
Area hijau ini sangat terbatas jumlahnya di Ibukota. Ruang Terbuka Hijau yang ada di kota Jakarta seperti Taman Menteng, Taman Suropati, Hutan Kota Srengseng, Suaka Margasatwa Muara Angke, Hutan Kota Kridaloka, dan Taman Margasatwa Ragunan. Dari RTH ideal yaitu 30 %, Jakarta hanya memiliki RTH sebanyak 9,8% saja. (Ady Kristanto, et al. 2011). Padahal keberadaan Ruang Terbuka Hijau dengan akses yang terbuka bagi semua warga sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri.
Suaka Margasatwa Muara Angke
Ruang Terbuka Hijau mempengaruhi kualitas hidup manusia sebagai tempat untuk beraktivitas, relaksasi, dan berinteraksi satu sama lain. Ruang Terbuka Hijau bisa menjadi sebuah sarana untuk bersosialisasi dengan masyarakat lain, mengadakan suatu kegiatan, dan juga berolahraga. Dengan adanya Ruang Terbuka Hijau juga membantu penyerapan air sehingga mencegah banjir yang ketika datang akan menimbulkan rentetan permasalahan lain seperti kemacetan yang semakin parah, dan munculnya penyakit.
Seperti dikatakan Tarsoen Waryono bahwa sebanyak apapun polder, rumah pompa, dan revitalisasi gorong-gorong dilakukan, selama penampuangan dan fasilitas pengalir air alami yaitu sungai, situ, waduk, serta Ruang Terbuka Hijau masih buruk, banjir akan tetap menjadi ancaman. (Kompas, 13 November 2011). Meski banjir kerap kali datang lagi dan lagi, tetapi sepertinya upaya untuk memulihkan Ruang Terbuka Hijau dan pengalir alami tersebut di Jakarta masih sangat jauh dari maksimal.
Ruang Terbuka Hijau yang ditumbuhi pepohonan dan ekosistem di dalamnya memberikan manfaat balik bagi penduduk kota, yaitu sebagai peredam kebisingan, mengenalkan alam, menghalangi radiasi sinar ultraviolet, serta menciptakan kualitas udara yang lebih baik bagi manusia.
Kualitas udara yang buruk selain berdampak pada kesehatan juga mengurangi keindahan dan proses ekosistem, serta mengurangi jarak pandang (visibilitas). Adanya Ruang Terbuka Hijau, seperti hutan kota, bisa membantu mengurangi polusi udara dan mengurangi penggunaan energi di suatu gedung. (Nowak, David J. et al. 2007).
Hutan-Kota UI
Peningkatan kendaraan bermotor yang juga secara otomatis menyumbang pada peningkatan polusi udara serta kemacetan menimbulkan masalah kesehatan bagi manusia. Asap buangan kendaraan bermotor bisa menimbulkan penyakit saluran pernapasan, kemacetan yang panjang berakibat pula pada stress. Hal ini mengakibatkan tidak maksimalnya kegiatan yang dilakukan seseorang tersebut.
^^^^^^^^^^^^^^^^^

Mimpi Caca Untuk Ciliwung

Teman-teman Caca yang pernah main ke Ciliwung Condet

Sinar matahari pagi mengintip dari sela-sela daun beringin di tepian sungai Ciliwung. Tak jauh berselang, batang-batang pohon bambu meliuk-liuk diterpa semilir angin yang menyejukkan. Kicauan burung terdengar merdu bersahutan seakan menyambut kedatangan Caca, gadis kecil bertopi ungu dan menggendong tas ransel biru yang berisi bekal makan siang dan minuman segar yang disiapkan bunda tadi pagi. Hari ini Caca diajak ayah untuk bertamasya di tepian sungai Ciliwung.

 Untuk pertama kalinya Caca melihat sungai yang mengalir dari Bogor sampai Jakarta ini secara langsung. Sungainya besar dan airnya jernih. Dari kejauhan terlihat alirannya yang berkelok dengan arus yang membentuk pola yang unik karena air membentur batu-batu yang ada disana.  Biasanya, ia hanya melihat sungai seperti ini di buku-buku cerita yang dibacakan bunda sebelum tidur. Matanya yang bulat berbinar-binar melihat pemandangan yang menakjubkan itu. Bola matanya tak berhenti bergerak untuk menangkap pemandangan dari berbagai sisi. “Indah sekali!”, seru Caca. “Ayo kita turun, yah! Kita main air, yuk! Ayo, ayah... Cepetan....”. Caca tak sabar untuk bergabung dengan teman-teman seusianya yang telah sampai terlebih dahulu dan sedang bermain air di tepian sungai. Ada juga yang berenang dengan pelampung berwarna oranye ditemani paman-paman yang berpengalaman.

“Caca mau berenang?”, tanya ayah sambil menyodorkan pelampung untuk Caca. “Mau! Tapi Caca takut tenggelam dan hanyut, yah”. Dengan tenang ayah menjelaskan bahwa ia takkan tenggelam karena menggunakan pelampung yang dapat membuatnya mengapung selama di atas air. Ayah juga ikut turun bersama kakak-kakak yang menjaga anak-anak agar tidak hanyut terseret arus. Akhirnya Caca memberanikan diri untuk berenang.

Arus sungai di tempat Caca berenang cukup tenang, jadi Caca bisa menikmati setiap jengkal pemandangan disana. Di balik batu Caca melihat kepiting yang sedang bersembunyi. Tak hanya itu, caca juga melihat ikan-ikan kecil yang sedang mencari makan. “Ayah, lihat! Ada ikan yang bentuknya sama dengan yang di akuarium kakek!”, seru Caca sambil menunjuk pada salah satu sisi sungai. Caca ternyata melihat ikan sapu-sapu. Kata ayah, ikan ini sebenarnya bukan dari sungai Ciliwung. Tapi seiring berjalannya waktu, ikan ini berkembang biak dan mudah dijumpai di sungai ini. Dan karena airnya cukup jernih, Caca dapat melihat beberapa hewan-hewan air yang hidup di dalamnya seperti kerang, katak, cacing, siput, dan lain-lain.

Caca menengadahkan kepala untuk menikmati cerahnya hari itu. Tampak beberapa burung terbang diatasnya, melintasi langit biru dan gumpalan-gumpalan awan putih yang menyerupai gulali. Caca terus memperhatikan burung-burung itu, karena sepertinya ia mengenal burung-burung tersebut. Tubuhnya tidak terlalu besar dan warnanya hitam. Ketika terbang, bentuk tubuhnya lucu sekali. “Itu burung walet!”. Tangannya yang mungil melambai-lambai kemudian berseru, “Terbang yang tinggi, burung-burung cantik! Buatlah sarang yang nyaman untuk tempat tinggalmu bersama anak-anakmu!”.

Ketika kepalanya menengok ke arah kanan, ada sebuah pohon besar yang menarik perhatiannya, pohon itu sedang berbuah banyak sekali. Warna buahnya jika sudah matang berwarna merah, tapi kalau masih mentah berwarna hijau terang. Bentuknya bulat seperti buah lobi-lobi. Ayah pernah cerita tentang pohon itu, kalau tidak salah namanya pohon Loa atau ada juga yang menyebutnya Elo. Akarnya kekar dan kuat mencengkram tanah.  Sehingga ketika sungai Ciliwung airnya sedang banyak, tanah yang ada disekitarnya tidak longsor dan membahayakan orang-orang yang tinggal di sekitar  sungai. Caca juga bertemu dengan paman yang sedang memberi makan ikan-ikan yang ada di dalam sebuah kotak yang terbuat dari kayu, orang-orang biasa menyebutnya keramba. “Hati-hati lepas ikannya, ya Paman!”. Paman itu pun melambai-lambaikan tangannya sambil tersenyum, seraya berkata ”Iya, hati-hati juga, anak manis!”.

Caca pun asyik menepuk-nepukkan tangannya diatas air sambil mengayun-ayunkan kakinya. Namun tiba-tiba ia merasa ada yang mengguncangkan tubuhnya, dan ia mendengar suara yang sangat lembut berkata, “Caca sayang, ayo bangun.. Katanya mau ikut ayah ke sungai..”. Ternyata itu suara bunda. Caca kemudian membuka kedua matanya dan tersadar bahwa ia masih ada di dalam kamar. Ternyata keasyikan berenang di Ciliwung tadi  hanya di dalam mimpi. Ia sama sekali belum membuat bajunya basah oleh air sungai yang membelah kota Bogor itu. Caca berharap sungai yang Ciliwung yang akan didatanginya sama seperti yang ada di dalam mimpinya tadi.  

“Om, Tante, dan Kakak-kakak yang baik, tetap SEMANGAT untuk menjaga kelestarian Sungai Ciliwung ya! Supaya air mbah Tjiliwoeng bisa mengalir dengan leluasa tanpa dihalangi tumpukkan sampah, jadi rumah temen-temennya Caca yang ada di Jakarta ndak kebanjiran. Terus supaya Caca bisa berenang deh sama temen-temen, seperti di mimpinya Caca... Asiiiikk....”

# Terinspirasi dari kegiatan “Nimbrung di Ciliwung” dan “Kemping di Ciliwung” lalu.. Maaf y klw telat.. hehehe... ^_^ 


Penulis: Indriyani Nie'yAby
Sumber tulisan: http://bit.ly/zLioxe

Kurangi Sampah Dengan Kreasi Tutup Botol Plastik


Setelah beberapa waktu lalu kita berkreasi menggunakan tutup botol besi, skarang saatnya berkreasi dengan tutup botol plastik. Dari kumpulan tutup botol plastik, terlintas banyak ide kreasi yang bisa kita buat. Berkreasi dengan tutup botol plastik ini secara tidak langsung, kita telah menyelamatkan lingkungan dengan mengurangi jumlah tutup botol plastik yang akan dibuang ke lingkungan. Tertarik untuk berkreasi dan selamatkan lingkungan untuk persiapan weekend minggu ini? Yuk mari sila melirik tips berikut.

Kali ini kita akan menggabungkan tutup botol bekas dengan sisa kain/ perca. Awalnya TRASHI membuat balutan kain ke tutup botol dengan lem, tetapi ada cara yang lebih mudah (tanpa lem) yaitu dengan menjahit kain dengan teknik kerut yo-yo (biasa disebut fabric yo-yo)


Pertama-tama, buat mal dari kertas berbentuk lingkaran (diameter 9 - 10 cm) kemudian di jiplak ke kain (bisa lebih dari satu lapis kain), gunting. Jika sudah, lipat sedikit ke bagian dalam kain, kemudian bisa mulai menjahit jelujur sekeliling lingkaran kain tersebut. Jika sudah terjahit semua, siapkan 1 buah tutup botol beri kerincingan, kemudian masukkan ke dalam kain dengan posisi jahitan di bagian datar tutup botol. Tarik jahitan hingga rapat, kemudian ikat mati. 

Tambahkan ring kawat, untuk memasang tali HP atau gantungan kuncinya. 

Untuk hiasannya kita bisa memakai kancing, juga kain flanel. Jika mempunyai kancing bekas, maka sebelum dijahit jelujur, bagian tengah lingkaran kain kita pasang sebuah kancing. Untuk hiasan kain flanel bisa di tempel (sesudah jadi) atau dijahit (sebelum di jelujur, caranya sama dengan memasang kancing). 

Mudah bukan....mari berkreasi... (Wildasari)



Kamis, 26 Januari 2012

Kuliner Sedap ala Ciliwung: Sayur Cabai Rebung


Smua boleh bercerita tentang pengalamannya kemping di Ciliwung. Aku ingin berbagi tentang kulinernya saja. Sayur Rebung khas Desa Glonggong, Bojonggede ini emang mantaphh. Sudah dua kali ku disajikan masakan ini, dan dua kali pula ku begitu menikmatinya... (padahal bisa dibilang ku orang yang sulit makan = rewel)

Rebung segar yang diambil dari kebun, dibersihkan kulitnya, kemudian dicincang (yang ku lihat mereka memakai parang, rada serem hehehe). Setelah itu direbus dan dibuang airnya kemudian direbus lagi. Truss kelanjutannya saya tidak mengikuti prosesnya.. :) Karena tidak punya fotonya dan resep, jadi minta sama temen (semoga sama resepnya),

 Gambar diambil dari Google
Bahan : 
  1. Rebung segar (diiris tipis) : 300 gr 
  2. Gula pasir : 1 sendok teh 
  3. Minyak : 3 sendok makan 
  4. Lengkuas : 1 ruas jari 
  5. Daun salam : 2 lembar 
  6. Kelapa (diambil santannya) : 1 butir 
  7. Cabai hijau (diiris serong) : 150 gr 
  8. Kecambah : 100 gr 
  9. Rempela ayam (rebus iris tipis) : 5 potong -
  10. Daging iga : secukupnya 
  11. Bawang merah : 8 buah 
  12. Bawang putih : 3 siung 
  13. Cabai merah rebus : 8 buah 
  14. Kemiri : 6 butir 
  15. Gula jawa : 2 sendok teh 
  16. Garam : secukupnya. 
*catatan jika di Desa Glonggong, mereka tidak memakai daging/ jeroan dan kecambah di sayurnya

Cara memasak : 
  • Bersihkan iga sapi dan masaklah sampal empuk dagingnya. (jika di Desa Glonggong, mereka tidak memakai daging di sayurnya)
  • Rebung dicuci bersih dan dipotong-potong, kemudian direbus bersama gula pasir sampai layu. Selanjutnya diangkat dan ditiriskan. 
  • Panaskan minyak di wajan dan tumislah bumbu yang sudah dihaluskan sampai keluar aroma sedapnya. 
  • Masukkan rebung, daun salam dan lengkuas (yang sudah dimemarkan) ke wajan. 
  • Selanjutnya diangkat dan wajan dan ditaruh pada panci lalu dituangi dengan sebagian santan. 
  • Panaskan sisa minyak, tumislah cabai hijau, kecambah, ampela dan iga, angkat masukkan ke dalam panci berisi rebung. 
  • Masak hingga sayuran matang. Tuangkan sisa santan, didihkan kembali dan angkat dari perapian. 
  • Hidangkan selagi masih panas.
  • Selamat mencoba
 Gambar diambil dari Google, yang mirip sayur rebungnya...

Dua Hari di Ciliwung: Ga Ada Burung, Ayampun Jadi

Karena ga ada burung, akhirnya ngamatin ayam ^^ (Foto: Agnes Yuliana)

Hmm gue mau sedikit bercerita dan berbagi pengalaman tentang acara #kempingdiciliwung Bojonggede pada tanggal 21-22 Januari 2011. Acara ini diadakan oleh Komunitas Peduli Ciliwung dan Trashi (Transformasi Hijau).

Gue tau informasi tentang acara ini dari grup KPL Angsana diploma IPB, gue langsung tertarik buat ikutan. Dan kebetulan Zevira juga jarkomin. Pertamanya gue gak dibolehin ikut sama orang tua gue dengan alasan bla bla bla. Tapi setelah gue keluarin jurus seribu rayuan, trus gue jelasin acaranya tuh bla bla bla… akhirnya dibolehin deh, ayeeey :D

Pagi-pagi buta sekitar jam 4 pagi, gue bangun dengan semangat 45. Karna gue berangkat dari Bekasi dan berhubung gue gak tau tempat kempingnya di mana, makanya gue memutuskan buat berangkat bareng anak-anak Angsana (9 orang), janjian di stasiun Bogor. Setelah sholat subuh, gue langsung caw ke Bogor. Sampe terminal Baranangsiang Bogor pukul 8 lewat dikit. Abis itu gue langsung ke stasiun Bogor dan ternyata keretanya udah dateng. Anak-anak yang lain udah di kereta, untung gue gak ketinggalan kereta *penting gak sih?* hha yowes lah

Jam 10 kita sampai di desa Glonggong, Bojonggede. Ternyata pesertanya rata-rata anak SMA dan SMK *berasa tua. Pertama-tama dibagiin kelompok gitu. Alhamdulillah sekelompok sama kak Anit, Diah sama satu lagi Angki anak kelas 1 SMK. Gue kira anak kuliahan hha dan pembimbing kelompoknya pun anak SMA -__-“

Setelah itu, kita disuruh mendirikan tenda. Angsana bawa tenda sendiri, jadi kita (bersembilan) 1 tenda. Yang ga bawa tenda, dipinjemin sama panitianya. Abis diriin tenda, kita ada fieltrip gitu. Materinya tentang air, serangga, herpet, burung dan vegetasi.

Di pos pertama, pos tentang air. Yang ngasih materi namanya bang Hendra, kita disambut *ceilah* lewat permainan biolanya yang muantep pooll.. haha. Di pos ini kita belajar kenapa sungai Ciliwung berwarna coklat dan banyak sampah, tentang daur hidrologi, kadar oksigen dalam air, apa aja yang mempengaruhi kebersihan air, dan lain-lain masih seputar air.

Di pos kedua, belajar tentang serangga yang dijelaskan oleh kak Gilang, mahasiswa Ilmu Tanah IPB 2007 (kalo gak salah hehe). Wah, mata kuliah Proteksi tanaman ini mah -__-“ Padahal abis UAS kemaren udah say ‘good bye’ sama mata kuliah yang penuh mantra ini, eh sekarang ketemu lagi.. Mungkin ini kali ya yang dinamakan ‘jodoh’ lope lope dah sama serangga dan mantra-mantra latinnya itu :* ortophtera… lepidoptera.. hemiptera… coleoptera.. homoptera… diptera…. Terus penyakit –penyakit tanamannya, hawar daun.. bercak daun.. pustul bakteri.. busuk lunak.. #lagi nostalgia-__-“ untung kemarin gak bahas sampe penyakit tanaman itu hehehe

Setelah pos kedua, kita istirahat sekalian Ishoma dulu. Makan siangnya mantep juga nih.. ayam balado, bihun sama sayur rebung. Dan yang paling ‘paling’ lagi… Angsana makan pake piring dan sendok!! Buat Angsana, ini semua terlalu mewah karna setiap kegiatan alam, Angsana makannya bareng2 gitu pake plastik item (tresbek) hahaha kalo kata lukman ini adalah balasan dari Tuhan! Nyesel dah yang gak ikut hahaaaa

Abis Ishoma kita lanjut fieldtrip lagi…
Pos ketiga, pos tentang Herpet. Di jelasin sama kak Seken, mahasiswa IPB jurusan Agronomi. Di sini kita belajar binatang-binatang yang termasuk herpet kayak kodok, katak, kadal, buaya, salamander, dan lain-lain.

Selanjutnya kepos empat, dijelasin sama kak Agnes dan kak Risky. Di sini kita belajar tentang burung serta cara pengamatannya. Waktu mau ngamatin burung, burungnya gak ada. Adanya ayam. Karna ayam termasuk aves, akhirnya ngamatin ayam deh -__-“ hahaha

Pos terakhir pos Vegetasi, dijelasin sama… hmm… siapa ya namanya kakaknya? Aduh lupa nih hehe maap ya kakak. Di sini kita dikasih tau tentang tanaman-tanaman lokal. Bambunya ada lucu warnanya, garis-garis hijau muda sama hijau tua gitu.

Setelah acara fieldtrip tadi, kita istrahat lagi. Temen-temen Angsana pada main jujur berani gitu, tapi gue lagi gak mood main gituan. Akhirnya gue milih ngobrol-ngobrol sama temen-temen baru. Ada kak Mahfud dr GCUI, kak Riyan mahasiswa sastra Arab UI, Ucup dari Trashi, Angki dari mana gitu *lupa dan dari Angsana ada Kak Daus sama Thya. Kita saling bertukar cerita tentang komunitas masing-masing. Abis itu main benteng hhahaaha seru dah tapi kelompok gue gak bergerak2-__-“

Malam harinya para peserta menjelajah hutan bambu untuk ‘memburu’ hewan herpet. Dan paling banyak yang kami dapat adalah… KODOK! Bukannya gue takut sama kodok, tapi agak geli soalnya badannya itu kenyel2 gimana gitu-___-“ hahaha

Keesokan paginya, jam 5 lewat banyak kita bangun dan sholat subuh. Seusai sholat subuh, sambil nunggu yang lain, beberapa anak Angsana ditambah kak Mahfut, kak Riyan, Ucup dan Ega, kita main gombal-gombalan hahaha lucuuu :D

Setelah semua kumpul, acara dimulai kembali. Yaitu pengamatan burung, lalu ada sedikit pengajian dari seorang Ustadz dan beberapa warga desa. Kemudian Ishoma, setelah itu berdiskusi tentang sungai bersama kakak-kakak Komunitas Peduli Ciliwung dan mentoring tentang fotografi. Dan dilanjutkan dengan presentasi masing-masing komunitas yang ada. Kami diminta untuk mengutarakan ide-ide yang mungkin bisa dilakukan kedepannya. Dari Angsana sendiri, kami mengutarakan untuk membuat sekolah alam di sekitar Ciliwung. Di dalamnya kita bisa belajar tentang pertanian, perkebunan, juga peternakan. Sebisa mungkin kita harus memanfaatkan alam tanpa perlu merusaknya.

Acara selanjutnya main air di sungai hahaha tapi gue gak ikut nyebur, gak tau kenapa lagi gak mood aja. Akhirnya yang pada main, gue mandi duluan deh di rumah warga heheh. Dan acara pun selesai, setelah penutupan. Kita berfoto-foto bersama buat kenang-kenangan...

Seneng banget bisa ikut berpartisipasi dalam acara #kempingdiciliwung di sini gue dapet pengalaman baru, pelajaran-pelajaran berharga, dan juga dapet banyak teman-teman baru dari berbagai komunitas. Pokoknya kalo ada acara-acara kayak gini lagi, harus ngajak gue! :D (Ghina Shadrina, KPL Angsana Diploma IPB)
Sumber tulisan: http://bit.ly/ycBwVd

Rabu, 25 Januari 2012

Daun Bambu Sehatkan Jantung


Masih banyak orang yang belum tahu, daun bambu termasuk herba potensial. Kandungan flavonoidnya cukup tinggi. Di Cina, , ekstrak daun ini dimanfaatkan untuk melindungi jantung.

Selama ini, bagian tanaman bambu yang sering dimanfaatkan adalah batangnya. Daun dan bagian lainnya cuma jadi limbah. Berbeda dengan yang berlaku di Cina. Di Negeri Tirai Bambu, daun bambu justru memiliki sejarah pengobatan dan pangan yang panjang.

Manfaat daun bambu pertama kali diungkap dalam kitab Ming Yi Bie Lu (Catatan Dokter Ternama), yakni untuk meluruhkan dahak serta meredakan batuk dan susah napas. Khasiat lain di antaranya adalah menetralkan racun dalam tubuh.

Kamus Besar Herbal Cina juga menuliskan bahwa daun bambu berfungsi mengeluarkan panas, ampuh mengembalikan cairan, dan bersifat diuretik (melancarkan air seni). Tahun 1998, daun bambu dikategorikan oleh Badan Kesehatan Cina dalam daftar herbal alami untuk obat dan pangan.

Sejuk dan Harum

Jenis tanaman bernama Latin Phyllostachys nigra ini tumbuh di daerah Sungai Yangtze, tepatnya di Cina bagian selatan. Pakar kedokteran Cina kuno mendeskripsikan fungsi obat dan pangan daun bambu dalam kitab Yao Pin Hua Yi atau kitab penggalian arti herbal-herbal, yakni bersifat sejuk, harum, dapat masuk ke meridian jantung, rasanya pahit dan sejuk, chi-nya juga sejuk.

Penelitian menunjukkan, daun bambu mengandung banyak zat aktif, yakni flavonoid, polisakarida, klorofil, asam amino, vitamin, mikroelemen, dan sebagainya, sehingga baik untuk menurunkan lemak darah dan kolesterol. Juga bisa menurunkan oksidasi antioksidan atau radikal bebas, sebagai bahan antipenuaan, serta mampu menjaga stamina dan mencegah penyakit kardiovaskular.

Muliadi Lim OMD-oriental medical doctor dari Shanghai TC University mengungkapkan, kandungan flavonoid daun bambu memiliki efek positif pada kemoterapi terhadap sumsum tulang dan imunitas tubuh, bisa memperbaiki aliran mikrovaskular bagi penderita jantung, fungsi trombosit, dan peredaran darah di otot jantung.


Rimbunan hutan bambu desa Glonggong Bojonggede

Mirip Hemoglobin

Pakar kesehatan dari Jepang meyakini susunan flavonoid daun bambu mirip susunan hemoglobin. Karena itu, daun bambu bisa langsung disuntikkan ke dalam vena dan dapat meningkatkan efisiensinya.

Flavonoid daun bambu juga aman, tak beracun. Uniknya, flavonoid daun bambu merupakan sumber daya domestik flavonoid pertama yang ditemukan di negeri Cina dan telah dipatenkan secara resmi.

Badan Kesehatan di Provinsi Zhe Jiang-Cina, melalui tes toksiologi, melakukan uji oral ekstrak daun bambu pada tikus dengan dosis LD50, yang lebih besar dari 10g/kg berat badan tikus. Hasilnya daun bambu bebas racun.

Benarkah kandungan flavonoid daun bambu mampu menyehatkan jantung? Sebuah penelitian secara khusus dilakukan guna mengungkapkan manfaat flavonoid daun bambu terhadap pembuluh darah dan aliran darah pembuluh koroner.

Variasi penelitian dengan dosis tinggi, menengah, dan rendah, flavonoid daun bambu terbukti dapat memperlancar aliran darah koroner dari jantung Cavia cobaya (sejenis tikus) yang terpisah dengan badannya. Perhitungan terhadap grup dan masing-masing anggota grup mempunyai perbedaan yang signifikan, bertambah seiring dengan besarnya dosis.

Dosis tinggi, menengah, dan rendah flavonoid daun bambu dapat menambah daya kontraksi otot jantung dan perhitungan terhadap grup juga mempunyai perbedaan yang jelas. Efek dari grup dosis kecil (2,5 mg/mL) menerangkan hasil positif bagi fungsi fisiologi normal arteri koroner dan berpotensi mencegah terjadinya gangguan jantung.

Sejak tahun 1998, ahli di Cina telah banyak melakukan penelitian terhadap fungsi flavonoid daun bambu untuk menghambat oksidasi lemak. Contohnya, campuran segelas minuman cokelat dengan 1 persen ekstrak daun bambu secara signifikan meningkatkan antiradikal bebas sekaligus melindungi aktivitas vitamin A dan E.

Di pasar dalam negeri produk ekstrak daun bambu relatif belum banyak. Biasanya dalam bentuk tablet maupun sejenis makanan ringan yang dapat dikonsumsi, layaknya jajanan. Karena dalam bentuk ekstrak, tentu diperlukan sikap hati-hati dalam mengonsumsinya. Cara terbaik untuk mengurangi risiko, perhatikan legalitas produk seperti ada tidaknya sertifikasi dari Badan POM.

Manfaat Bambu dari Zaman ke Zaman

Berbagai kitab herbal, kitab obat klasik, dan farmakop Cina mencatat khasiat bambu dalam menyembuhkan penyakit. Di antaranya:
1. Bie Lu. Daun bambu bersifat dingin, tidak beracun, untuk mengobati rasa panas di dada dan batuk.
2. Sheng Hui Fang. Bubur daun bambu bisa menyembuhkan jantung panas pada anak kecil atau tidak sadarkan diri. Ramuannya: daun bambu 60 g, beras secukupnya, dan 15 g yin chen (wormwood/Artemisiae scopariae) dibuat bubur.
3. Kitab Terapi Herbal. Daun bambu mampu menyembuhkan batuk, haus, dahak, radang tenggorokan, dan menghilangkan rasa panas.
4. Ben Cao Qiu Zhen. Daun bambu bisa menyegarkan hati, menghangatkan limpa, menghilangkan riak dan dahaga, angin jahat, batuk, sesak, muntah darah, stroke ringan, dan lain lain.
5. Yao Pin Hua Yi. Kitab yang dikenal sebagai Kitab Definisi Obat ini mencatat, daun bambu menyegarkan, agak pahit, mampu menetralkan semua chi dingin dan panas.
6. Jing Yue (Kitab Herbal Klasik). Daun bambu, dengan aromanya yang ringan, bisa menetralkan rasa panas, terutama chi di jantung. Merupakan obat yang baik, terutama untuk mengobati dahaga karena hari panas, membersihkan sputum/riak di dada, meredakan rasa dingin dan lemah, batuk, dan asma. Hanya daun bambu yang bisa memasuki kandung empedu dan membawa chi netral ke dalam paru-paru untuk mengeluarkan panas.
7. Ben Jing Feng Yuan. Dalam Kitab Herbal Klasik Shennong ini tertulis daun bambu menyembuhkan salah urat, luka, dan membunuh parasit.
8. Kamus Besar Obat Cina. Daun bambu meredakan rasa cemas dan panas, serta melancarkan buang air kecil.

Penulis: Ghalibia Alita
Sumber tulisan: http://on.fb.me/yx8MzH

Kemping Ciliwung: Memaknai Kemewahan Alam Desa Glonggong


Desa Glonggong, Bojonggede, 21-22 Januari 2012. Pada tanggal tersebut, Transformasi Hijau bekerja sama dengan Komunitas Ciliwung telah melaksanakan sebuah perhelatan yang begitu besar yang bisa dilihat dari segi nilai. Acara ini tidak wah secara material, tidak ada dangdutan atau mengundang artis ibu kota, tidak menginap di vila atau berhubungan dengan sesuatu yang mewah. Hal ini lebih kepada kemewahan sebuah pemikiran atau pembelajaran tentang berbagai hal tentang alam dan Ciliwung. Beruntungnya, saya adalah salah satu dari mereka yang meramaikan perhelatan ini sehingga bisa menikmati kemewahan itu. Kemping di Ciliwung diikuti oleh berbagai elemen komunitas, pelajar dan mahasiswa. Terdiri dari Komunitas Ciliwung, KPL Angsana IPB, Teens Go Green dan GC UI.

Setiap peserta yang ikut perhelatan ini, pasti memiliki cerita masing-masing, mulai dari berangkat hingga usainya acara, tak terkecuali saya. Berangkat dari rumah pada pukul delapan pagi dengan niat sampai di Bojong pukul sembilan pagi. Naik ular besi dari stasiun Pasar Minggu menuju peron Bojonggede dilakoni dengan suasana yang biasa saja. Niatnya sih setelah naik kereta mau langsung jalan kaki aja sampai ke TKP karena inget pesan bang Badak. Berkata bang badak : “jalan kaki aja! Cuma 600 meter kok. 10 menit dari stasiun.” Beruntunglah saya tanya narasumber lokal yang membuat saya berubah pikiran. Berkata tukang belimbing : “Jauh dek, langsung naik aja 07 atau ojek.” Setelah mengucapkan terima kasih, bergegaslah saya menuju TKP Glonggong.

Selanjutnya, yang luar biasa adalah ketika naik 07 jurusan Bogor kota. Supirnya sangat  luar biasa hingga saya keterusan sampai Cilebut atau malah hampir Bogor. Hal ini membuat saya kembali memutar arah dan ngongkos lagi. Turun di jalan Haji Wahid, berjalan kaki melewati rel kereta, dan sampailah saya di tempat yang sudah membuat saya penasaran ini. Rimbunan pohon bambu dan kesejukan menyambut dengan lembut setiap derap kaki yang telah lemas karena nyasar ini.

Waktu menjelang siang, mentari sedang berdansa di ujung langit, kami diajak untuk mendirikan tenda dan menyambangi area yang akan kami gunakan untuk mendirikan tenda dan berkumpul. Pasca ke area seluruh peserta dikumpulkan lagi si saung dan dibagi kelompok. Saya tergabung dalam kelompok satu yang dibimbing oleh saudari Ulfah Wulandari. Sebagaimana kelompok lain, kelompok ini juga akan menerima materi-materi awal yang disajikan oleh berbagai ahli di bidangnya. Mulai dari burung, vegetasi, air, serangga, hingga herpetofauna.

Kami menjalani tahap mulai dari pos burung yang bertempat di sisi sungai dekat jembatan. Materiya mencakup tentang burung yang diisi bang Iting dan ka Agnes. Otak kami dipacu dengan berbagai pembahasan mulai dari deskripsi, ciri–ciri, hal penting dalam pengamatan hingga pembuatan sketsa burung. Lanjut ke tahap selanjutnya, yaitu pos vegetasi yang bertempat di bawah rimbunan bambu yang diisi oleh ka Febri. Di sini kami mengenal berbagai vegetasi lokal mulai dari jenis bambu tali, lempuyang, dan lainnya. Pos ini mencerahkan saya secara pribadi seperti apa vegetasi yang cocok ditanam di tepi Ciliwung. Setelah tahap ini, kami melakukan istirahat sholat dzuhur dan makan siang hingga pukul satu.

Lanjut menjemput ilmu di pos selanjutnya, yaitu di pos air yang diisi oleh bang Hendra Aquan. Di sini kami menjadi lebih tahu tentang siklus air, air permukaan, dampak sesuatu kepada lingkungan khususnya air, bioindikator sungai, metode pengukuran air, dan pentingnya sungai. Setelah 45 menit  terlewati, kami lanjut masuk ke pos serangga yang diisi oleh bang Gilang. Di pos ini kami mendapat pengetahuan mengenai serangga. Banyak istilah-istilah lain yang didapatkan di sini, tapi tak mudah untuk menghafalnya. Tiba saatnya pindah ke pos terakhir oleh bang Seken yang akan memaparkan tentang herpetofauna. Materinya mencakup pengetahuan tentang reptile dan amfibi.

Setelah semua pos selesai, kami kembali ke area tenda. Sepertinya panitia sudah menyiapkan permainan untuk kami. Namun, karena peserta belum semuanya selesai, kami dizinkan lebih dulu untuk sholat ashar. Dan pasca sholat ashar, tibalah saatnya main bentengan yang sensasinya cukup berbeda karena digelar di tengah hutan bambu dan udara yang sejuk. Semua tertawa diiringi dengan jatuh bangun karena jatuh di tanah yang licin dan belok.

Istirahat akhirnya datang juga setelah menumpahkan peluh yang penuh tawa dalam medan permainan bentengan. Tiba–tiba hal yang unik muncul. Sekelompok anak-anak yang tinggal di situ ngikut nimbrung bareng kita semua. Awalnya sih salah satu mereka bilang ; “berani ga nyanyi di sini?” nah entah mengapa mereka malah maunya dance. Kebetulan bang Adi punya lagunya Cherry belle yang judulnya beautiful. Anak-anak itu mulai meliuk-liukkan tubuhnya dengan rapi dan layaknya penari tarian modern profesional. Semua orang bersorak dan bergembira, percaya tidak percaya anak itu memang berbakat. Setelah lagu beautiful, ternyata salah satu dari anggota KPL Angsana (kalau tidak salah) punya lagu yang berjudul Mr. Simple dari artis Korea Selatan. Lebih meriah kali ini. Mungkin, kalau digambarkan akan panjang lagi. Semenjak itu mereka saya sebut Artis papan "paling" atas di "Glonggong Idol”.

Waktu maghrib tiba, kami sholat maghrib dan setelah beberapa saat dilanjutkan makan (lagi). Setelah semua selesai, kami bersiap–siap mencari herpetofauna. Dibagi tiga kelompok dan saya bersama beberapa peserta lain masuk ke kelompok yang dibimbing ka Iting. Selama perburuan, kami mendapatkan kodok jenis buffo, cicak rumahan, dan lainnya. Setelah semua selesai, kami dikumpulkan kembali dan melaporkan herpetofauna yang kami dapatkan. Kelompok lain ada yang mendapatkan kadal ekor panjang, katak dan cicak hutan.

Setelah kami selesai, kami bergegas kembali ke area kemping dan mendengarkan Dewi, Hannan, Ucup dan Ulfah mempresentasikan Trashi News dan Young Transformer. Setelah semua selesai, kami dipersilahkan istirahat oleh ka Putri di tenda dan mengisi tenaga untuk kegiatan esok hari.

Kemewahan ragam komunitas yang tergabung bersama saat Kemping di Ciliwung

Pukul lima pagi hadir di 22 Januari 2012. Bergegas bersama peserta lain menuju masjid di seberang sungai Ciliwung (saya lupa nama masjidnya). Dalam kesejukan bercampur dingin kami nikmati ibadah di sana. Pasca ibadah, kembalilah kami ke kemah tempat semula. Tak diduga, beberapa peserta dari KPL Angsana berkumpul di tendanya dan mengeluarkan suara–suara gaduh yang menarik perhatian saya dan saudara Mahfut. Kami berdua bergegas menuju tenda KPL Angsana dan ikut nimbrung disana.

Sesampainya di sana (tentunya tidak naik angkot dan nggak nyasar), sekitar pukul 05.30 pagi kami menemukan wajah-wajah keceriaan dan penuh canda karena sesuatu yang mereka sebut gombal-gombalan. Mahfut berlaku paling mahir sepertinya dari yang lainnya. Segala jenis gombalan dikeluarkan dari mulutnya yang lincah. Mei Lisa (KPL Angsana), jadi korban yang sangat–sangat sering digombalin sepertinya. Terus berlaku seperti itu, dari candaan berbuah tawa lepas yang riang dari kami semua. Tapi, ternyata pukul tujuh pagi saya meninggalkan area kemping karena berbagai keperluan yang sifatnya tidak bisa ditinggalkan. Bersama Mahfut yang sejak awal sudah izin untuk tidak meneruskan kegiatan kemping ini. Berat rasanya meniggalkan teman-teman yang luar biasa dan meniggalkan rangkaian acara lain seperti pengamatan burung dan lainnya. Tapi, memang seperti itu keadaanya.

Tetapi, yang saya tahu selama rangkaian acara yang saya ikuti, kami membaur bersama dalam riuh angin yang mendera dan mencair bersama lenturnya aliran sungai Ciliwung membangun harmonisasi persaudaraan yang begitu kental dengan bumbu-bumbu canda dan romantisme yang dilontarkan masing-masing kami. Semoga dengan adanya kemping di Ciliwung ini melahirkan manfaat yang luar biasa dari tujuan awalnya yaitu pelestarian lingkungan khususnya sungai Ciliwung dan umumnya seluruh lingkungan hidup dan semoga silaturrahim kita semua abadi hingga kapanpun. Tak lupa terima kasih untuk Transformasi Hijau, Komunitas Ciliwung, KPL Angsana, Young Transformers, SMA N 32, SMK N 24, SMK N 20 dan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini. (Riyan Hidayat - Komunitas Ciliwung Condet)

*terakhir mohon maaf kalo bahasa saya kaku dan nggak asik, amatir (Maklum yak)

 Sumber tulisan: http://bit.ly/xYAfsh


Rela Ga Mandi Demi Kemping di Ciliwung


Akhirnya w punya niat bercerita setelah sekian lama tidak bercerita hehehe... Baik mungkin langsung aja ye. Di pagi hari yang cerah tanggal 21 Januari, w terbangun dari tidur gue dengan perasaan tidak sabar dan gelisah,hehehe. Maklum, sebabnya di hari itu w bakalan ikut camping yg udah w tunggu dari kapan tau. 

Menjelang jam 7 pagi, hp w tiba-tiba bergetar, layaknya mau joget dangdut hehe. Ternyata w dpt sms kalau Angky dan Heri anak SMK 24 udah nyampe di stasiun Pasar Minggu. Sontak gue kaget, soalnya w bilang ma mereka kalau dateng jam 8 aja dengan maksud kalau dateng jam 8, otomatis panitia yang w dah janjiin dateng jam 9 (biasanya begitu, janji jam 7 dateng jam 9 makanya w nyantai aja di rumah heheheh). Serontak w langsung siap-siap aja. Tanpa mandi dan gosok gigi w langsung cau ke TKP tapi sebenernya w kudu PM dulu jam segitu (malah skul w dket rumah lagi). Tapi karena udah dihasut Ulfa dan Hanan, ya ayo aja dah jadinya heheheheh. Dengan perasaan was-was, w pergi dari rumah. Ngumpet ntar ketauan temen w hehe. 

Singkat cerita w nyampe ke pos 1 di keramik buat nunggu anak-anak Line Magic Community si Bayu, Rendy dan Rika. Nah yang bikin lama nunggu tuh Rika, makanya w jadi ngaret maap nye buat Tata, Ega, Diah, Angky dan Heri klo Dei, Nabilah dan Ulfah bodo amad. Itung-itung bales dendam di Ancol wkwkw. Kemudian kita pada naik kereta, malah semua belum pernah lagi, kecuali Rika si bolang dan akhirnya kita sampai juga di Bojonggede dan langsung aja menuju TKP.

Sampai di sana langsung bertemu dengan kawan lainnya dan w, Ulfah, Nabilah, Dewi disuruh jadi panitia pula. W kebagian di kelompok 2, padahal w mau kelompok 3. Trus kebagian buat mentoring kelompok w ke pos 2 tentang vegetasi mentornya kak febri. Kita dikenalin berbagai jenis tumbuhan yang ada di pinggiran kali Ciliwung. Selanjutnya langsung nge cau ke pos 3 tentang ekosistem sungai. Kak Hendra ngejelasin panjang lebar tentang ekosistem sungai mulai dari yang bagus ampe gak beneran bagus. Pas lagi asik-asiknya mendengarkan alunan info sungai dari kak Hendra, eh kak Ady dateng kalu udah saatnya istirahat makan heheheh (asik makan wkwkwkw cz pas banget w lagi laper).

Kelar istirahat kita lanjut lagi dan sekarang objek wisata yg dikunjungi adalah di pos 4 tentang serangga mentornya kak Gilang. Kita dijelasin tentang bagaimana ciri, tempat hidup serangga dan disuruh mengidentifikasiin kupu-kupu. Di sini kasian banget, w liat tuh kupu-kupu yang diawetin hiks. Kelar dari sini (sebenernya bloman cuman diusir ma kelompoknya Ulfah dasar kau), kita ke pos 5 tentang herpetofauna mentornya kak Seken.

Di pos ini kita dijelasin tentang macam-macam amphibi dan reptil plus habitat mereka yang terutama bedain kodok ma katak. Blom lama kelar mau diusir lagi ma si Ulfah. Kita langsung nge cau ke pos terakhir yaitu pengamatan burung. Nah dimari seru nih ma kak Agnes dan kak Iting, karena gak bakal ada yang ngusir lagi hahah. Jadi w lama-lama in ajah sambil belajar kamera yg dipegang kak Agnes heheheheh...

Malem harinya kita pada mau ngepet eh nge herpet ding nyari kodok,katak atau kadal. Kelar dari situ langsung balik ke camp tuk duduk manis dan nonton TRASHI NEWS. W demen banget dimari, karena ada w nongol. Kelar nonton w, Nabilah, Ulfah dan Dewi jelasin tentang TRASHI dan Young Transformer. Setelah itu bobo deh hoammmmmm 

Akrab bersama peserta kemping

#keesokan pagi....

Brrbrrbrrbrrrbrrr w kedinginan dan terbangun jam 2.30 pagi malah mules lagi. Di luar sambil ngobrol yang gak tidur sambil dengerin musik dangdut yang kenceng biar pada bangun, eh gak bangun mungkin pada cape. Di pagi hari pas semua udah bangun kak Ady ngajakin pengamatan burung dan menuju jembatan di kali tuk nyari burung. Ditunggu-tunggu gak nongol. W mules lagi dan langsung aja w ke rumah warga biar lega. Kelar ngelegain, eh  ada peserta lagi di luar rumah warga (mungkin mules juga pikir w) heheheh  trus dia bilang klo Nabilah buang hp-nya ke kali Ciliwung. 

Waw sontak w langsung aja lari ke jembatan, eh udah gak ada trus w nyari ketemu langsung w selametin tuh bocah. Sabar yah Nabilah, beli BB dah ntar cari cesingnya dulu oke. Kelar pengamatan balik lagi ke camp. Pas di sini w gak ikut acaranya, karena w ngatuk berat coy yudah w tidur. Lagi seru-serunya tidur dibangunin ma Ulfah, Dewi dan Nabilah buat persentasi Ciliwung. 

Kelar itu ada tubing wah seru banget ini. Singkat cerita kita pulang dan berpamitan sama semuanya. Pengalaman ini tak akan terlupakan buat w. Thanks buat semua yang terlibat. Tanpa kalian semua acara ini takkan berjalan.

Sayang bundaku tersayang,Juliana Pricilia Dewi tidak ikut. Tapi ga apa-apa dia lagi UAS jadi emang gak bisa diganggu mungkin. Oh iya, pas pulang dan ampe Jakarta w keabisan ongkos lagi. Untung ada Ulfah ku sayang heheheheh. Love you pull dah buat Ulfah pas pulang. Maafnyah ngerepotin mulu, tapi besok-besok lagi kok hehehehehehe.... (Yusuf Garuda - Line Magic Community - Young Transformers SMK 24)

Sumber tulisan: http://on.fb.me/yJu0JI

Berburu Cekakak jawa di Ciliwung Bojonggede


Camping di bawah kerimbunan pohon bambu adalah pengalaman pertama buat aku. 21-22 Januari 2012, penutupan tahun Kelinci Emas dalam kalender China. Ini dia yang aku lakuin bareng-bareng sama temen-temen yang lain serta dengan senior-senior yang terus menginspirasi. Kemping di Ciliwung nama acaranya. Acara gagasan TRASHI (Transformasi Hijau) yang bekerja sama dengan KPC Bojonggede dan komunitas lain. Acara ini dibuat dengan tujuan untuk mempublish berbagai potensi dan menunjukan bahwa sungai Ciliwung memiliki sisi FUN  khususnya kepada para remaja sebagai target utama.

Kampung Glonggong, lokasi camping yang berada di daerah Bojonggede. Perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam yang sebenarnya gak memakan waktu selama itu kalo gak ada tragedi tunggu-menunggu antar teman. Sampai di lokasi, aku dan teman-teman dapat sambutan hangat dari kakak-kakak yang udah lebih dulu sampai di sana dan juga dari warga kampung Glonggong yang baik hati.

Gak lama setelah itu, kami semua langsung menuju camp dan ngediriin tenda. Setelah ngediriin tenda selesai kegiatan mentoring dimulai. Kegiatan mentoring ini dibagi menjadi beberapa pos yang akan dikunjungi kelompok yang sudah dibagi sebelumnya. Ada 5 pos di fieldtrip ini, di antaranya pos burung, serangga, herpetofauna, vegetasi dan ekosistem air.

Ini dia kegiatan Fieldtrip kelompokku!!

Kunjungan pertama: Pos burung. Mentornya kakak JBC (Jakarta Birdwatcher Community) yaitu kak Agnes dan kak Iting. Materi: pengenalan tentang burung, pengenalan tentang pengamatan burung, belajar membuat sketsa burung, belajar mengidentifikasi spesies burung.

Kunjungan kedua: Pos Vegetasi. Mentornya kak Febri dibantu Bang Udin (orang asli Bojong) . Materi: pengenalan tentang tanaman lokal Bojonggede beserta manfaatnya.

ISHOMA (Menu andalan: Sayur rebung, pencuci mulut: buah Kemang) 

Kunjungan ketiga: Pos ekosistem air. Mentornya salah satu petinggi TRASHI yaitu om Hendra. Materi: Siklus hidrologi, faktor pencemar air, cara mengukur kualitas air, ekosistem dalam air. 

Kunjungan keempat: Pos serangga. Mentornya kakak dari UKF (Uni Konservasi Fauna) spesialis serangga, kak Gilang. Materinya: pengenalan tentang serangga beserta habitatnya, pengenalan tentang pengamatan serangga, cara mengawetkan serangga.

Kunjungan kelima: Pos Herpetofauna. Mentornya kakak dari UKF (Uni Konservasi Fauna) spesialis herpertofauna, kak Seken. Materi: pengenalan tentang herpet, spesifikasi dari setiap herpet, pengenalan tentang pengamatan herpet.

Selesai sudah kegiatan mentoring berbasis fieldtrip ini, kemudian aku dan para peserta yang lain diajak memainkan permainan yang udah lama luntur di kehidupan anak kecil zaman sekarang. Anak zaman sekarang lebih cenderung gemar bermain dengan gadgetnya daripada permainan-permainan yang menyehatkan dan memiliki nilai moral yang baik. Tap benteng adalah permainan yang berhasil mencairkan suasana sehingga makin terlihat chemistry kekeluargaan antar satu sama lain. 

Puas bermain, kami semua dihibur dengan pertunjukan anak kecil asal desa Glonggong ini yang dengan penuh percaya diri meliuk-liukan badannya. Sedikit dapat cambukan sih saat tau mereka lebih suka lagu-lagu berbasis cerita percintaan anak ABG dibandingkan lagu-lagu anak kecil yang sampai sekarang pun masih aku gemari. Kini gak heran kalau anak-anak mengalami penuaan dini karena memang hal-hal yang mereka konsumsi sekarang tidak sesuai terhadap usianya.

Ketika malam datang, kami semua bersiap-siap untuk melakukan pengamatan herpetofauna. Pengamatan ini dibagi ke dalam 3 jalur di mana masing-masing jalur akan di dampingi oleh kakak-kakak senior yaitu kak Iting, kak Seken dan kak Gilang. Di kegiatan ini spesies yang diperoleh ada 2 amphibi dan 4 reptil di antaranya kodok buduk (Buffo melanosticus), kongkang kolam (Rana calconata) pada reptil dan cicak hutan (Cyrtodactylus sp) Cicak rumahan (Hemidactylus frenatus), kadal langit (Tachydromus sexlineatus) dan Bunglon pohon (Bronchocela jubata). Kemudian setelah pengamatan herpet selesai, kami langsung melepas hewan-hewan herpetofauna itu.

Selepas itu kami menonton screening film. Video yang awalnya diputar adalah TRASHI NEWS yang disambung dengan sharing pengalaman bersama Young Transformers (anak didikan TRASHI) kemudian dilanjutkan dengan menonton film horror bersama dan pergi istirahat.

Aku terbangun pukul 5 pagi dan melihat kawan-kawan dari Diploma ANGSANA IPB sudah ramai bercanda tawa.

Agenda pertama hari itu adalah Bird Watching (pengamatan burung). Yap!! ini adalah kegiatan favoritku. Jembatan adalah spot pertama yang kami kunjungi untuk mencari burung untuk kami amati.(FYI ada insiden  di sini, turut berduka atas terjunnya HP Hanan Nabilah di Sungai Ciliwung). Sedikit sulit memang untuk mengamati burung di tempat seperti ini. Bambu dan pepohonannya yang sangat rimbun mengharuskan aku dan yang lain untuk semakin teliti. Dan akhirnya setelah sekian lama, kami berhasil mengidentifikasi sekitar kurang lebih 7 spesies burung. Salah satu yang membuatku gembira adalah aku dapat menemukan spesies Cekakak Jawa (Javan Kingfisher/Halcyon cyanoventris) untuk pertama kalinya.

Berburu Cekakak jawa di balik rimbunan bambu (Foto: Sudirman Asun )

Setelah selesai pengamatan, kami semua sarapan di saung dan setelah itu kami tahlilan bersama ustadz di Bojong dan beberapa anak pesantren asal Bojong. 

Selesai makan dan tahlilan, kami semua ke bawah dan duduk manis di atas ponco yang digelar untuk sharing bersama dengan kakak KPC Bogor dan mentoring tentang fotografi jurnalistik oleh bang Henry. 

Setelah agenda chit chat selesai, para peserta dikembalikan ke kelompok asalnya dan menuliskan kegiatan apa yang akan dilakukan selepas acara kemping di Ciliwung ini. Aku, Ega dan Diah yang menuangkan ide yang lebih universal dan tidak terlalu concern ke sungai Ciliwung memang sangat terlihat berbeda dengan hasil diskusi kelompok kami. Akan tetapi aku, Ega dan Diah bisa melewati fase presentasi dengan baik. Perbedaan yang mencolok yang awalnya kupikir akan menjadi kekurangan itu ternyata bisa kami cover dengan baik dan kami ubah menjadi suatu kelebihan.

Presentasi selesai dan agenda sudah menjadwalkan untuk kegiatan bercengkrama dengan sungai langsung. ya!! Tubing dan menghanyutkan diri, bersenang-senang dengan sungai dan ekosistemnya. Aku yang awalnya sempat ragu akhirnya mengikuti agenda ini. Rasa penasaran yang mengalahkan keraguan. Akan rugi jika aku gak ikut agenda basah-basahan ini.

Ega adalah korban pertama yang dihanyutkan bersama ban dalam ukuran untuk motor. Kemudian disusul aku dan Diah. Kami yang belum apa-apa sudah terbalik akhirnya memutuskan untuk menghanyutkan diri dan menyusul Ega dengan ban dalamnya. Benturan-benturan dengan bebatuan di sana serta teriakan yang menggelegar menjadi sensasi tersendiri yang harus kami nikmati. Betul-betul menyesal jika aku tidak mengikuti agenda basah-basahan ini. 

Namun di agenda ini aku mendapat cambukan yang cukup keras. Melihat realita yang terjadi pada wajah Ciliwung. Aku yang mengambang bersama teman-teman yang lain ternyata ditemani dengan banyak sekali sampah styrofoam. Di area yang bisa dibilang daerah hulu saja sudah ada sampah styrofoam begini, bagaimana di hilir? Di sini makin kuat pertanyaan yang sudah menjamur di benakku. Bagaimana caranya untuk mengubah mindset masyarakat bahwa sungai itu bukan tempat sampah? Bagaimana cara agar penggunaan styrofoam bisa diminimalisir atau bahkan dihilangkan? Bagaimana caranya untuk memanfaatkan limbah styrofoam yang semakin hari semakin menggunung? Ini PR kita kawan-kawan agen perubah!! 

Selesai mengambang-ngambang di sungai Ciliwung, aku Ega dan Diah beres-beres tenda, mandi bersih-bersih dan ngobrol-ngobrol sama kakak-kakak yang lain. Kemudian foto-foto dan pulang ke rumah masing-masing. 

Kemah kali ini benar-benar bermakna banget buat aku. Di sini aku benar-benar dapet banyak temen baru, inspirasi baru, motivasi baru, keluarga baru, pengalaman yang benar-benar berharga banget. Gak nyangka aku bisa ngebuktiin omonganku tentang "sebar virus cinta lingkungan" dengan berhasil ngajak temenku ikut berpartisipasi dalam acara ini dan melihat mereka menikmati acaranya. Semoga semakin banyak agen perubah untuk bumi yang lebih baik. Semoga akan terus terjadi perubahan dan impact-impact untuk bumi yang lebih baik. Semoga cita-cita kita bersama untuk bumi bisa terwujudkan. Dan semoga Ciliwung bisa kembali cantik seperti dulu lagi :D (Arinta Tata - Teens Go Green SMK 20 Jakarta)

"Jangan terus hanya bermimpi dan menikmati mimpi indahmu! Tapi bersegeralah bangun dan berusaha untuk wujudkan mimpi indahmu menjadi nyata!" 

Sumber tulisan: http://on.fb.me/yIv29X

Pertamax: Kemping di Ciliwung


Awalnya sih gak ada niat pengen ikut kemping, tapi karena gak ada yang bisa ikut kemping ini karena kebanyakan anak-anak di GC udah pada pulang ke kampung halaman masing-masing jadinya saya sendiri deh yang ikut kemping. Dan di undangan sendiri juga ada tulisan untuk mengirimkan maksimal 1 orang untuk komunitas dan 3 orang pelajar, yah jadi peserta lainnya yang komunitas juga sendirian, hehehe...

Di Sabtu pagi yang cerah tanggal 21 Januari 2012,  jam menunjukan pukul 05.30, (dalem hati "mampus gw kesiangan, harus sampe TKP jam 8 kan") yah biasalah bangun kesiangan gara-gara lagi liburan kuliah, rumah jauh dari Bekasi harus sampe Bojonggede yang lokasinya juga belom tau jadi ya jam segitu udah kesiangan anggapannya ^. Jam setengah 7 lebih dikit berangkat dianter sampe stasiun Kalibata. Membeli tiket kereta apa duluan yang ke arah Bogor, belilah tiket comutter line dan pas sekali jam setengah 8 kereta datang. Langsung naik dan melihat rute di mana stasiun Bojonggede itu berada. 

Tepat jam 8 sampe di stasiun Bojonggede, kaya anak ilang baru pertama kali turun di stasiun ini. Melongok, tengok kiri tengok kanan, berbekal hape dan koneksi internet buat buka FB, ngechek alamat dari foto yg dikasih, dengan tingkat kesotoyaan super dewa akhirnya nekat nanya tukang ojek, nanya gang H. Wahidin di mana. Abang ojek pun dengan tingkat kesotoyan tinggi juga gak tau dan nyasar-nyasar dikit. Akhirnya dengan kesotoyan tingkat dewa pun menyebutkan nama daerahnya "bang kalo kampung Glonggong tau gak bang?" kemudian abangnya bilang "wah bilang dong mas dari tadi kalo mau ke kampung Glonggong, jadi gak usah muter2 gini kan" (dalem hati, mana saya tau bang, lah saya kan bukan orang sini ==") Akhirnya setelah tau lokasinya langsung ke TKP, ngobrol sama abang tukang ojeknya (cie udah deket nih sama abangnya). Akhirnya sampe juga di lokasi, dan jam sudah menunjukan pukul 08.33, dan jeng jeng jeng, saya orang pertama yang sampe di situ. 

Celingak celinguk gak ada temen, bener-bener kaya anak ilang, apa salah tempat apa gak jadi kemping ya ini? hahahahahaha, akhirnya setelah berani SKSD sama mba siapa gitu saya lupa namanya *maaf ya mbanya, akhirnya saya gak nyasar. Menikmati teh anget di warung saung di pinggir Ciliwung. Kemudian gerimis deras yang menyejukan di pagi hari di hutan bambu membuat suasana makin romantis. Yak jam sudah menunjukan pukul 10.00 nah loh belom mulai-mulai acaranya. Peserta yang lain juga belom pada dateng? Waduh dikira telat ternyata dateng paling awal (Indonesia biasalah). 

Beberapa menit kemudian dateng bergerombol anak-anak entah ini pelajar atau mahasiswa, bawa tas gede-gede (agak minder gw cuma bawa tas laptop doang, sampe dikira salesman sama bapak-bapak di sana karena gw diem doang gak ngomong-ngomong, hahahahaha). Akhirnya saya dipanggil mba-mba yang tadi disuruh ngumpul, langsung tau-tau yak kamu masuk kelompok 2 yah. Nah loh langsung dimasukin kelompok, siapa pula itu kelompok 2, yaudahlah ikutan aja saya mah. 

Setelah ngumpul, kemudian mendirikan tenda, ternyata eh ternyata harus mendirikan tenda sendiri, dan gw gak ada skill sama sekali mendirikan tenda. Ok dengan kesotoyan tingkat dewa mencoba mendirikan tenda dan hasilnya GAGAL TOTAL hahahahaha. Akhirnya dibantuin juga ngediriin tendanya, terimakasih mas-masnya *lagi-lagi gw lupa namanya. Setelah mendirikan tenda, kami dibuat kelompok dan diberikan materi untuk setiap kelompok, materinya yaitu Vegetasi, Air, Serangga, Herpet dan Burung. 1 kelompok terdiri dari 4 orang, ada saya sendiri, Rendi dari SMK berapa lupa, ada Intan dan Lukman dari Angsana (dan sialnya gw baru tw ternyata anak angsana bawa 9 orang kemping di sini, meeeeen tw begitu gw ngajak temen gw biar gk sendiri kaya anak ilang gk ada temen ==") dan mentor kami si Ucup yang gak bisa ngomong V sama F jadi nyebutnya P (agak maksa sih lo cup ==") yang ternyata 1 SMK sama Rendi,( dan faktanya lagi gw berasa tua di sini, yg lain masih di bawah gw, meeeeeeen =="). 

Di post Vegatasi, kami diberikan penjelasan tentang tumbuhan yang berada dipinggir kali Ciliwung *dan lupa lagi nama yang ngejelasin siapa. Contohnya yang paling banyak adalah Bambu. Bambu yang banyak dipinggir Ciliwung ternyata banyak manfaatnya. Gak cuma untuk warga sekitar, tapi juga untuk lingkungan sekitar Ciliwung (berasa belajar di kelas). Akar Bambu yang berserabut membuat tanah menjadi berpori-pori seperti lubang cacing, sehingga dapat menjadi cadangan air bersih. Bambu juga dimanfaatkan warga sebagai kerajinan rumah tangga, batang bambunya. Daun Bambunya dijadikan kompos oleh warga sekitarnya, tapi di batang Bambu juga ada bulu-bulu beracun yang dapat membuat kulit gatal, jadi berhati-hati jangan sampai memegang sembarangan (pengalaman gatel2). 

Post kedua adalah Air, dijelasin sama bang Hendra, bawa-bawa biola yang bikin merinding, (ajarin dong bang #eh). Di post ini dijelaskan segala hal yang berkaitan dengan air, dan penjelasannya gak jauh-jauh dari kali Ciliwung ^^. Dijelasin semua kenapa air Ciliwung berwarna coklat, kenapa banyak sampah, apa penyebabnya, apa aja indikator air itu, dan masih banyak lagi. Ternyata bukan hanya sampah ataupun tanah yang membuat ciliwung berwarna coklat, tapi juga karena mikroorganisme yang berada di air, saat air berwarna coklat, itu menandakan bahwa mikroorganisme sedang menguraikan sampah atau semacamnya yang berada di air, dan jika air berwarna hitam pekat, itu menandakan mikroorganisme telah mati, kenapa? karena terlalu banyak material yang harus diuraikan, contohnya seperti manusia yang terlalu banyak makan. Selain itu penyebab mikrorganisme mati adalah turun atau hilangnya kadar DO di air, DO singkatan dari Dissolved Oxygen, oksigen terlarut yang berada dalam air. Jika kandungan oksigen di air hilang, mikroorganisme akan mati, parameter Air ada 3, fisik, kimia dan biologi. Fisik dilihat dari warna, rasa, bau, kekeruhan, pH, suhu, dll. Parameter kimia, yaitu kadar DO, BOD/COD yang ada di dalam air tersebut. Parameter biologi adalah hewan-hewan yang berada di sekitar air trsbt (eaaaaa berasa kuliah kimia lingkungan, laboratorium lingkungan, sama mikrob kalo denger-denger penjelasan bang hendra, hahahahahaha). 

Oke next ke post serangga, haduh lupa lagi siapa nama kakaknya (angkatan 2007 IPB lah pokoknya). Di post ini dijelaskan tentang berbagai macam serangga yang ada di sekitar Ciliwung. Serangga adalah hewan yang banyak ditemui di seluruh dunia. Menempati sekitar 20% dari hewan di dunia. Masuk dalam Insecta -> Anthropoda (sotoy mode on nih, lupa semua^^). Dikasih tau kalo serangga merupakan parameter biologi kerusakan lingkungan. Contohnya adalah capung. Kebanyakan capung berada di daerah perairan yang sudah akan mulai tercemar. Jadi salah satu indikatornya adalah keberadaan capung tapi ada juga jenis capung lain, contohnya capung jarum. Capung jarum hanya bisa hidup diperairan yang bersih. Jika terdapat capung jarum, kemungkinan air yang berada dekat dengan lokasi capung tersebut belum tercemar (kesimpulan sendiri). 

Post selanjutnya adalah Herpet. Pengajarnya halah pengajar namanya agak gimana gitu, dipanggil Second, apa Seken ya? (ups maaaf).  Jujur baru denger sebutan ini. Herpet itu adalah hewan-hewan amphibia, contohnya katak, kodok, salamander, dan satu lagi lupa namanya anilia apa gitu, mirip cacing tapi tubuhnya tidak beruas ruas (lupa namanya^^). Kodok dan katak itu berbeda ternyata, dilihat dari cirinya, kodok kulitnya kasar, dan sedikit berlendir, sedangkan katak berkulit halus. Ada salah satu jenis kodok yang banyak ditemukan di Ciliwung. Warga sana menyebutnya kodok buduk (asli kesian nih kodok disebut buduk). Nama keren kodok buduk adalah Buffo melanusticus (bener gak ya lupa ^^). Merupakan salah satu indikator pencemaran lingkungan. Ciri-ciri kodok buduk itu berbadan kasar, seperti bentol-bentolan, dan kalau dilihat lebih seksama seperti memiliki alis mata. 

Setelah hewan amphibi, kemudian reptil yang dibahas selanjutnya. Contohnya yaitu kura-kura, penyu, buaya, aligator, kadal, dan ular. Ada yang tau perbedaan kura-kura dan penyu? Baik secara fisik ataupun habitatnya? Dari fisik, kura-kura mempunyai cakar di kakinya, sedangkan penyu kakinya seperti sirip. Ada yang tau perbedaan buaya sama aligator? Biasanya buaya memiliki warna kulit coklat cerah, sedangkan aligator memiliki warna tubuh yang gelap dan ukurannya biasanya lebih besar. Kadal ada berbagai jenis, mulai dari cicak, iguana, chameleon, tokek, biawak dll. Ada yang mengira bahwa bunglon dan chameleon itu sama. Walaupun sama2 punya keahlian "mimikri" tapi mereka berbeda ternyata. Perbedaannya ada di mata. Mata chameleon bulat besar dan dapat melihat ke segala arah tanpa harus digerakan secara bersamaan, bola mata chameleon sangat unik, jika mata sebelah kiri melihat ke atas, mata kanan bisa melihat ke arah yang lain. Selain mata, chameleon juga memiliki lidah yang panjang untuk menangkap mangsa dari jauh, berbeda dengan bunglon (jadi inget buzushima yg di blody roar, hahahaha). 

Masuk ke ular. Untungnya di daerah Ciliwung jarang terdapat ular. Jadi sedikit tenang saat kemping ^^. Apa sih perbedaan ular berbisa dengan ular yang tidak berbisa? Kalo dilihat secara kelakuan/kebiasaan ular berbisa cenderung tidak agresif dan santai. Sedangkan ular tidak berbisa itu sangat agresif. Berarti hati-hati sama orang yang santai dan tidak agresif. Diam-diam berbisa loh #eh #OOT hahahahahaha. Dan berhati-hati buat yang suka snorkling, diving, berenang di laut. Ternyata semua ular laut itu berbisa :O. Jika tidak cepat ditolong kurang dari 2 jam, orang yang terkena gigitan ular laut akan meninggal (wah bahaya bener yak). 

Post terakhir adalah post burung, *Ada 2 orang dan gw lupa bener2 siapa namanya ==" di sini kami dikenalkan dengan berbagai macam burung, dan cara yang benar untuk melakukan pengamatan burung. Kami diajari cara melakukan pengamatan burung dengan menggunakan binocular, dan juga cara menggambar sketsa burung yang kami amati. Menggambar sketsa sangat penting agar kita dapat langsung mengidentifikasi spesies apa burung yang kita amati tersebut. 

Setelah semua post selesai, kembali ke tenda masing-masing buat solat ashar. Entah tau2 para peserta disuruh main bentengan, dibagi jadi 4 kelompok. Hadeeeh gimana toh maen bentengan kok 4 kelompok, bingung-bingung dah mau ngenain yang mana. Hahahaha akhirnya jadi 2 kelompok. Lumyan menguras tenaga di sore hari walupun akhirnya badan gatel semua gara kena bulu-bulu pohon bambu hahahahahaha. 

Area Konserpasi Ciliwung Bojonggede
Yak kekakuan dari pagi sampe siang pun akhirnya mulai mencair, di saat menjelang magrib baru deh saya mulai membaur dengan anak-anak yang lain. Salah satunya anak-anak  diploma IPB Angsana yang membawa segerombolan 9 orang (meeeeeeen diem aja pas gw ditanya kok dari GC sendiri =="). Dan ketemu anak UI lainnya yang diem2 aja gak nyapa-nyapa saya. Hadeeeh dasar Riyan anak Sastra Arab 2010, junior di kampus. 

Berkenalan dengan anak-anak Angsana, ada si Mey aka Nenek, Gina, Tia, Daus. Nanya-nanya tentang Angsana dijelasin satu-satu, bertukar pengalaman, cerita-cerita komunitas masing-masing dan ada juga gerombolan lain anak Angsana yang sedang main truth or dare. Saya jadi salah satu korban dari permainan itu, hahahahaha. Yak akhirnya mulai membaur dengan anak-anak yang lain. 

Malam minggu pun diisi dengan kegiatan penjelajahan alam di malam hari mencari hewan herpet, dan hasilnya yang kami dapatkan adalah kodok buduk, kadal langit *keren nih kadal, katak kongkang kolam, dan cicak hutan yang berwarna hitam. Setelah melakukan penjelajahan, seluruh peserta menonton video yang berjudul "The Age of Stupid" film dokumenter yang rekomen buat ditontonlah. Terus tidur deh di tenda masing-masing, dan agak heran dengan tenda kelompok Angsana, 3 cowok 6 cewek. Kasian cowoknya #eh hahahahahaha. 

Keseokan paginya, tepat bangun jam 5, saya dan Rian mencari masjid terdekat untuk solat subuh. Setelah solat dan melewati jalan yang gelap gulita kami kembali ke tenda, dan dikejutkan dengan cewe-cewe dari geng Angsana. "Gilak ada yang kentut bau banget gak kuat gue" kata si nenek sambil ngomel-ngomel keluar tenda dan langsung mendekat ke tenda gw... hahahahhaa *antiklimaks. Hahaha setelah insiden kentut itu pun saya berbenah karena harus pulang duluan. Rian pun ikut-ikutan mau pulang juga. Hadeh alasannya mau rapat.. alibi, hahahahaha. 

Sebelum pulang saya dan Rian main di tenda angsana dulu. Lagi maen gombal-gombalan ternyata mereka. Yah jadi ikut-ikutan deh maen gombal-gombalan. Rian yang gak bisa ngegombal pun cuma dengerin doang *sabar ya yan puk puk puk. Yak serasa gak pengen pulang duluan deh setelah udah mulai akrab sama mereka. Tapi mau gimana lagi ada urusan mendadak yang harus sampe rumah jam 10. Setelah pamit akhirnya saya dan Rian mengejar kereta untuk kembali ke jakarta. Yak pengalaman pertamax kemping lah ini, walaupun agak berat gak ngikutin sampe akhir. Tapi ya semoga bisa ketemu lagi sama kalian. Walaupun pulang dari sana harus sakit kaya gini tapi gak hyesel deh ikutan kemping kemaren, hehehehehe...

Sekian share pengalaman saya, maaf kepanjangan ^^salam hijau
Mahfut Ardi - Kepala Divisi Media & Komunikasi Departemen Hubungan Masyarakat Green Community University of Indonesia 

"Ketika pohon terakhir tumbang, sungai mulai tercemar, dan ikan mati, kita akan menyadari bahwa uang tidak bisa kita makan"

Sumber tulisan: http://on.fb.me/ABUEm2