Selasa, 18 Desember 2012

Club Pathfinder Amati Burung Pulau Rambut

Mengamati burung langsung di alam

Pagi itu, 15 November 2012, jam menunjukkan pukul 07.00, saat Club Pathfinder dan TRASHI bersiap menuju Tanjung Pasir, Tangerang. Di lokasi tujuan, sudah menunggu kapal yang akan mengantar peserta mengarungi Teluk Jakarta menuju Pulau Rambut. Perjalanan ke Pulau Rambut ini dalam rangka memfasilitasi teman-teman dari Club Pathfinder untuk belajar lingkungan langsung di alam. Perjalanan Tanjung Pasir - Pulau Rambut ditempuh dalam waktu 30 menit. Cuaca hari itu sangat bersahabat sehingga kami bisa tiba di pulau tepat pada pukul 09.00. 

Tidak berapa lama kemudian, sesi belajarpun dimulai. Peserta yang berjumlah 18 orang ini terdiri dari siswa kelas 4 sampai kelas 9. Untuk memudahkan penyampaian materi, kelompok ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Di sesi awal, kakak dari TRASHI menceritakan sejarah Pulau Rambut. 

"Yuuk, teman-teman kita berkumpul. Selamat datang di Pulau Rambut. Pulau ini merupakan suaka margasatwa serta sekaligus surganya burung air dan burung migran" sambut Ilham Khoiri, fasilitator pendidikan lingkungan TRASHI. Pulau Rambut memiliki luas 90 hektar, yang terbagi antara daratan dan perairan, dengan luas masing-masing 45 hektar. "Pulau Rambut merupakan kawasan RAMSAR, yaitu wilayah perlindungan alam yang diakui secara Internasional" jelas Ilham. Pulau ini menjadi habitat burung air sekaligus tempat persinggahan burung-burung yang melakukan migrasi, ujarnya. Ilham menjelaskan, sebagai kawasan konservasi, ketentuan masuk Pulau Rambut, harus dilengkapi dengan surat izin yang dikeluarkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta. 

"Kegiatan kita hari ini dibantu oleh para penjaga pulau, kenalkan Pak Edi dan Pak Budi," terang Ilham saat memperkenalkan staf Polisi Kehutanan BKSDA yang akan menemani berkeliling pulau. "Teman-teman sudah siap mengamati burung?" tanyanya. "Siap kakak!" seru para peserta dengan semangat. 

"Kakak itu burung apa?" tanya seorang peserta sesaat memasuki pintu gerbang hutan Pulau Rambut. Para fasilitator kemudian mengajak peserta untuk membuat sketsa burung tersebut. "Kalian mau tahu nama burung itu? Buat dulu sketsanya di kertas, nanti kita bandingkan dengan gambar yang ada di buku kakak," jelas Ilham ke peserta. Ilham menambahkan, bahwa gambar sketsa yang dibuat tidak perlu mirip dengan aslinya. hal yang terpenting adalah mencantumkan keterangan yang jelas, seperti warna bulu, bentuk paruh dan hal-hal unik lainnya. Gambar sketsa yang dibuat ini kemudian dijadikan acuan pengenalan nama jenis burung dari buku daftar burung.

Presentasi hasil oleh peserta kegiatan 

Pengamatan burung tidak hanya dilakukan dari bawah saja. Kakak fasilitator juga mengajak para peserta untuk naik ke menara pengamatan. Dari atas menara ini, peserta dapat memandang luas ekosistem hutan mangrove yang hijau yang diselilingi warna putih di beberapa pucuknya. Warna putih tersebut merupakan warna bulu burung yang hinggap di pucuk-pucuk pohon mangrove. 

"Woooow !! kak keren dan besar besar banget ya burungnya," sahut seorang peserta dengan perasaan terkagum saat melihat seekor Cikalang christmans dan Elang laut perut putih melintas di dekat menara. Kesempatan itupun aku manfaatkan untuk menyisipkan pesan moral ke para peserta bahwa kita harus menjaga ekosistem hutan mangrove agar kelangsungan burung-burung tersebut tetap terjaga.

Club Pathfinder, peserta edukasi Pulau Rambut

Tidak terasa sudah 2 jam kami berada di hutan Pulau Rambut, saatnya kembali ke pos jaga untuk istirahat makan siang serta melanjutkan sesi presentasi dari setiap kelompok. Sebelum presentasi para peserta di minta untuk membuat laporan hasil pengamatan yang telah mereka lakukan tadi. Hasil presentasi dan laporan mereka cukup mengesankan. Dalam  tempo singkat, ternyata mereka sudah memahami kekayaan alam yang tersimpan di surga burung Pulau Rambut. Sesi presentasi selesai pukul 13.00, dan kamipun melakukan sesi foto bersama sebelum menuju ke perahu dan berlayar kembali ke Jakarta. (Ilham Khoiri -TRASHI)

Tentang Penulis:
Nama Ilham Khoiri biasa dipanggil Iam. Pria bertubuh tambun ini punya banyak mimpi dan cita-cita. Bergabung di Transformasi Hijau sebagai volunteer di awal tahun 2012 dan saat ini menjadi pengelola X-TRASHI, sebuah divisi wisata edukasi Transformasi Hijau. Teman-teman yang ingin belajar sambil berwisata di Kepulauan Seribu, silakan hubungi 085772181847 (iam) twitter: @iamkhoiri fb: ilham khoiri iam email: iamkhoiri@gmail.com  banyak keunikan yang akan terjadi di wisatamu yang tidak kamu temukan di tempat lain.

Jumat, 14 Desember 2012

Biopori: Flash Mob a la TRASHI

Aksi Debora, Dewa dan Joshua saat membuat biopori

“Kakak, aku sudah dalam neh”, ujar Debora dengan terus memutar ke kiri dan kanan bor biopori yang dia pegang, usianya mungkin baru sekitar 11 tahunan.  Bersama dengan dua adik laki-lakinya, Dewa dan Joshua, mereka sibuk dan tampak serius memutar-mutar bor yang mereka pegang masing-masing.  

Itu adalah cukilan dialog saat TRASHI bersama Young Transformers, Green Camp Halimun, Koalisi Pejalan Kaki dan siswa SMK 32 melakukan pembuatan lubang biopori di taman Monumen Nasional. Acara yang dilakukan pada hari Minggu, 09/12/2012 lalu ini merupakan salah satu wujud kegiatan TRASHI di ruang terbuka hijau Jakarta.

Kegiatan yang didukung oleh Dinas Pertamanan DKI Jakarta ini, lebih cocok dibilang aktifitas mob. Layaknya genre tarian flash mob, yang sedang marak saat ini, aktifitas pembuatan biopori ini di mulai oleh 5 orang saja. Kegiatan yang nampak aneh bagi beberapa pengunjung Monas ini, akhirnya menarik mereka untuk mendekat, melihat dan akhirnya terlibat untuk mencoba membuat lubang biopori.

Salah satu peserta bertanya, "Untuk apa kita membuat lubang resapan biopori?" Alasannya cukup sederhana. Permukaan tanah di Jakarta saat ini sudah banyak yang ditutup dengan semen dan aspal. Kondisi ini menyebabkan air hujan yang mengalir di atasnya susah meresap ke dalam tanah. Sehingga munculah  banjir. Teknik pembuatan lubang biopori ini, merupakan salah satu cara untuk membantu air lebih mudah meresap ke dalam tanah.

"Melubangi taman Monas ini merupakan awal perkenalan kegiatan TRASHI di ruang terbuka hijau" ujar Edy Sutrisno. Kegiatan serupa akan dilakukan di beberapa taman kota Jakarta, tentunya dengan melibatkan para pengunjung yang berada di lokasi tambah Edy. Upaya ini dilakukan untuk mensosialisasikan pentingnya perawatan ruang terbuka hijau kota dengan melibatkan komunitas serta para pengungjung, karena kelestarian lingkungan tidak hanya tanggung jawab pemerintah saja, namun perlu juga dukungan semua lapisan masyarakat, terangnya. 

Selain berfungsi mengurangi potensi banjir, cara ini juga sangat membantu pengisian ulang cadangan air tanah. Caranya sederhana, cari lahan terbuka, bisa tanah lapang, atau taman bahkan selokan, lalu siapkan bor biopori. Membuatnyapun mudah, tinggal tancapkan bor ke tanah dan putar searah jarum jam. Kedalaman maksimal adalah 1 meter. Setelah lubang siap, masukkan sampah organik seperti daun ke dalamnya. Sampah organik ini akan menjadi makanan hewan tanah seperti cacing. Cacing inilah yang nantinya membantu membuat terowongan kecil dalam tanah, sehingga memudahkan peresapan air sampai jauh ke dalam tanah. Mudah sekali bukan? 

"Pembuatan lubang biopori ini ternyata mudah juga dan alatnya sederhana. Nanti di rumah, saya mau juga membuat lubang biopori" ujar Anthony dari Koalisi Pejalan Kaki. Saya akan mengajak teman saya untuk membuat lubang biopori. Dia punya halaman yang cukup luas. Jadi lumayan, kalau dibuat biopori, tentu jumlah air yang dapat meresap ke dalam tanah semakin banyak, jelasnya dengan penuh semangat sembari membuat lubang biopori.

Tunggu aksi mob kami selanjutnya di taman kota Jakarta 2013. Jika teman-teman beruntung, bisa langsung ikut bergabung. Jadi sering-seringlah bermain ke taman kota untuk terlibat kegiatan menarik dari TRASHI berikutnya. Be there! (Edy Sutrisno & Hendra Aquan)


Sabtu, 08 Desember 2012

Anak-Anak Tokyo Lestarikan Jalak Bali


Ada yang pernah tahu Jalak bali? Burung ini merupakan satwa endemik Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Orang Bali menyebutnya sebagai si Jegeg. Kenampakannya hampir mirip dengan Jalak putih yang saat ini sedang disurvei oleh TRASHI bersama Oriental Bird Club. Kepala Balai TNBB, Bambang Darmadja, mengungkapkan bahwa populasi Jalak bali tinggal 180 ekor saja. Maka tidak heran jika satwa ini dinyatakan berstatus kritis oleh The International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Dongeng dan uchiwa untuk galang donasi konservasi Jalak bali


Kritisnya status kelestarian Jalak bali ini membuat beberapa lembaga konservasi dari luar negeri ikut terlibat di dalamnya. Salah satu lembaga tersebut adalah i-inet, sebuah LSM konservasi dari Jepang. LSM Jepang tersebut melakukan program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan TNBB.

Saat saya bertandang ke TNBB dan bertemu dengan teman dari i-inet, mereka bercerita bahwa upaya kampanye penyelamatan Jalak bali juga dilakukan di Tokyo, Jepang untuk menggalang dana kegiatan konservasi yang dilakukan di TNBB. Wah ini merupakan hal yang luar biasa. Mengajak orang yang jauh dari habitat Jalak bali untuk ikut terlibat dalam kegiatan konservasi? Sepertinya ini hal yang tidak mungkin dilakukan.

Dari pengalaman yang mereka bagikan, ternyata cara yang dilakukan i-inet jauh dari kesan hebat dan keren untuk negara maju seukuran Jepang. Teman-teman i-inet melakukan penggalangan dana dan dukungan melalui dongeng untuk anak-anak dan berkreasi dengan "uchiwa" kipas Jepang. Beberapa saat saya mencoba mencerna dan menunggu kalimat lain yang lebih keren lagi. Ternyata tidak ada. Wow, ternyata sedemikian hebatnya dampak dongeng dan kreasi, sehingga bisa menggalang dukungan dana untuk konservasi Jalak bali yang hidup ribuan kilometer jauhnya dari Tokyo. 

Dongeng tersebut dilakukan dalam sebuah festival di Tokyo. Peralatan yang digunakan juga terhitung minimalis, yaitu berupa lembaran kertas berukuran A4 yang berisi gambar-gambar Jalak bali di habitat aslinya. Gambar tersebut juga dilengkapi dengan alasan mengapa Jalak bali perlu dilestarikan.

Usai dongeng, dilanjutkan dengan bekreasi dengan uchiwa. Bahan yang disiapkan adalah potongan-potongan gambar Jalak bali serta pepohonan tempat hidupnya. Anak-anak kemudian diminta untuk berkreasi dengan menggunting dan menempel serta mewarnai uchiwa dengan gambar yang sudah disediakan. Anak-anak yang terlibat dalam kegiatan ini dikenakan donasi yang kemudian dikumpulkan untuk kemudian diserahkan ke masyarakat sekitar TNBB. Setelah itu, mereka diminta menuliskan pesan dan kesan mereka pada selembar kertas. Pesan dan kesan tersebut kemudian ditempelkan pada kertas yang berbentuk batang pohon.

Pesan yang bisa saya simak dari cerita teman Jepang ini adalah, cara mengajak orang  untuk peduli pada kegiatan konservasi tidak perlu rumit dan mahal. Selama informasi yang disampaikan menarik dan kreatif, pastilah menjadi media yang luar biasa pengaruhnya. Dongeng dan uchiwa bisa selamatkan Jalak bali lho? Ayo kita selamatkan Jalak putih, spesies endemik Jakarta dengan kreatifitas yang tidak kalah uniknya. Berani menerima tantangan ini? (Edy Sutrisno & Hendra Aquan - TRASHI)

Rabu, 21 November 2012

Hari Ciliwung 1111


Betapa senangnya aku ketika mendengar ada perayaan Hari Ciliwung di Bojong Gede. Dan hari itu jatuh pada tanggal 11 November 2012 hari minggu, karena aku bisa berkumpul kembali bersama teman-teman yang sangat bersemangat untuk menghijaukan kembali negeri ini. Entah kenapa aku begitu bersemangat untuk acara ini, mungkin karena di Bojong Gede telah memberikan aku pengalaman yang bermanfaat saat kemping di sana pada bulan Januari.

Tak sabar rasanya untuk segera sampai disana. Aku dan teman-teman ( Hanan, Dewi, Ucup dkk ) menggunakan kereta api untuk mencapai tujuan. Awalnya aku bingung akan seperti apa acara disana karena aku tidak pernah ikut rapat hehehe ( maklum padatnya jadwal kuliah). Tapi pasti seru dilihat dari blog ciliwung Institute mengenai acara secara garis besarnya.Sebenernya sih, aku dan teman-teman tertarik sekali ketika di blog di tulis ada acara mulung sampah dan tubing. Aku sudah siap untuk tubing, membawa pakaian ganti karena saat kemah tubingnya asiiik sekali. Jadi ketagihan deh hehehe.

Sampai di sana sekitar jam 9 kurang, padahal aku dan teman-teman disuruh datang lebih pagi hehehe ( maaf teman ngaret ). Baru saja sampai lokasi, kak Ichay langsung bertanya kepada kami, “ guys kita butuh MC, kira-kira siapa yang bersedia menjadi MC ?? “ aku berfikir pengen si, cuma aku disini belum tau apa-apa.Lalu kak Ichay meyakinkan kami, “ kalian cuma jadi MC ko, butuh 2orang sisanya bantu yang lain, dan teknis acara akan di jelaskan sama kak Hendra, gimana teman-teman ?? “ . lama tak ada yang menjawab, dan teman-teman melimpahkan kepada saya, WOW. Aku terus berfikir bisa gak yaa, namun aku memberanikan diri untuk menjadi MC dadakan dan menambah pengalaman tentunya.

Akhirnya aku dan ucup yang menjadi MC acara ini. Kamipun langsung menemui kak Hendra untuk menanyakan teknis acara hari ini. Setelah kami mengerti maka segeralah di buka acara ini. Acara Hari Ciliwung 1111 di buka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dan aku sangat senang melihat anak-anak kecil menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh semangat. Dan acara selanjutnya di buka dengan sambutan-sambutan yaitu kak Ichay selaku ketua pelaksana, Ibu pejabat dan tokoh masyarakat setempat. Setelah sambutan elesai acara kami lanjutkan dengan mulung sampah sekitar 30 menit. Dan disini aku bangga sekali dengan kepedulian yang terlihat begitu besar dari anak kecil. Mereka tanpa rasa jijik menggunakan tangan mereka untuk mengambil sampah.

Aku juga tidak mau kalah dengan anak kecil disana. Aku mengajak mereka berlomba untuk mengumpulkan sampah paling banyak agar semangat mereka bertambah menjaga kebersihan Ciliwung. Aku iseng-iseng bertanya pada anak kecil disana, apa kalian pernah membuang sampah ke kali ciliwung. Dan mereka bilang TIDAK. Mereka semua telah mengerti pentingnya membuang sampah pada tempatnya :).

Setelah acara mulung sampah selesai, dilanjutkan dengan acara diskusi dan lomba-lomba (menggambar, mewarnai) untuk anak kecil disini. Saat lomba dan diskusi berjalan aku dan ucup  segera mengurusi jadwal selanjutnya yaitu Helping Hands. Saat bertanya sama kak hendra, siapa yang bertanggung jawab untuk Helping hands. Kak hendra bilang kalian tanyakan perlengkapan dan semuanya sama kak Riyan. Ok setelah itu aku dan ucup mencari kak Riyan. Namun, ucup dimintai wawancara mengenai TRASHI. Dan aku sendiri yang menghendle.

Mencari-cari dimana kak Ryan, akhirnya ketemu juga. Langsung aku tanya mengenai persiapan Helping Hands. Tapi kak Riyan bilang, wah, saya gak tau fah siapa yang tanggung jawab. Dan aku bilang tapi kak Hendra bilang tanya sama kaka. Dan akhirnya kak Riyan bertanya kepada teman-temannya mengenai perlengkapan untuk Helping Hands. Lama mencari peralatan, ucup juga tidak selesai-selesai. Saat peralatan ketemu kak Riyan menyerahkan peralatan Helping Hands kepada aku semuanya. Karena ia harus mengurusi yang lain.

Aku gak ngerti apa-apa, malah di suruh ngehendle sendiri acara helping hands. Untungnya dewi dan hanan datang segera membantu aku untuk memasang peralatan. Awalnya aku khawatir tidak sukses acara helping hands ini. Karena tempat cat buat tangan gak ada, tali rapia juga gak ada. Dan aku, dewi, hanan serta 2 teman ucup mencari cara alternative untuk semua ini. Akhirnya kami memakai bekas gelas aqua untuk media cat.

Acara Helping Hands ini bertujuan untuk memberikan pesan kepada masyarakat “ Mari Kita bersihkan Ciliwung dengan tangan kita sendiri “. Dan sesaat lagi akan di mulai Helping Hands. Dan WOW acaranya SUKSES J. Anak-anak beserta orang tua antusias dalam acara ini sebelum mereka Helping Hands, mereka berjanji untuk tidak membuang sampah ke kali Ciliwung. And good job friends :).

 Dan acara selanjutnya ISHOMA, yang akan diselingi oleh hiburan komunitas yaitu sioox dan line magic. Namun, diluar sepengetahuan aku ada qasidah terlebih dahulu. Yasudah akhirnya kami memberiakan waktu kepada teman-teman komunitas untuk makan terlebih dahulu. Ketika semua istirahat, aku dan ucup bingung mengatur jadwal. Karena jelajah kampung yang harusnya sebelum ISHOMA sampai sekarang belum dilakukan karena panitia menyuruh untuk makan terlebih dahulu.

Aku berbagi tugas, ucup menghandle jelajah kampung yang akan di temani oleh bang Asun. Dan aku yang mengatur jadwal hiburan dari komunitas. Aku juga sebenarnya d suruh untuk melihat cuplikan film,namun aku rasa Dewi dan Hanan punya waktu, jadi aku meminta tolong kepada mereka yang kebetulan mereka telah selesai ISHOMA.

Selesai aku mengkonfrimasi kepada komunitas yang akan tampil, ucup bilang jelajah kampung siap nii, kumpulin massa sekarang. Setelah massa berkumpul akhirnya dilakukanlah jelajah kampung yang rutenya di persingkat mengingat waktu yang sedikit. Sekitar jam setengah 2 yang  harusnya acara pemutaran film, namun karena belum siap. Akhirnya kami ganti terlebih dahulu untuk tampilan komunitas.

Tampilan pertama oleh komunitas sioox. Mereka membrikan penjelasan mengenai bagaimana menghadapi ular ketika bertemu dilingkungan sekitar, dan memberi tahu ular seperti apa yang harus kita hindari. Selesai menyampaikan hal tersebut, sioox memberikan kesempatan kepada peserta untuk berfoto-foto bersama ular yang sudah jinak.

Tampilan selanjutnya dari komunitas line magic. Mereka menampilkan atraksi mengenai bagaimana air ciliwung yang bisa berubah dari yang dahulu bening sampai butek seperti ini. Setelah selesai tampilannya, ternyata film juga belum selesai dan akhirnya line magic memberikan tampilan selanjutnya yaitu prediksi mengenai peringatan hari cliwung 1111012.

Aku dan ucup merasa begitu lapar karena kami belum sempat makan saat ISHOMA berlangsung. Aku tidak bisa makan sebelum menyelesai pekerjaan yang aku pegang, karena pasti akan terbawa fikiran. Selesai acara tampilan komunitas, aku dan ucup segera makan karena acara selanjutnya akan di handle oleh hanan dan dewi yaitu pemutaran film dan dongeng.

Saat makan aku berfikir, aku bener-bener mendapat pengalaman banget disini. Karena jadi MC dadakan yanggak pernah ikut rapat dan gak tau apa-apa tapi harus  mengurusi beberapa acara yang belum tau siapa PO nya. Dan itu melelahkan tapi SERU. Alhamdulillah :). Selesai makan aku dan ucup menyegerakan kelokasi acara untuk melihat pemutaran film.

Ternyata pemutaran film mengalami kesalahan teknis yang aku sendiri juga gak ngerti kenapa. Lalu di lanjutkan saja dengan dongeng dan saat dongeng tanpa aba-aba hujan langsung mengguyur lokasi. Sehingga kami langsung berlarian menuju warung untuk berteduh. Di sana teman-teman ada yang berdiskusi, main gitar dan aku bertemu anak kecil saat kempng dulu.

Mereka masih inget dan mereka begitu menyenangkan. Aku juga disana dekat dengan seorang anak perempuan namanya  devi (kalau gak salah namanya ) hehehe. Dia begitu lucu dan aku inget rumah sama adik aku. Di warung devi menenin aku dan teman-teman dan saat itu aku merasa capek sekali. Tapi melihat devi yang begitu semangat akupun berusaha tidak terlihat capek.

Dan saat devi pulang, disaat itu pula hujan mulai berhenti dan ada tempat untuk merebahkan kepala sejenak. Saat hujan benar-benar berhenti di lakukan pembagian hadiah lomba ( menggambar, mewarnai) dan poster. Dan devi datang membawa hadiah, dia menang menggambar :). Selesai pembagian hadiah, dilanjutkan dengan pembagian bingkisan untuk komunitas dan berfoto bersama-sama.  Selesai itu, aku bertanya sama kak Ichay, hari ini ada evaluasi kak ?? “ kak ichay bilang “ ada fah sebentar lagi “. Aku akhirnya ikut evaluasi yang aku kira sebentar ternyata cukup lama hehehe. Sebelum itu aku menemani teman baru namanya Pintari untuk shalat ashar.

Saat selesai shalat dan ganti baju, ternyata evaluasi sudah dimulai dan itu berakhir sampai setelah magrib. Dan saat acara selesai kami bergegas pulang, karena aku dan teman-teman naik kereta dan jauh perjalanan kami sampai rumah. Pas di kereta pulangnya kak hendra bilang, akan ada trash bushter lagi bulan Maret namun berdiskusi dari bulan Januari. Aku bilang sama kak Hendra, aku ikut setelah UAS ya kak.

Pulang acara ini aku senang sekali mendapatkan pengalaman baru yang begitu bermanfaat.mesikupun tidak jadi tubing karena terlalu sibuk jadi Mc hehe :D, tapi tak apalah.  Sudah tidak terpikir lagi capek, tugas kuliah dan harus keasrama esok paginya. Aku berharap acara ini akan diadakan lagi dan mudah-mudahan aku dapat kembali hadir untuk meramaikan acara ini. Amiin :).

Thanks young tranformers ( hanan, dewi, ucup)

Hari Ciliwung 1111012 

Minggu, 04 November 2012

My Great Weekend with Jakarta Endemic Birds Project


Sabtu, 27 Oktober 2012 pukul 06.00 aku buka mata dan merelakan mimpiku yang indah berenti. Bangun tidur yang biasanya langsung cabut ke kamar mandi malas masih males-malesan di kasur. Entah kenapa saat itu jadi kerasa males banget buat lepas dari pelukan springbedku yang rasanya nyaman parah. Padahal hari itu aku harus ke Suaka Margasatwa Muara Angke buat ikutan monitoring jalak putih (Sturnus melanopterus)  dan bubut jawa (Centropus nigrorupus) yang berjudul “Jakarta Endemic Bird Project” yang diselenggarain sama organisasi fasilitatornya Teens Go Green. Sebelumnya aku emang udah disuruh ikut sama kak Ady, kak Putri dan kak Ai. Setelah semua rencana udah diatur dengan sangat amat rapi, tiba-tiba cobaan dateng! Pihak sekolah mengumumkan bahwa anak-anak murid hari Sabtu diwajibkan untuk masuk sekolah cuma untuk menyaksikan pelaksanaan qurban. Dan katanya untuk anak yang gak masuk sekolah, bakalan dapet hukuman ._. yaaaaa gak mau kehilangan kesempatan untuk ikut kegiatan seru, akhirnya aku mutusin buat tetep ikut Jakarta Endemic Bird Project dan merelakan diri kalo kalo dapet hukuman dari pihak sekolah.

Selesai beres-beres aku langsung berangkat ke tempat janjian aku dan kak Gusti yang udah kami rencanain sebelumnya. Tiba-tiba kak Gusti bilang ada suatu kendala yang terjadi yang akhirnya meengharuskan aku untuk ketemu dia di persimpangan deket kementrian pertanian. Akhirnya dari Lebak Bulus aku langsung ke arah persimpangan Pertanian. Sampe akhirnya aku ketemu kak Gusti dan diajak ke Laboratorium UNAS karena harus nunggu satu orang temennya lagi. Sambil nunggu, aku dan temen-temen UNAS pengamatan burung di area sekitar lab. Ternyata pas aku nyampe dan ketemu mereka (kak Dini, kak Abai dan kak Mail) , mereka lagi ngamatin uncal buau (Macropygia emiliana). Species baru untuk list burungku!! :D kemudian, gak lama dateng dua ekor kerak ungu (Acridotheres tristis) ke sarangnya. Spesies baru lagi!! :D gak kerasa tau-tau temennya kak Gusti (kak Adam) udah muncul. Akhirnya kita langsung cepet-cepet jalan ke SMMA karena udah ditunggu sama temen-temen yang lainnya.

Nyampe di SMMA, aku dan temen-temen yang lain langsung ngajak muter-muter sebentar. Pas lagi jalan nyusurin jembatan dan udah sampe perairan (yang tampak kayak danau) yang  cukup luas, mataku nangkep sesosok orang yang gak asing lagi serius motret objek sambil tengkureb. Ternyata ada duo birdwatcher! Kak Khaleb dan kak Boas! Udah lama banget gak ketemu sama mereka. Gak lama kak Willy dateng terus disusul kak Dedy. Ada juga pasukan KPB Nycticorax yang dipimpin sama kak Rahmat. Sumpah jadi berasa kayak reunian ._. seru banget!!

Laluuuuu....... acara dimulai! Acaranya dibuka dengan perkenalan masing-masing peserta. Terus pengenalan tentang TRASHI yang disampein kak Putri, terus dilanjutin sama orientasi seputar burung yang disampein sama kak Ady, terus pengenalan lebih mendalam sama bubut jawa (Centropus nigrorupus) dan jalak putih (Sturnus melanopterus) yang disampein sama kak Agnes. Sebenernya ada pengenalan project dulu sebelumnya. Tapi karena pemateri (kak Edy) belum dateng, jadi tentang orientasi project ini di-skip.
Banyak banget pengetahuan baru yang bisa aku dapet dari materi-materi yang dikasih sama kakak-kakak pemateri. Kayak contohnya bulu sayap itu ada yang primer, sekunder, tersier. Terus kalo bulu sekunder atau tersiernya rontok itu bukan karena burungnya salah pake shampoo, tapi itu adalah salah satu indikator usianya dia. Terus pengetahuan lebih mendalam tentang si duo endemik ini. Kece banget deh pokoknya!!!
Tiba saatnya jam makan siang. Siang itu menunya adalah nasi padang! :9 selesai makan siang, aku dan yang lain langsung cabut ke dalem SMMA buat pengamatan. Ada banyak banget spesies baru yang aku liat! Contohnya kayak itik benjut (Annas gibberifrons), tikusan merah (Porzana pusca) dan tikusan alis putih (Porzana cinerea).

Selesai pengamatan, materi dimulai lagi. Kali ini sesinya orientasi project yang sebelumnya sempet ter-skip. Setelah pengenalan projectnya selesai, dibuatlah kelompok monitoring untuk kelanjutan Jakarta Endemic Bird Project ini. Aku jadi kelompok 1 yang anggotanya kak Fadli dari Bogor, kak Iam dari mana-mana, kak Dini dari BBC, kak Mina dari UI, kak Yogi dari KPB Nectarinia dan aku tentunya jadi yang termuda!! :3 setelah itu, para kelompok yang udah dibagi-bagi ini ditugaskan untuk mendiskusikan tempat-tempat mana aja yang potensial untuk mengamati duo endemic species dan untuk mencari informasi perihal keberadaannya. Setelah selesai, pada akhirnya tempat yang udah didiskusiin itu difilter lagi buat nentuin tempat mana yang layak untuk dieksekusi. Kelompokku alhamdulillah dapet tempatnya gak terlalu sulit dijangkau. Tempatnya itu taman kota Srengseng, Senayan, pasar burung Barito dan kawasan sekitar Pesanggrahan. Alhamdulillaaaaaaaah~~ naaaah selesai ditentuin tempatnya, para kelompok disuruh nentuin waktu eksekusinya dan semua berjalan dengan sangat amat lancar! :D

Gak lama setelah itu akhirnya acara selesai dan ditutup sama sesi foto-foto bareng buat kenang-kenangan :D
Cerita belum selesaaaaaai!!! Aku dan temen-temen BBC UNAS nginep! Gak cuma aku dan BBC aja~ tapi ada kak Agnes dan kak Eby yang notabenenya BBC UNAS juga sih ._. terus ada kak Putri :3 dan ada kak Edy. Malem itu aku dan temen-temen BBC UNAS udah berencana untuk ngeherpet ._. Kita mulai start dari jam 8 malem. Target utama kita sih sanca kembang (Python reticullatus). Pelan-pelan kita liat ke setiap sudut pandangan. Kita sorot tiap bagian dari kawasan mangrove-nya. Dan species pertama yang didapet adalah cicak!! Tapi aku masih gak tau itu cicak apa ._. terus gak lama setelah itu ketemu sama kokang gading, gak lama ketemu lagi sama ular di dalem air tapi aku gak tau itu ular apa ._. kata kak Eby namanya ular kadut ._. terus gak ketemu lagi sama ular pucuk yang unyu-unyu :3 ular pucuknya nemu 3 individu di tempat yang berbeda! :D tapi kasian individu yang terakhir ditemuin, dia kecebur pas lagi mau ditangkep :’’ entah apa kabarnya sekarang. Huhuhuuuuuuuu

Ngepet selesai!!! Langsung balik ke peraduan dan pas nyampe ternyata semuanya udah [ada tidur ._. tapi jadi kebangun gitu gara-gara berisik hahaha lalu malem itu dilanjutin sama ketawa-ketiwi bareng, main uno, dan aku terlelap ._.

Paginyaaa~ aku yaaaa mandi, terus abis mandi baru langsung caw pengamatan~ gak banyak species baru yang aku temuin ._. tapi ada hal unik yang aku temuin!! Pas di spot deket tikusan, kak Gusti ngasih tau kalo ada kareo padi dan anak-anaknya. Ternyata bener aja!! Ada burung kareo padi dan anak-anaknya yang hitam legam itu. Entah kenapa, mereha hitam tapi mereka lucu ._. laluuuuu aku ngelanjutin pengamatan dan hari itu akhirnya aku ketemu lagi sama pecuk ular asia. Dan itu gak cuma satu, tapi banyak :D pas lagi anteng-anteng pengamatan, tiba-tiba segerombolan monyet ekor panjang  dateng. Emang sih kata kak Agnes alpha-nya gak ada. Cuma ya yang namanya dikelilingin terus diliatin sama mata-mata itu lumayan memacu adrenalin gitu ._.

Sumpah!! Great week-end banget!!! Dapet banyak ilmu, dapet banyak temen baru, dapet banyak species baru, dapet banyak bentol-bentol baru gara-gara nyamuk -_- dapet banyak pengalaman baru yang pasti!!! :D gak nyesel deh rela-relain ngorbanin diri buat nerima hukuman gara-gara gak masuk pas hari Sabtu kalo dapetnya yang kayak beginian! \m/

---


Tentang Penulis
Arintata atau biasa dipanggil Tata adalah salah satu anggota Teens Go Green dan juga termasuk anggota Young Transformers TRASHI. Tata saat ini dipercaya sebagai Project Leader bagi kelompok ekosistemnya di Teens Go Green yang mengangkat tema mengenai Ruang Terbuka  Hijau dan keanekaragaman hayati di kawasan perkotaan Jakarta. 


(Arintata)

Selasa, 30 Oktober 2012

Bersandar ke Surga Satwa Bersayap yang Terancam Berganti Gelarnya


Melanjutkan tulisan sebelumnya (baca: Bakau Danareksa Hijaukan Rambut), berikut adalah catatan perjalanan salah satu peserta - Arintata

---
“Jam 6 pagi udah di Suaka Margasatwa Muara Angke, ya!” begitu isi sms dari kak Putri dan kak Sinta. Malem itu juga aku langsung puter otak. Satu hal yang ada di pikiranku saat itu. Cuma satu!! “Gimana caranya supaya aku bisa nyampe di pintu gerbang SMMA jam 6 pagi?” hemmmm gimana caranya dan aku harus berangkat jam berapa kalo mau nyampe tujuan tepat waktu. Pencerahan dateng saat tau kalo jadwal kerja papa saat itu pas banget bisa ngebantu aku! Papa hari itu masuk malem! Jadi otomatis papa bisa nganter aku ke tujuan pagi-pagi :D Masalah kendaraan selesai, masalah lain pun dateng. Papa gak tau jalan ke SMMA!! aku emang pernah ke Muara Angke siiiih~ tapi kali itu ke pelabuhan, bukan ke SMMA. Akhirnya aku dan papa memasrahkan diri dan mengandalkan sms direksi dari kak Putri.

By the way, aku disuruh ke SMMA ini dalam rangka menjalankan kelanjutan Urban Project kelompok ekosistem tengah yang hampir tidak terealisasi tepat waktu ini. Daaaaaaaaaaaaaan kemanakah ngejalanin projectnyaaa? Di SMMA? Ooooh jelas tidak~~ Aku dan temen-temen yang lain diajak jalan-jalan ke Pulau Rambut!!! Sekali lagi guys! PULAU RAMBUT!!! What a great news!!! Udah lama banget aku mau pergi ke pulau ini semenjak gue kenal dunia perburungan. Secaraaaa pulau ini disebut “surga para burung air dan burung migran” dan hal ini gak hanya diakui di Indonesia, tapi juga diakui dunia!! Hebat ya Indonesia punya “surga” :D

Sampailah aku di gerbang SMMA! Celingak-celinguk di depan gerbang nyari siapa yang udah dateng, ternyata aku yang paling tepat waktu saat itu!! Yang lain ternyata masih pada di jalan  -_- sebenernya si Tiara udah nyampe sebelum aku sampe, Cuma karena dia liat belum ada batang hidung siapa pun di sana, akhirnya dia memutuskan untuk sarapan dulu di persimpangan jalan. Sambil nunggu yang lain aku sekedar pengamatan tanpa binokular dan sekedar pasang kuping buat ngedenger dan ngikutin sumber suara si burung yang lagi nyanyi-nyanyi di pagi hari itu. Lumayan lah~ dapet beberapa spesies yang terbang sekelibatan kayak sekumpulan kerak kerbau(Acridotheres javanicus), punai gading (Treron vernans) dan blekok sawah (Ardeola speciosa) yang terbang ke arah SMMA. Sabar nunggu yang lain, akhirnya muncul batang hidung satu per satu dan kita pun langsung bergegas masuk ke dalem SMMA.

Sambil nunggu beberapa temen yang belum dateng aku, Tiara, Najib dan Al jalan-jalan ke area Suaka Margasatwa Muara Angke ini. Well, it’s my first time to do bird watchin' here! Sedikit memalukan sih, Cuma ya hal itu emang harus aku akui :$ laluuuu kita main main ke menara pengamatan yang letaknya kurang strategis karena kurang ke tengah kawasan SMMA, jadi kurang efektif untuk pengamatan. Pertama kali pengamatan di kawasan penuh mangrove kayak gitu bikin mata rada seliweran dan asing nyari-nyari burung yang emang cuma kedengeran suaranya atau gerasak-gurusuk pergerakannya. Tapi lumayan deh, aku bisa nemu kareo padi (Amaurornis phoenicurus) meskipun butuh perjuangan buat nemuin letak burung itu dimana ehehehe

Yang lain udah pada dateng! Langsung angkut barang-barang ke kapal, life jacket jangan lupa dipake demi keselamatan. Waktunya kita meluncur ke tujuan utama kita!!


Banyak banget yang aku dapetin di perjalanan selama ke Pulau Rambut ini. Nih beberapa gambar yang berhasil aku dokumentasiin :3

Ini satu hal yang unik yang aku temuin di perjalanan ke Pulau Rambut. Kampung nelayan!! Pertama kali nih aku ngeliat kampung nelayan ini :D
Pernah denger kalo Jakarta kepulauannya bertambah? Ini salah satu bukti kalau pulau di Jakarta bertambah!!!

PULAU SAMPAH!!
Ini salah satu kehebatan burung-burung yang ada di perkotaan. Mereka masih bisa tetap bertahan hidup meskipun habitatnya udah rusak. Hebatya mereka!! :D
Burung: Kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax)
Styrofoam, oh styrofoam.....
Wiiiiiih dara lautnya banyak bangeeeeet!!!! *awesome*
Phalacrocorax sp.
And finally
HERE WE ARE! WELCOME TO RAMBUT ISLAND!!!!!
Pulau Rambut adalah pulau dengan luas ± 45 ha untuk wilayah daratan dan ± 45 ha untuk wilayah perairan. Jadi luas Pulau Rambut secara keseluruhan ± 90 ha. Pulau Rambut udah termasuk kedalam area RAMSAR yang berarti bener-bener area yang dilindungin karena Pulau Rambut ini adalah salah satu habitat burung air dan tempat persinggahan burung-burung yang migrasi. Makanyaaaa izin untuk dateng ke pulau ini gak sembarangan. Harus bener-bener punya tujuan yang jelas karena takut habitat dan suasana area konservasi jadi rusak.

Gak beberapa lama kita istirahat, kita langsung ngumpul lagi buat mangroving bareng tim dari Danareksa. Kita briefing sebentar sebelum menuju ke TKP. 


Abis briefing sebentar, kita langsung menuju ke TKP! Perlahan-lahan menyusuri garis pantai. Dan, aku dan temen-temen dikejutin sama penemuan burung pecuk padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris) yang mati!!! :’’(

Rest In Peace, Little Black Cormorant (Phalacrocorax sulcirostris) :’’(
Burung-burung ini emang hebat, karena bisa bertahan di kerusakan ekosistem tempat hidupnya. Akan tetapi, cepat atau lambat burung-burung atau bahkan organisme lain akan mati saking tidak mampunya bertahan di kerusakan ekosistem yang sudah terlalu parah. Apa bukti konkrit kalau kawasan Pulau Rambut bisa dikatakan rusak meskipun kawasan ini disebut “surga burung”?


Selesai nanem berpuluh-puluh bibit mangrove, langsung terbersit harapan “semoga aja mangrove-mangrove yang aku dan temen-temen tanem ini bisa bertahan hidup ditengah kerusakan ekosistem yang tengah terjadi dan melaksanakan life job-nya dengan baik :)” 

Setelah selesai mangroving, aku dan temen-temen langsung jalan lagi untuk mengelilingi area Pulau Rambut. Disini nih waktunya menjalankan tugas!! :D puas-puasin deh pengamatan burung~
Pas jalan-jalan bareng memasuki kawasan konservasi, kak Edy yang jadi guide :p 


Salah satu cara yang efektif untuk pengamatan burung adalah naik ke menara pengamatan. Aku dan temen-temen juga gak mau kalah doooong~


Gak Cuma burung aja yang aku dan temen-temen temuin di “surga burung” ini. Kami juga nemuin reptil disana!! 

Ular cincin emas dan biawak.

Ini adalah sarang-sarang burung kowak malam kelabu (Nycticorax nycticorax)
Disini aku dan temen-temen juga nemu elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster) yang lagi soaring-soaring. Tapi sayang, gak aku potret karena emang lensanya gak nyampe -____- Aku juga nemu telur si Nycticorax nycticorax tapi aku lupa foto ._.

Perjalanan berakhir dan makan siang udah siap disantap! Menu makan siang ini didominasi sama menu-menu asal laut kayak ikan bakar, udang, cumi crispy yang rasanya enak-enak semua. Terakhir makan siang ditutup sama es kelapa yang makin nambah kenikmatan trip pulau kali ini.

Sumpah!!! Ini bener-bener trip yang seru parah!!! Gak nyesel banget deh dapet trip yang kayak gini :D
Emang sedikit timbul kekecewaan dan cambukan sih pas ngeliat keadaan beberapa titik pulau yang dipenuhi sampah terutama styrofoam yang kebawa ombak laut. Jadi makin sadar kalo kampanye dan sosialisasi perlu banget dilakuin buat paling enggak mengurangi produksi sampah, membiasakan diri untuk gak buang sampah sembarangan, dan ngeberentiin konsumsi si putih styrofoam ini. Kalo hal ini gak dilakuin, entah gimana nasib “surga burung” dan pulau-pulau lainnya di kepulauan seribu. Tentu kita gak mau doooong si “surga burung” ini berubah gelar jadi “gudang sampah”

--
Tentang Penulis
Arintata atau biasa dipanggil Tata adalah salah satu anggota Teens Go Green dan juga termasuk anggota Young Transformers TRASHI. Tata saat ini dipercaya sebagai Project Leader bagi kelompok ekosistemnya di Teens Go Green yang mengangkat tema mengenai Ruang Terbuka  Hijau dan keanekaragaman hayati di kawasan perkotaan Jakarta. 

Jumat, 26 Oktober 2012

Bakau Danareksa Hijaukan Rambut


Penghijauan merupakan kegiatan yang konsisten. Perlu komitmen dan tanggung jawab untuk melakukannya, bukan sekedar tanam lalu tinggal. Banyak yang tidak mengetahui prinsip dasar ini, sehingga upaya penghijauan jarang berhasil.

Briefing kegiatan sebelum masuk kawasan (Foto: Arinta Tata)
Sabtu (20/10/2012) rombongan yang terdiri dari Danareksa, TRASHI, Young Transformers dan Teens Go Green melakukan kunjungan ke Pulau Rambut. Pulau Rambut merupakan salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang merupakan kawasan konservasi.

“Pulau Rambut sebagaimana sudah dikenal sebagai habitat burung dan salah satu kawasan konservasi di Jakarta, juga sudah ditetapkan menjadi daerah Ramsar,” jelas Edy kepada rombongan. Kedatangan ke Pulau Rambut ini bukan hanya sekedar wisata, tapi juga melakukan aksi penanaman mangrove. Mangrove merupakan salah satu jenis tanaman yang mampu menahan laju abrasi pantai dengan akar kuatnya yang menghunjam tanah.

Rombonganpun disambut Buang, seorang penjaga Pulau Rambut. “Kita bisa lihat sendiri nanti hasil kegiatan penanaman yang sudah dilakukan sebelumnya”, kata Buang saat  bercerita tentang hasil penanaman yang telah dilakukan Danareksa sebelumnya.

Rutinnya perawatan pada mangrove yang ditanam tiga tahun lalu, kini mulai menunjukkan hasilnya. Di antara pohon-pohon mangrove yang mulai tua, kini sudah bermunculan deretean mangrove muda. Mangrove muda tersebut sedang bersiap menjadi penerus generasi sebelumnya untuk menjaga Pulau Rambut dari laju abrasi pantai yang kian cepat. Selain itu, rimbunan mangrove Pulau Rambut juga dimanfaatkan oleh beragam spesies untuk berlindung seperti kepiting, kelomang, burung pecuk serta kuntul.

Penanaman mangrove di Pulau Rambut ini merupakan kerjasama antara TRASHI dan Danareksa. Kegiatan penanaman yang dilakukan kali ini merupakan penanaman ketiga dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. 

Penanaman mangrove yang dipandu oleh Hendra dan Jaya, petugas penjaga Pulau Rambut ini nampak menantang, pasalnya peserta harus melalui jalan berlumpur untuk sampai di lokasi penanaman. Beberapa peserta penanaman yang baru pertama kali menanam mangrove di area berlumpur nampak menikmati kegiatan ini. Kapan lagi bisa merasakan bermain lumpur secara bebas kalau tidak di Pulau Rambut. 

Bermain di alam merupakan hal yang jarang ditemui di Jakarta, oleh karena itu kesempatan ini tidak disia-siakan oleh para peserta. Sebuah menara pengamatan setinggi 25 meterpun ikut dipanjat demi melihat surga burung yang terbentuk dari rimbunan mangrove. Inilah benteng pertahanan terakhir satwa liar Jakarta. Jika mangrove punah, apa lagi yang bisa diharapkan bagi kelestarian lingkungan kita? (Edy Sutrisno - TRASHI)

Senin, 15 Oktober 2012

Berburu Burung Endemik Jakarta: Harus Libatkan Anak Muda!


Berburu burung endemik Jakarta merupakan pekerjaan menantang layaknya kisah detektif Sherlock Holmes. Perburuan burung endemik yang didukung oleh Oriental Bird Club ini dilakukan oleh TRASHI dan Universitas Nasional. 

Diskusi dengan Ria Saryanthi di kantor Burung Indonesia
Sebelum berburu data di alam, kami harus menggali informasi lengkap dari para ahli burung. Senin (01/10/2012), TRASHI menemui Ria Saryanthi, kepala Program Konservasi Burung Indonesia. Menurut pendapat Ria, pelibatan pelajar merupakan cara yang tepat untuk mengajarkan semangat konservasi sejak dini. "Hasil survey perlu dibagikan ke sekolah yang ada di Jakarta" jelas Ria saat ditemui TRASHI di kantor Burung Indonesia. "Selain itu, pelajar juga terlibat aktif dalam upaya penyelamatan Bubut jawa dan Jalak putih. Keterlibatan mereka dapat dilakukan melalui kampanye serta melakukan kunjungan lapangan ke Muara Angke" pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, TRASHI juga berkunjung ke kantor Wetlands International-Indonesia Programme. Di kantor ini TRASHI diterima oleh Yus Rusila Noor, seorang staff senior bidang biodiversity. 

Berbicara tentang ekologi Bubut jawa dan Jalak putih lebih lanjut, beberapa pencatatan ilmiah sudah pernah dilakukan. “Jalak putih, saat ini dapat ditemukan di pantai utara. Keberadaannya tercatat di Pulau Dua sebanyak 2 individu. Wilayah sisi timur Jakarta seperti Muara Gembong hingga Indramayu tidak ada sama sekali" ungkap Yus saat berbagi data survey yang dilakukan Wetlands International. 

Yus menjelaskan juga bahwa jika dilihat dari sebarannya, keberadaan Bubut jawa ternyata bertolak belakang dengan Jalak putih. Jika di Pulau Dua kita dapat menemukan Jalak putih, ternyata tidak demikian halnya dengan Bubut jawa. Hasil survey sebelumnya menunjukkan bahwa Bubut jawa dapat ditemukan di kawasan Muara Gembong.

Senada dengan saran Ria, Yus menambahkan bahwa dalam kegiatan berburu burung endemik Jakarta ini perlu melibatkan selebritis serta pemilihan slogan yang mudah diingat. Strategi ini penting dikerjakan untuk memancing ketertarikan anak muda Jakarta terlibat aktif dalam upaya penyelamatan satwa liar. (Edy Sutrisno - TRASHI)

Minggu, 14 Oktober 2012

X-TRASHI: Wisata Edukasi Pulau Seribu

Pulau Seribu ada di mana ya? Wah.. kalau teman-teman muda Jakarta sampai salah jawab malu-maluin deh. Tahukah Anda, ternyata Kepulauan Seribu jumlahnya tidak mencapai seribu lho. Tepatnya hanya 342 buah pulau. 

Perahu commuter: digunakan untuk mancing sampai snorkeling


Pulau yang berada di gugusan Kepulauan Seribu ini, memiliki daya tariknya masing-masing. Salah satu pulau yang menarik untuk dikunjungi adalah Pulau Pramuka. Pulau ini merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Seribu. Walaupun sebagai pusat pemerintahan, suasana liburan di pulau ini sangat terasa.


Menyentuh saudara dekat bulu babi

Pada tanggal 4 dan 5 Oktober 2012, X-TRASHI melakukan berwisata ke Pulau Pramuka bersama teman-teman mahasiswa Universitas Veteran Nasional. Wisata ini berbeda dengan wisata pada umumnya. X-TRASHI alam progam wisata ini menyisipkan unsur pendidikan juga lho. Teman-teman yang ikut dalam paket program ini, bisa mencoba asyiknya snorkeling sambil menikmati keindahan ekosistem bawah lautnya, plus belajar tentang keunikan dan kehidupan mahluk bawah laut tersebut. Tidak hanya itu saja, dalam paket wisata edukasi tersebut, X-TRASHI menawarkan pengalaman unik mencicip sensasi makan bulu babi. 

Teman-teman yang mau mencoba serunya wisata edukasi X-TRASHI, silahkan hubungi Ilham Khoiri di 085772181847. Percayakan liburan berkualitas teman-teman hanya bersama X-TRASHI: berwisata edukasi jelajahi uniknya Kepulauan Seribu. (Ilham Khoiri-TRASHI)

Berburu Burung Endemik Jakarta


Pernahkah terbayang, di ruang terbuka hijau Jakarta yang hanya seluas 9,97%, kita masih bisa melihat burung langka yang tersisa? 

Jalak putih (Black-winged Starling). Foto: Ady Kristanto
Percaya atau tidak, di balik rimbunnya hutan beton Jakarta, kita masih dapat menemui dua jenis burung langka. Uniknya, kedua jenis burung ini secara alami hanya mendiami pulau Jawa saja, tidak ada di pulau atau bahkan negara lain. Kedua jenis burung tersebut adalah Bubut jawa (Sunda coucal) dan Jalak putih (Black-winged Starling).

Penasaran dengan sosok kedua burung langka ini? Berkunjunglah ke kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) di utara Jakarta. Jika sabar dan beruntung, kita akan berjumpa dengan kedua burung tersebut langsung di alam. Studi lapangan yang dilakukan Bird Life International tahun 2001 menunjukkan bahwa area persebaran Bubut jawa dan Jalak putih juga terdapat di Cengkareng dan Kebun Jeruk.

Keberadaan Bubut jawa dan Jalak putih di alam sampai saat ini masih menjadi misteri bagi kebanyakan penikmat dan pengamat burung Jakarta. Berapakah jumlah populasinya di alam bebas? Di mana saja area persebarannya? Serta masih banyak lagi pertanyaan lainnya yang perlu dibuktikan dengan data ilmiah di lapangan.

Dalam rangka mencari jawaban tersebut, TRASHI sampai satu tahun depan mengadakan survey dan menghitung jumlah populasi kedua burung tersebut di Jakarta. Studi populasi burung langka ini didukung oleh Oriental Bird Club dan dibantu Universitas Nasional. Kegiatan pengamatan ilmiah ini akan dikemas TRASHI menjadi kegiatan yang menarik dan layak diikuti oleh anak muda Jakarta. 

Jadi, jika kalian muda dan ingin melakukan kegiatan penelitian alam liar, mari bergabung bersama tim survey TRASHI. Banyak hal menarik yang bisa kalian dapatkan dalam kegiatan survey selama setahun ke depan. Tertarik terlibat? Tunggu tanggal mainnya. (Edy Sutrisno-TRASHI)

Rabu, 29 Agustus 2012

Jangan Mendaur Ulang Sampah!


Siapa yang tak tahu konsep 3R?

Konsep Reduce, Reuse, & Recycle ini sudah lama didengungkan. Namun belum banyak yang tahu kalau urutan Reduce - Reuse - Recycle ini tidak disusun sembarangan (baca: Reduce, Reuse, Recycle : Pilih Mana?). Urutan tersebut merupakan tahapan dan urutan prioritas, jadi bukanlah sebuah pilihan. Saat ini tak sedikit diantara kita yang cenderung langsung melakukan recycle. Dikit-dikit recycle, dan recycle pun jadi yang paling populer diantara ketiga "R" tersebut.

Padahal dengan melakukan recycle atau daur ulang, jumlah sampah di lingkungan kita ini malah semakin bertambah. Hm, kok bisa begitu yah? Coba tengok artikel berikut ini:

***

Daur Ulang Justru Menambah Jumlah Sampah?
oleh: Ade Sulaiman


Intisari-online.com Salah satu produsen air mineral mengklaim telah membuat kemasan dari bahan yang mudah didaur ulang. Tapi, apakah cara tersebut benar-benar mampu mengurangi jumlah botol di tempat sampah? Jawabannya bisa jadi tidak berpengaruh. Bahkan malah menambah jumlah botol dalam tong sampah.

Mungkin Anda pernah mengalami hal seperti ini: membeli minuman kemasan tanpa merasa bersalah karena sudah dijamin akan didaur ulang. Atau meninggalkan tas daur ulang begitu saja karena memang terdapat tong sampah daur ulang di dekat Anda. Padahal, bisa jadi, langkah Anda tersebut justru makin menambah jumlah sampah di dunia ini.

Berdasarkan penelitian terbaru yang berjudul “Recycling Gone Bad: When the Option to Recycle Increases Resource Consumption,” ketersediaan fasilitas daur ulang seperti produk yang mudah didaur ulang, tong sampah daur ulang, atau penggunaan sampah sebagai energi terbarukan malah cenderung meningkatkan jumlah konsumsi produk-produk tersebut.

Penelitian yang bertujuan melihat korelasi antara daur ulang dan tingkat konsumsi ini dilakukan dengan melakukan dua observasi pada “perilaku nyata” beberapa orang. Observasi yang pertama dilakukan kepada 44 mahasiswa. Mereka diminta untuk menguji sebuah gunting jenis baru tanpa diberitahhu tujuan sebenarnya dari kegiatan tersebut, yaitu menguji tingkat penggunaan kertas.

Ternyata para peneliti menemukan bahwa jumlah kertas yang dipotong lebih banyak saat di ruangan terdapat tempat sampah daur ulang dibanding saat ruangan hanya diberi tempat sampah biasa. “Dengan menggunakan ukuran perilaku nyata, terlihat bahwa para mahasiswa tersebut menggunakan lebih banyak kertas apabila pilihan untuk mendaur ulang tersedia,” demikian laporan penelitian tersebut.

Dalam observasi kedua, peneliti mencoba untuk membuat latar penelitian yang lebih nyata yaitu kamar mandi. Selama 30 hari para peneliti ini mencatat jumlah kertas tisu yang tersisa pada pukul 7.30 pagi dan 10.30 malam. Untuk 15 hari pertama, toilet diberi tong sampah biasa. Sedangkan 15 hari berikutnya toilet menggunakan tong sampah daur ulang dan diberi tanda bahwa sampah dalam tong sampah tersebut akan didaur ulang.

Lagi-lagi hasilnya menunjukan, ketersediaan fasilitas daur ulang justru membuat orang lebih banyak mengonsumsi barang. 
Berdasarkan hitungan para peneliti, jumlah kertas yang digunakan bertambah 12.500 kertas tisu per satu toilet saat tempat sampah daur ulang disediakan di toilet tersebut.

Sebenarnya, upaya daur ulang bukanlah suatu yang salah. 
Buktinya upaya ini terdapat dalam konsep 3R (reduce, reuse, recycle) yang kerap dimasukan dalam upaya mengurangi dampak pemanasan global. Sayangnya, pemahaman terhadap konsep inilah yang menjadi masalah. Banyak yang tidak memahami bahwa penempatan urutan, seperti yang tercantum sebelumnya itu, menunjukan urutan langkah apa yang harus dilakukan terlebih dahulu. Jadi, sebaiknya, sebelum terpaksa mendaur ulang (recycle), ada baiknya melakukan langkah yang pertama, yaitu menghindari penggunaannya (reduce). (emagazine)

***

Jadi bagaimana menurut pendapat teman-teman? ada yang mau berbagi pengalaman?

Artikel terkait:
Botol Plastik: Remukkan atau…