Senin, 22 April 2013

BKSDA DKI Nyatakan Dukung Kegiatan TRASHI di SMMA


Kepala BKSDA DKI, Awen Supranata beserta staf
saat menerima perwakilan TRASHI
Bertempat di ruang rapat Balai Konservasi Sumberdaya Alam DKI Jakarta (BKSDA), Kamis (11/4), perwakilan TRASHI yang terdiri dari Direktur Hendra Aquan, Manajer Program Edy Sutrisno dan Koordinator Relawan Yusuf Garuda mengadakan pertemua dengan staf BKSDA DKI Jakarta. Hadir dalam pertemuan, Kepala BKSDA DKI Awen Supranata, Seksi Wilayah III Mujiastuti, Koordinator Bina Cinta Alam Sri Kusmilah beserta staf. 

Pertemuan tersebut diadakan dalam rangka mengenalkan komunitas TRASHI kepada Kepala BKSDA DKI beserta jajarannya. Saat ini TRASHI sedang melakukan kegiatan survei dan monitoring burung endemik Jakarta di Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA). Pertemuan ini memiliki sisi penting, karena BKSDA DKI merupakan organisasi pemerintah yang mendapat mandat untuk mengelola kawasan konservasi, seperti misalnya Suaka Margasatwa Muara Angke dan Suaka Margsatwa Pulau Rambut. Melihat pentingnya kebijakan pengelolaan lingkungan yang dimiliki BKSDA DKI untuk memelihara kawasan, maka sudah tepat  jika TRASHI berbagi bersama pihak pengelola kawasan. 

Pada pertemuan ini, Hendra mempresentasikan sejarah pergerakan TRASHI, serta informasi kegiatan terbaru yang sudah dilakukan di kawasan SMMA maupun kawasan Ruang Terbuka Hijau Jakarta lainnya. "TRASHI saat ini sedang melakukan survei dan monitoring Bubut Jawa dan Jalak Putih di kawasan SMMA", ujar Hendra. Kegiatan ini dilakukan secara berkala untuk melihat sebaran serta jumlah populasi burung tersebut. 

Awen menegaskan bahwa kegiatan yang dilakukan ini merupakan wujud partisipasi aktif BKSDA DKI untuk bersinergi bersama para rekanan untuk menjaga kelestarian hutan mangrove terakhir Jakarta, paparnya. "BKSDA-DKI Jakarta memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam melakukan tugasnya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat direduksi dengan keterlibatan pihak-pihak lain yang memiliki kepedulian terhadap kawasan konservasi khususnya di Jakarta" jelasnya.

Sebagai komunitas yang sudah aktif diisu ruang terbuka hijau, TRASHI membawa serta produk kampanye yang sudah dibuat. Produk tersebut antara lain berupa Modul Trashi (MOSHI), gantungan kunci serta peta intepretasi ekosistem hutan mangrove di Hutan Lindung Angke Kapuk dan Suaka Margasatwa Muara Angke. 

"Apa yang sudah dilakukan TRASHI ini merupakan hal yang positif. Pada prinsipnya BKSDA mendukung kegiatan yang dilakukan" papar Awen. Sesaat sebelum menutup pertemuan tersebut, Awen menegaskan, TRASHI sebaiknya mengajukan konsep kesepakatan yang bisa dilakukan bersama untuk sinergi kegiatan dengan BKSDA selama tahun 2013. (Edy Sutrisno - TRASHI)

Kamis, 18 April 2013

SD Bellarminus Ngintip Burung di Muara Angke

Siswa SD St. Bellarminus bersama fasilitator (Foto: Eci Desi)
Kamis, 28 Februari 2013, sekitar pukul 07.30, Saya bersama Hafidza sampai di Suaka Margasatwa Muara Angke(SMMA), Jakarta Utara. Di sana sudah ada Eci dan Maul (teman sekelas) dan juga ada Dewi, Ka Seken, Neo, dan Ucup(Trashi), sebagai teman barunya. Kami bersama briefing sebelum memulai acara. Menengok peta panduan yang sudah dibuat dari pihak Trashi, merencanakan games sederhana untuk pembagian kelompok, dan menetapkan job masing-masing. Saya ditempatkan di pos Burung bersama Eci. Oh ya, di kegiatan ini ada tiga pos, pos sampah, pos mangrove, dan pos burung. Selesai briefing Kami menunggu peserta,anak-anak SD St.Bellarminus yang sedang dalam perjalanan. 

Sesampainya mereka di SMMA, langsung pembukaan dan pembagian kelompok. Masing-masing anak mengambil undian yang di dalamnya tertera salah satu nama kelompok. Ada tiga nama kelompok yang tersedia, yaitu kelompok bebek, kelompok kambing, dan kelompok monyet. Setiap anak di himbau untuk menutup mata, menirukan suara hewan dari hasil undian yang di dapat, dan mencari sumber suara yang sama dengan apa yang dibunyikannya. Cukup lucu melihat mereka yang berisik berseru menirukan suara hewan dengan tangan yang bergerayangan mencari teman satu kelompoknya. Pembagian kelompok usai. Saya langsung bergegas menuju pos Burung. Dengan bekal binokuler sebagai penunjang. 

Di pos burung, Saya dan Eci langsung pengamatan mencari spot. Dapat. Kami menemukan spot yang langsung tanpa terhalang untuk melihat Pecuk Ular Asia dan Cangak Abu yang sedang santai bertengger di ranting. Di jembatan danau yang terhampar Lemna minor (mungkin) dengan beberapa Nipah. Datang rombongan pertama. Sedikit diberi pengarahan dan diberitahu ada burung Pecuk Ular Asia dan Cangak Abu yang sedang bertengger, mereka antusias untuk melihatnya dan belajar menggunakan binokuler. Mereka berbaris untuk bergantian mencoba melihatnya. Saya memberi petunjuk keberadaan burung tersebut. Mengarahkannya hingga ia dapat melihat burung yang di maksud, juga menanyakan ciri-ciri serta warna dari burung yang ia lihat dan memberi tahu nama dari jenis burung tersebut. Beda cerita dengan anak yang susah sekali menemukan posisi burung yang sedang bertengger mengumpat di sela dedaunan. Agak protes dan tak puas dengan menggunakan binokuler yang hanya sebentar. Teman antrian belakangnya bergumam sebal dan lekas menggoda. Dan tetiba ada Blekok sawah yang sedang terbang. Saya semangat memberitahu dan anak-anak langsung mencari sumber yang dibicarakan. Mereka berseru, antusias, merasa senang karena baru melihat burung tersebut. 

Mengenai kelakuan yang lainnya, mereka berebut posisi barisan ingin menjadi yang lebih depan , berceloteh dengan temannya selagi menunggu antrian. Ada pula yang berebut bertanya mengenai perilaku burung yang sedang mengembangkan sayapnya saat itu. Saya memancing jawaban mereka sebelum memberitahu jawabannnya. Anak-anak cerdas dengan rasa keingin tahuan yang tinggi.  Atmosfer anak-anak terasa begitu kental, saya menjadi terkekeh sendiri melihat kelakuan mereka. Tanpa sadar juga banyak menceracau , memberi arahan petunjuk, menjawab pertanyaan, berinteraksi dengan setiap anak-anak dari semua kelompok yang bergantian mengunjungi pos burung.  Rasa senang melihat anak-anak yang antusias menghapuskan dahaga yang menggelayut. 

Singkat cerita, selesai pos to pos, mereka kembali ke tempat berkumpul semula. Menggambar hasil yang mereka dapat dari field trip ini di atas kertas yang cukup besar secara berkelompok. Merasa kagum melihat hasil karya mereka yang unik. Salah satu kelompok menghasilkan karya terbaik, gambarnya rapi dan jelas. Ada pula kelompok yang memang terlihat berantakan tetapi proses menggambarnya unik, setiap anggota kelompok diberikan kebebasan untuk menggambar apa saja sesuai kreatifitas dengan lokasi yang suka-suka tanpa ada ketentuan dari temannya yang lain. Selesai mengerjakan gambar tersebut, secara berkelompok mereka berdiri di hadapan teman-temannya menceritakan gambar yang sudah mereka buat. Meski suasana kurang kondusif karena anak-anaknya terlalu aktif, sibuk ngobrol dan ada yang jalan-jalan, tetapi di ujung presentasi di hadiah kan tepuk tangan oleh semuanya dengan di pimpin oleh Neo. 

Neo sebagai pembawa acaranya kali ini. Tepat sekali. Ia terlihat handal menangani anak-anak ajaib tersebut. Lucunya, ada salah satu kelompok yang menggambar orang, katanya itu gambar orang lari saat di kejar monyet. Membuat tertawa mendengarnya, pemikiran yang masih polos. Di penghujung waktu kami foto bersama anak-anak. Anak-anak keluar lokasi SMMA, dan kami melakukan evaluasi bercerita tentang rangkaian pengalaman hari ini. Dari saya pribadi, ini adalah pertama kali saya ikut guiding anak sekolah. Pengalaman yang menyenangkan bersama anak-anak yang bisa di bilang sangat aktif itu, menguji kesabaran menghadapinya, maklum saja masih SD. 

Merasa senang juga karena telah membagikan apa yang saya tahu kepada mereka yang terlihat senang juga mengetahuinya dan berharap menjadi pembelajaran yang baik. Sedikit kelimpungan pula menghadapi kelakuan mereka saat di pos burung yang telah saya paparkan di atas. Meski cukup lelah tapi ini menyenangkan. Terima kasih untuk semua rekan yang terlibat, dan juga Trashi(Transformasi Hijau). Semoga pengalaman mengenai lingkungan hidup yang kita berikan bermanfaat untuk mereka. Aamiin. (Ade Muliati - Volunteer TRASHI)

Sumber tulisan: Volunteer - Guiding di SMMA

Rabu, 10 April 2013

Dua Hari di Muara Angke Bertemu 10 Individu Jalak Putih

Kawanan Jalak Putih yang terbang melintas di danau SMMA (Foto: Gusti Wicaksono)


“Di point tiga kami menjumpai empat ekor Jalak Putih (Sturnus melanopterus) yang sedang terbang melintasi danau, setelah sebelumnya ada satu ekor terlihat,” terang Yusuf Aprianto, salah satu anggota tim A yang mempresentasikan hasil survey burung di hadapan peserta pelatihan II Jakarta Endemic Bird Project. Pelatihan yang diselenggarakan selama 2 hari di Suaka Margasatwa Muara Angke tersebut dilakukan untuk memberikan pembekalan bagi tim survey Burung Endemik Jakarta. “Total semua kami melihat 10 individu yang berbeda,” ujar Gusti Wicaksono menambahkan uraian yang disampaikan oleh Yusuf. Senada dengan rekan satu tim nya, Andika juga menegasakan “Kemarin sore kami menemukan enam ekor di sekitar bird hide”. Andika merupakan salah seorang peserta dari sekolah Al-Izhar.

Perjumpaan ini merupakan hasil kegiatan uji coba survey populasi burung dengan menggunakan metode point count. Teknik ini dilakukan dengan menghitung jumlah dan jenis burung di titik-titik point pengamatan yang sudah ditentukan selama 20 menit.  Burung dengan nama Inggris Black-winged Straling ini biasanya hidup secara bekelompok, perjumpaannya di alam sudah relatif sulit namun tidak sedikit pula yang sudah mengembangbiakkan jenis burung ini. Selain berhasil mengidentifikasi Jalak Putih, peserta juga berhasil mencatat adanya Bubut Jawa. Bubut Jawa ini juga termasuk jenis burung endemik Jawa. 

Dengan dijumpainya Jalak Putih dan Bubut Jawa di luasan Suaka Margasatwa Muara Angke yang hanya 25,02 Hektar tersebut menjadi hal yang menggembirakan. Hal Ini disebabkan karena jenis endemik Jawa, Bali dan Lombok tersebut ternyata masih bisa bertahan hidup di kota Jakarta yang ruang terbuka hijaunya tidak lebih dari 10%. Pencatatan jenis burung endemik ini membuat lokasi Suaka Margasatwa Muara Angke, sebagai satu-satunya kawasan hutan mangrove di daratan Jakarta yang memiliki nilai ekologi penting. (Edy Sutrisno - TRASHI)


Selasa, 09 April 2013

Pembekalan Materi Tim Survey Burung Endemik Jakarta


Salma berbagi tips menulis blog
“Akhirnya bisa juga mengunjungi Muara Angke,” demikian komentar kecil Salma, nama akrab Salma Indria Rahman, salah satu pemateri pada pelatihan kedua yang diselenggarakan Trashi. Pelatihan yang dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan Jakarta Endemic Bird Project tersebut, diadakan di Suaka Margasatwa Muara Angke pada 23-24 Maret 2013 lalu. Meskipun pelatihan ini adalah kegiatan lanjutan, namun tidak semua peserta adalah yang terlibat di pelatihan pertama.  

Dua puluh peserta pelatihan ini memiliki beragam latar belakang, seperti mahasiswa, guru dan ada juga pelajar SMP. Kegiatan pada hari pertama dilakukan di aula Suaka Margasatwa Muara Angke. Dalam pelatihan tersebut disampaikan empat materi, antara lain pelatihan menulis oleh Salma, fotografi oleh Deddy Istanto, dilanjutkan  dengan materi survey populasi burung oleh Ady Kristanto, kemudian ditutup dengan materi fasilitasi yang disampaikan oleh Sarie Wahyuni. Pelatihan berlangsung semarak dan meski diselingi keterlambatan waktu, namun peserta tetap bersemangat meski harus mengakhiri sesi pelatihan pukul 23.00 WIB.

Pada hari kedua, peserta diajak untuk melakukan uji coba materi yang didapat di hari pertama. Praktek ini lebih difokuskan pada survey populasi burung. Peserta yang sebelumnya diikuti oleh 20 peserta pada hari terakhir tersisa 10 orang. Peserta yang terbagi menjadi dua kelompok itu mendapat tugas untuk melakukan survey burung dengan metode Point Count. Teknik ini dilakukan dengan berhenti di satu titik dan melakukan pengamatan selama 20 menit. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai area target pengamatan selesai disurvey. Pelatihan tersebut ditutup pada minggu siang oleh Hendra Aquan, Direktur Trashi (Edy Sutrisno - TRASHI).