Selasa, 14 Juni 2011

Transplantasi Terumbu Karang

Kelestarian terumbu karang adalah tugas kita bersama termasuk remaja. Teens Go Green Jakarta menunjukkan itu di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.

PAGI itu, Minggu (22/5), langit cerah menghias angkasa di Pulau Pramuka, salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Sekelompok pelajar SMA/ SMK, yang tergabung dalam komunitas Teens Go Green Jakarta, sedang asyik belajar metode transplantasi terumbu karang. Dengan dibantu seorang fasilitator lokal dari Pulau Pramuka, mereka mempraktikkan langsung cara melakukan transplantasi terumbu karang.

Transplantasi terumbu karang merupakan salah satu metode pelestarian terumbu karang dengan teknik pencangkokan, dari karang lain sebagai indukan yang kondisinya masih bagus, menggunakan media tumbuh semen atau beton. Transplantasi terumbu karang berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki terumbu karang berbesar di dunia. Luas terumbu karang Indonesia 51 ribu kfh2 ahm sekitar 18% dari total luas terumbu karang dunia. Sayangnya, dari total luas terumbu karang tersebut, sekitar 50% terumbu karang berada dalam kondisi sangat memprihatinkan. Penyebabnya penggunaan bom ikan dan potasium pada penangkapan ikan. Padahal, terumbu karang berperan penting bagi kehidupan biota laut, seperti ikan dan biota lainnya. Rusaknya terumbu karang menyebabkan populasi biota laut, terutama ikan, akan menurun.

"Transplantasi terumbu karang membantu memulihkan kondisi ekosistem terumbu karang yang kritis," ungkap Mariana, 17, fasilitator lokal Pulau Pramuka. "Kami pemuda di sini juga membentuk semacam Taman Miniatur Laut sebagai tempat belajar dan observasi bagi mereka yang ingin mengetahui lebih banyak tentang terumbu karang di Pulau Pramuka," jelasnya menambahkan.


Mudah tanpa merusak

Menurut Mariana, transplantasi terumbu karang yang mereka kembangkan cukup mudah. "Selain itu, juga tidak merusak lingkungan karena hanya di awal mengambil indukan dari laut langsung. Setelahnya menggunakan indukan yang telah dibiakkan," papar gadis yang kini duduk di bangku kelas XI SMA 69, Kepulauan Seribu tersebut.

Transplantasi dilakukan dengan menjadikan salah satu patahan karang yang masih hidup sebagai FO atau pemula dan dikembangkan selama tiga sampai lima bulan menggunakan media semen / beton. Setelah besar, patahan FO kembali dibiakkan menjadi Fl, hingga F2, F3, dan seterusnya.


Dengan dibantu fasilitator lokal, siswa anggota Teens Go Green Jakarta melakukan transplantasi karang jenis Acropora (karang cabang) yang biasa menjadi tempat bersembunyi secara bergerombol ikan jae-jae dan jenis sq/i coral (karang lunak).

Meski hampir sebagian besar anggota Teens Go Green bertempat tinggal di tengah Kota Jakarta yang jauh dari pesisir, mereka terlihat antusias sekali sewaktu melakukan transplantasi terumbu karang. Hal itu turut menambah pengalaman baru bagi mereka yang belajar secara langsung dari alam.

"Waktu transplantasi karang itu suatu pelajaran yang baru buat aku, meskipun materi yang diberikan singkat, tetapi cukup mudah dimengerti. Ternyata karang yang sudah mati dapat berguna juga," ujar Stephy, 19, salah satu anggota Teens Go Green Jakarta.

Teens Go Green Jakarta merupakan sebuah komunitas pelajar dari berbagai SMA/SMK di DKI Jakarta yang fokus pada isu lingkungan. Mereka terbentuk atas inisiatif Yayasan Ke-hati, PT Pembangunan Jaya Ancol, dan Dinas Pendidikan Menengah Tinggi (Dikmenti) DKI Jakarta, serta bimbingan fasilitator dari Transforma-si Hijau, Rimbauan Muda Indonesia (RM1), dan Yayasan Terangi.

Kali ini, mereka sedang melaksanakan kegiatan educamp mengenal ekosistem pesisir yang bertemakan Nature detective. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang ekosistem di daerah hulu, tengah, dan hilir.

Keprihatinan dan harapan
Teluk Jakarta menjadi muara dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta. Kondisi Teluk Jakarta sungguh memprihatinkan karena banyaknya sampah yang terbawa oleh aliran-aliran sungai tersebut hingga ke laut. Berbagai jenis sampah plastik dan styrofoam mengapung di situ. Airnya pun terlihat pekat.

"Sewaktu kami berangkat dari dermaga Muara Angke, yang terlihat hanya sampah plastik, styrofoam yang mengapung. Sangat memprihatinkan," ungkap Icha, 17, anggota Teens Go Green dari SMKN 24 Jakarta.

Kondisi Teluk Jakarta yang memprihatinkan seperti itu memberikan pengaruh bagi kondisi terumbu karang di Kepulauan Seribu, terutama di bagian selatan yang meliputi Pulau Rambut, Pulau Untung Jawa, dan lain-lain.

Pencemaran zat kimia dan sampah membuat terumbu karang dalam kondisi kritis. Terumbu karang tidak mampu bertahan pada kondisi pencemaran tinggi. Banyaknya sampah plastik yang mengapung menghalangi sinar matahari yang masuk ke laut.


"Cukup semenit untuk merusak semua terumbu karang, tetapi butuh waktu bertahun-tahun untuk mengembalikannya seperti semula," tutur Mariana. Siswi yang aktif dalam kegiatan karya ilmiah remaja (KIR) di sekolahnya, mengenai upaya pelestarian Pulau Pramuka, itu berharap, dengan dijadikannya Kawasan Kepulauan Seribu sebagai tempat wisata, tidak menjadikan alamnya semakin rusak. (M-7)


Sumber: Media Indonesia, 5 Juni 2011
Bambang Sutrisno (anggota Teens Go Green)
Mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Indonesia
Pemenang Juara 1 lomba Penulisan yang diadakan oleh Media Indonesia di Universitas Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar