Kawanan Jalak Putih yang terbang melintas di danau SMMA (Foto: Gusti Wicaksono) |
“Di point tiga kami menjumpai empat ekor Jalak Putih (Sturnus melanopterus) yang sedang terbang melintasi danau, setelah sebelumnya ada satu ekor terlihat,” terang Yusuf Aprianto, salah satu anggota tim A yang mempresentasikan hasil survey burung di hadapan peserta pelatihan II Jakarta Endemic Bird Project. Pelatihan yang diselenggarakan selama 2 hari di Suaka Margasatwa Muara Angke tersebut dilakukan untuk memberikan pembekalan bagi tim survey Burung Endemik Jakarta. “Total semua kami melihat 10 individu yang berbeda,” ujar Gusti Wicaksono menambahkan uraian yang disampaikan oleh Yusuf. Senada dengan rekan satu tim nya, Andika juga menegasakan “Kemarin sore kami menemukan enam ekor di sekitar bird hide”. Andika merupakan salah seorang peserta dari sekolah Al-Izhar.
Perjumpaan ini merupakan hasil kegiatan uji coba survey populasi burung dengan menggunakan metode point count. Teknik ini dilakukan dengan menghitung jumlah dan jenis burung di titik-titik point pengamatan yang sudah ditentukan selama 20 menit. Burung dengan nama Inggris Black-winged Straling ini biasanya hidup secara bekelompok, perjumpaannya di alam sudah relatif sulit namun tidak sedikit pula yang sudah mengembangbiakkan jenis burung ini. Selain berhasil mengidentifikasi Jalak Putih, peserta juga berhasil mencatat adanya Bubut Jawa. Bubut Jawa ini juga termasuk jenis burung endemik Jawa.
Dengan dijumpainya Jalak Putih dan Bubut Jawa di luasan Suaka Margasatwa Muara Angke yang hanya 25,02 Hektar tersebut menjadi hal yang menggembirakan. Hal Ini disebabkan karena jenis endemik Jawa, Bali dan Lombok tersebut ternyata masih bisa bertahan hidup di kota Jakarta yang ruang terbuka hijaunya tidak lebih dari 10%. Pencatatan jenis burung endemik ini membuat lokasi Suaka Margasatwa Muara Angke, sebagai satu-satunya kawasan hutan mangrove di daratan Jakarta yang memiliki nilai ekologi penting. (Edy Sutrisno - TRASHI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar