Selasa, 17 Juli 2012

Jalak Putih: Burung Asli Jawa yang Terancam Punah

Jalak putih (Sturnus melanopterus)
Dalam sebuah Buku Panduan Lapangan Burung-burung Sumatera, Jawa dan Bali karya John Mackinnon dan kawan-kawan, terdapat ilustrasi burung yang mirip satu sama lain. Jenis yang dimaksud adalah Jalak putih (Sturnus melanopterus) dan Jalak bali (Leucopsar rothschildi). Kedua spesies ini memiliki warna bulu utama putih, meskipun terdapat kulit tanpa bulu di sekitar mata berwarna kuning berbeda dengan Jalak bali yang berwarna biru. Namun, keduanya memiliki kesamaan, yaitu merupakan burung yang sangat terancam punah serta dilindungi undang-undang. IUCN memberikan status Critical Endangered atau sangat terancam punah pada burung tersebut.
 
Dari pola hidupnya, Jalak putih hidup secara berpasangan atau dalam kelompok kecil yang mendiami hutan dataran rendah dan hutan monsun. Sebagai burung endemik, sebaran Jalak putih hanya ada di pulau Jawa (terutama Jawa Timur), Madura, Bali dan Nusa Penida, meskipun terkadang mengembara hingga ke Lombok. Di Jakarta kita masih bisa menemukan Jalak putih di kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke. Diperkirakan populasi Jalak putih saat ini hanya berjumlah 4-6 individu.
 
Berdasarkan pengamatan, Jalak putih memiliki tiga ras, yakni ras Jawa dan Madura (Sturnus melanopterus melanopterus), ras pulau Bali (Sturnus melanopterus tertius), dan ras peralihan di ujung Jawa timur (Sturnus melanopterus tricolor). Pada ras Jawa dan Madura, Jalak putih memiliki punggung dan penutup sayap berwarna putih, sedangkan pada dua ras lainnya berwarna lebih kelabu.
 
Jalak putih dalam bahasa Inggris disebut Black-winged Starling merupakan burung dari suku Sturnidae. Burung yang umumnya berukuran  sedang (sekitar 20-25 cm), gagah, dengan paruh yang kuat, tajam dan lurus. Berkaki panjang sebanding dengan tubuhnya. Bersuara ribut, dan berceloteh keras, terkadang meniru suara burung lainnya. Di alam, burung ini kebanyakan bersarang di lubang-lubang pohon.dengan warna bulu seluruhnya putih, kecuali sayap dan ekor berwarna hitam.
 
Karena keindahannya, tidak mengherankan jika kemudian Jalak putih dinobatkan menjadi fauna identitas di dua kabupaten, yakni kabupaten Madiun (Jawa Timur) dan kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah). Sayangnya, keberadaan burung yang dilindungi ini semakin sulit ditemukan di alam liar.
 
Populasi Jalak putih sekarang di alam sangat memprihatinkan sekali. Hal ini dikarenakan tingginya perburuan untuk kemudian diperdagangkan. Diperkirakan harga jualnya dipasaran mencapai 1.5 – 3 juta rupiah sepasang.
 
Selain perburuan untuk perdagangan, berkurangnya habitat menjadi faktor pendukung penurunan populasi Jalak putih. Demi menjaga kelestariannya, perlu dilakukan upaya pelestarian, salah satunya dengan memasukkan spesies ini ke dalam daftar burung langka yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia melalui UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta PP No. 7 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Perlindungan dengan undang-undang ini merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan laju kepunahan Jalak putih.

Banyak upaya yang bisa dilakukan. Bagi yang awam sama sekali tentang kegiatan konservasi burung, mengenal jenis burung dan habitatnya dapat menjadi langkah awal untuk menyebarkan semangat konservasi ke masyarakat luas. Ketika setiap orang sudah mengetahui status kepunahan Jalak putih, maka upaya perlindungan tidak lagi hanya dilakukan oleh pemerintah ataupun kalangan pengamat burung saja. Tapi juga melibatkan masyarakat dengan jangkauan yang lebih luas.

Selasa, 26 Juni 2012

Workshop Keranjang dari Kertas Koran

Ajakan untuk Tim CreaTRASHIty membuat sebuah workshop kerajian tangan menggunakan bahan bekas/ daur ulang datang dari Mba Salma, dari Komunitas RumahPohon Activity. RumahPohon Activity mendapat tempat untuk membuka booth skaligus menggelar serangkaian workshop di Hari Sabtu dan Minggu, selama Bulan Juni - Juli di acara Urban Mom & Kiddy, Central Park Lantai 1.

Dan tanggal 23, Tim CreaTRASHIty menggelar workshop keranjang dari kertas koran di Mall ini :)
Setelah teman-teman Young Transformers datang, workshop dimulai. Kali ini mencoba berkreasi dengan alas keranjang yang beda. Apakah hasilnya akan sama? Ternyata tidak, ada yang membuat keranjang berbentuk vas bunga, ada yang persegi dan bundar. Hmm... satu metode, bisa menghasilkan banyak kreasi, ya...

Oh iya, Ini pertemuan kedua dengan teman Young Transformers, semenjak dari Taman Ayodya. Mereka juga membawa keranjang koran yang memang sudah dibuat (ceritanya di sini), untuk di beri pewarna alam. Sorenya, kita mulai mewarnai keranjang koran. Dari rumah saya memang sudah menyiapkan pewarna dari kunyit (kuning dan oranye) dan teh. Jangan lupa memakai sarung tangan karet ketika mulai mewarnai, karena kunyit cukup sulit dibersihkan jika sudah mengenai jari.

Tak terasa, hari sudah mendekati maghrib. Dan kelas kreasi pun ditutup bersamaan dengan booth RPA. Sayangnya, saat selesai masih ada peserta yang belum menyelesaikan keranjangnya. Jadi mereka membawa pulang anyaman dan beberapa gulungan koran. 

suasana workshop
Sambil menunggu teman-teman yang sedang sholat, Saya dan Ulfah berjalan ke taman Central Park. Ternyata sedang ada acara.... Sekalian saja kami foto2, sambil melepaskan penat aktivitas hari ini...
Makasih buat RPA dan YT

Senin, 25 Juni 2012

Berburu Sampah di Ancol

Minggu, 24 Juni 2012, Transformasi Hijau, HSBC dan Gren Radio menyelenggarakan Water Festival di Pantai Indah Ancol. Acara yang diikuti oleh berbagai komunitas seperti Teens Go Green, Ancol Sayang Lingkungan, Sarongge Organic Farm dan Instalasi Daur Ulang berlangsung meriah.

Water Festival ini dihadiri kurang lebih 500 orang yang berasal dari keluarga HSBC dan relawan komunitas yang terlibat pada festival ini. Acara dibuka dengan Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) 88. Senam ini dulu pernah populer di masyarakat, namun kini gaungnya sudah tidak terdengar. Para peserta nampak antusias bernostalgia dengan gerakan senamSKJ 88.

Trash Hunting dimulai dengan membagi peserta ke dalam 10 kelompok. Setiap kelompok dibedakan dengan penanda bendera beragam warna. Secara simbolis, rombongan peserta diberangkatkan oleh Alan Richard CEO HSBC dan Babe Iding, penjaga kali Pesanggrahan. Peserta berpencar ke sepuluh lokasi di sepanjang Pantai Indah Ancol dan mengumpulkan sampah yang dipisahkan pada karung yang berbeda, seperti jenis sampah plastik, botol, styrofoam dan sampah lainnya.

Trash Hunting ini berlangsung selama satu jam. Sampah yang terkumpul kemudian ditimbang, dan jumlah sampah yang berhasil dikumpulkan sebanyak 211,3 Kilogram. Beberapa di antaranya, seperti botol kemasan plastik dimanfaatkan Instalasi Daur Ulang untuk dijadikan bahan kreasi.

Pemanfaatan kemasan barang bekas menjadi barang kreasi yang dilakukan komunitas Instalasi Daur Ulang memberikan pendidikan kepada peserta untuk memaksimalkan pemakaian barang bekas sebelum akhirnya dibuang ke tempat sampah. Pada kesempatan tersebut, nampak beberapa anak ikut mencoba berkreasi membuat mobil berbahan dasar botol kemasan plastik.