Hari ini, Jejaring Komunitas Peduli Ciliwung Jakarta melakukan kegiatan bersama dalam memperingati hari Pohon Sedunia yang dinamakan Nimbrung di Ciliwung di daerah Condet Balekambang.

Kegiatan yang dimulai pukul 07.00-17.00 ini, bertujuan untuk mengangkat potensi wisata Ciliwung, mengajak warga Jakarta untuk peduli pada pelestarian Ciliwung, dan sebagai ajang kumpul komunitas perkotaan Jakarta. 

Ciliwung dikenal sebagai sungai yang kotor dan kumuh karena padatnya pemukiman penduduk di bantarannya, serta sering dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan sampah dan limbah. 

Selain fakta kerusakan yang ada, Ciliwung masih menyimpan potensi alam baik itu keanekaragaman satwa maupun tumbuhan. Salah satu segmen Ciliwung yang kondisi lingkungannya masih terawat berada di Condet Balekambang. 

Kawasan ini ditetapkan pemerintah DKI Jakarta sebagai Kawasan Cagar Budaya untuk tempat perlindungan salak condet, buah asli Jakarta dan sebagai lambang kota Jakarta. 

Hendra Aquan dari Transformasi Hijau mengatakan bahwa alih fungsi lahan di bantaran Ciliwung menjadi tempat pembuangan sampah ilegal dan perumahan telah menjadikan lahan budidaya salak condet hanya tersisa di Balekambang Condet saja.  "Potensi lingkungan ini layak untuk dipertahankan dan usaha ini tentunya butuh dukungan dan kepedulian dari semua pihak," ujar Hendra. 

Menyadari perlu adanya wujud nyata usaha positif pelestarian Ciliwung maka Jejaring Komunitas Peduli Ciliwung Jakarta menginisiasi kegiatan Nimbrung di Ciliwung yang dikemas dengan konsep wisata pendidikan.   
Sudirman Asun, salah seorang penggagas kegiatan ini mengatakan bahwa kegiatan wisata pendidikan ramah lingkungan ini akan diberikan secara atraktif melalui dongeng dan diikuti dengan penerapannya seperti memilah sampah dan menanam salak condet.  

"Peserta dapat mencoba paket wisata yang akan dikembangkan di Ciliwung Condet, seperti jelajah kampung, jelajah Ciliwung dengan kano, menanam salak condet dan mencicipi aneka masakan tradisional khas Betawi." Ungkap Sudirman.

Kegiatan ini diramaikan oleh 20-an komunitas Jakarta dan sedikitnya 300 orang peserta yang berasal dari berbagai kelompok, seperti organisasi kemasyarakatan, ibu rumah tangga, siswa sekolah, praktisi dan penggiat lingkungan, wartawan, mahasiswa, pemerintah dan warga sekitar lokasi kegiatan.