Konsep Reduce, Reuse, & Recycle ini sudah lama didengungkan. Namun belum banyak yang tahu kalau urutan Reduce - Reuse - Recycle ini tidak disusun sembarangan (baca: Reduce, Reuse, Recycle : Pilih Mana?). Urutan tersebut merupakan tahapan dan urutan prioritas, jadi bukanlah sebuah pilihan. Saat ini tak sedikit diantara kita yang cenderung langsung melakukan recycle. Dikit-dikit recycle, dan recycle pun jadi yang paling populer diantara ketiga "R" tersebut.
Padahal dengan melakukan recycle atau daur ulang, jumlah sampah di lingkungan kita ini malah semakin bertambah. Hm, kok bisa begitu yah? Coba tengok artikel berikut ini:
***
Daur Ulang Justru Menambah Jumlah Sampah?
oleh: Ade Sulaiman
Mungkin Anda pernah mengalami hal seperti ini: membeli minuman kemasan tanpa merasa bersalah karena sudah dijamin akan didaur ulang. Atau meninggalkan tas daur ulang begitu saja karena memang terdapat tong sampah daur ulang di dekat Anda. Padahal, bisa jadi, langkah Anda tersebut justru makin menambah jumlah sampah di dunia ini.
Berdasarkan penelitian terbaru yang berjudul “Recycling Gone Bad: When the Option to Recycle Increases Resource Consumption,” ketersediaan fasilitas daur ulang seperti produk yang mudah didaur ulang, tong sampah daur ulang, atau penggunaan sampah sebagai energi terbarukan malah cenderung meningkatkan jumlah konsumsi produk-produk tersebut.
Penelitian yang bertujuan melihat korelasi antara daur ulang dan tingkat konsumsi ini dilakukan dengan melakukan dua observasi pada “perilaku nyata” beberapa orang. Observasi yang pertama dilakukan kepada 44 mahasiswa. Mereka diminta untuk menguji sebuah gunting jenis baru tanpa diberitahhu tujuan sebenarnya dari kegiatan tersebut, yaitu menguji tingkat penggunaan kertas.
Ternyata para peneliti menemukan bahwa jumlah kertas yang dipotong lebih banyak saat di ruangan terdapat tempat sampah daur ulang dibanding saat ruangan hanya diberi tempat sampah biasa. “Dengan menggunakan ukuran perilaku nyata, terlihat bahwa para mahasiswa tersebut menggunakan lebih banyak kertas apabila pilihan untuk mendaur ulang tersedia,” demikian laporan penelitian tersebut.
Dalam observasi kedua, peneliti mencoba untuk membuat latar penelitian yang lebih nyata yaitu kamar mandi. Selama 30 hari para peneliti ini mencatat jumlah kertas tisu yang tersisa pada pukul 7.30 pagi dan 10.30 malam. Untuk 15 hari pertama, toilet diberi tong sampah biasa. Sedangkan 15 hari berikutnya toilet menggunakan tong sampah daur ulang dan diberi tanda bahwa sampah dalam tong sampah tersebut akan didaur ulang.
Lagi-lagi hasilnya menunjukan, ketersediaan fasilitas daur ulang justru membuat orang lebih banyak mengonsumsi barang.
Berdasarkan hitungan para peneliti, jumlah kertas yang digunakan bertambah 12.500 kertas tisu per satu toilet saat tempat sampah daur ulang disediakan di toilet tersebut.
Sebenarnya, upaya daur ulang bukanlah suatu yang salah.
Buktinya upaya ini terdapat dalam konsep 3R (reduce, reuse, recycle) yang kerap dimasukan dalam upaya mengurangi dampak pemanasan global. Sayangnya, pemahaman terhadap konsep inilah yang menjadi masalah. Banyak yang tidak memahami bahwa penempatan urutan, seperti yang tercantum sebelumnya itu, menunjukan urutan langkah apa yang harus dilakukan terlebih dahulu. Jadi, sebaiknya, sebelum terpaksa mendaur ulang (recycle), ada baiknya melakukan langkah yang pertama, yaitu menghindari penggunaannya (reduce). (emagazine)
***
Jadi bagaimana menurut pendapat teman-teman? ada yang mau berbagi pengalaman?
Artikel terkait:
Botol Plastik: Remukkan atau…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar