Jakarta, 9 Februari 2013. Banjir yang melanda Jakarta sepanjang awal bulan tahun ini tidak hanya berdampak kepada kehidupan masyarakat Jakarta, tapi juga berdampak terhadap hutan mangrove yang berada di pesisir Jakarta terutama Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA), sebagai salah satu kawasan perlindungan ekosistem mangrove terakhir Jakarta. “Paling tidak ditemukan 15 jenis burung air yang hidup di hutan mangrove Jakarta,” demikian disampaikan oleh Gusti Wicaksono, koordinator kegiatan Asian Waterbird Survey yang diadakan tanggal 26 Januari lalu.
Beragam jenis sampah yang terbawa oleh banjir, terperangkap di antara akar-akar mangrove. Akar-akar mangrove tersebut, tidak hanya berfungsi sebagai alat menyerap unsur hara, namun juga sebagai alat bantu untuk bernafas. Untuk memperbaiki kondisi hutan mangrove, sebagai wujud kepedulian terhadap keadaannya yang rusak akibat sampah yang terbawa banjir, Transformasi Hijau bersama dengan Yayasan IAR (International Animal Rescue) didukung oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) DKI Jakarta mengadakan Trash Buster. Kegiatan ini merupakan aksi pembersihan sampah hutan mangrove di Suaka Margasatwa Muara Angke pada tanggal 9 Februari 2013. “Kami saat ini memerlukan bersih sampah, karena banyak anakan mangrove yang kami tanam rusak karena banjir,” demikian disampaikan oleh Mujiastuti, kepala Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Jakarta.
Kegiatan ini juga dilakukan sebagai bagian dari peringatan hari lahan basah sedunia yang setiap tahunnya dirayakan setiap tanggal 2 Februari. Peringatan tahun ini mengambil tema Lahan Basah dan Pengelolaan Sumberdaya Air. Trash Buster kali ini diikuti oleh 30 orang mulai dari pelajar, mahasiswa, profesional dan ibu rumah tangga. Hasil sampah terkumpul mencapai 2,2 ton dalam waktu 3 jam. (Edy Sutrisno - TRASHI)
Aksi volunteer angkat sampah dari rawa mangrove |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar