Jumat, 26 Oktober 2012

Bakau Danareksa Hijaukan Rambut


Penghijauan merupakan kegiatan yang konsisten. Perlu komitmen dan tanggung jawab untuk melakukannya, bukan sekedar tanam lalu tinggal. Banyak yang tidak mengetahui prinsip dasar ini, sehingga upaya penghijauan jarang berhasil.

Briefing kegiatan sebelum masuk kawasan (Foto: Arinta Tata)
Sabtu (20/10/2012) rombongan yang terdiri dari Danareksa, TRASHI, Young Transformers dan Teens Go Green melakukan kunjungan ke Pulau Rambut. Pulau Rambut merupakan salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang merupakan kawasan konservasi.

“Pulau Rambut sebagaimana sudah dikenal sebagai habitat burung dan salah satu kawasan konservasi di Jakarta, juga sudah ditetapkan menjadi daerah Ramsar,” jelas Edy kepada rombongan. Kedatangan ke Pulau Rambut ini bukan hanya sekedar wisata, tapi juga melakukan aksi penanaman mangrove. Mangrove merupakan salah satu jenis tanaman yang mampu menahan laju abrasi pantai dengan akar kuatnya yang menghunjam tanah.

Rombonganpun disambut Buang, seorang penjaga Pulau Rambut. “Kita bisa lihat sendiri nanti hasil kegiatan penanaman yang sudah dilakukan sebelumnya”, kata Buang saat  bercerita tentang hasil penanaman yang telah dilakukan Danareksa sebelumnya.

Rutinnya perawatan pada mangrove yang ditanam tiga tahun lalu, kini mulai menunjukkan hasilnya. Di antara pohon-pohon mangrove yang mulai tua, kini sudah bermunculan deretean mangrove muda. Mangrove muda tersebut sedang bersiap menjadi penerus generasi sebelumnya untuk menjaga Pulau Rambut dari laju abrasi pantai yang kian cepat. Selain itu, rimbunan mangrove Pulau Rambut juga dimanfaatkan oleh beragam spesies untuk berlindung seperti kepiting, kelomang, burung pecuk serta kuntul.

Penanaman mangrove di Pulau Rambut ini merupakan kerjasama antara TRASHI dan Danareksa. Kegiatan penanaman yang dilakukan kali ini merupakan penanaman ketiga dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. 

Penanaman mangrove yang dipandu oleh Hendra dan Jaya, petugas penjaga Pulau Rambut ini nampak menantang, pasalnya peserta harus melalui jalan berlumpur untuk sampai di lokasi penanaman. Beberapa peserta penanaman yang baru pertama kali menanam mangrove di area berlumpur nampak menikmati kegiatan ini. Kapan lagi bisa merasakan bermain lumpur secara bebas kalau tidak di Pulau Rambut. 

Bermain di alam merupakan hal yang jarang ditemui di Jakarta, oleh karena itu kesempatan ini tidak disia-siakan oleh para peserta. Sebuah menara pengamatan setinggi 25 meterpun ikut dipanjat demi melihat surga burung yang terbentuk dari rimbunan mangrove. Inilah benteng pertahanan terakhir satwa liar Jakarta. Jika mangrove punah, apa lagi yang bisa diharapkan bagi kelestarian lingkungan kita? (Edy Sutrisno - TRASHI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar