Foto: Ihasan Kusasi (Pengajar SMA 6 Jakarta) |
Penasaran dengan acara bertema Eco-weekend ala Transformasi Hijau? baca terus ya teman?
Transformasi Hijau (TrasHi) bersama young transformers dan beberapa komunitas lain telah sukses mengadakan pelatihan pengamatan burung dan herpetofauna (satwa amphibi dan reptil) yang berlokasi di kebun binatang Ragunan, Jakarta- Selatan.
Acara ini digelar pada Sabtu, 23 April 2011 pukul 10.00 WIB, dengan dihadiri oleh panitia penyelenggara, peserta anggota ekstra kulikuler Siswa Pecinta Alam SMK 24 (Bambu Apus,TMII) dan beberapa anggota Kelompok Ilmiah Remaja SMA 32.
Apa saja ya? pengalaman seru dari teman-teman yang hadir?
Sebelum pengamatan dimulai, para peserta mendapat briefing singkat yang dipandu oleh rekan TrasHi, jurusan Biologi Universitas Nasional, sebagai fasilitator. Pertama-tama dijelaskan mengenai pengenalan karakteristik jenis satwa unggas/ burung dan amphibi serta reptil. Ciri-ciri hewan burung adalah bahwa ia satu-satunya makhluk yang memiliki bulu, berparuh (bukan gigi), memiliki tembolok, berdarah panas, dan memiliki sisik pada bagian kaki.
Sebelum pengamatan dimulai, para peserta mendapat briefing singkat yang dipandu oleh rekan TrasHi, jurusan Biologi Universitas Nasional, sebagai fasilitator. Pertama-tama dijelaskan mengenai pengenalan karakteristik jenis satwa unggas/ burung dan amphibi serta reptil. Ciri-ciri hewan burung adalah bahwa ia satu-satunya makhluk yang memiliki bulu, berparuh (bukan gigi), memiliki tembolok, berdarah panas, dan memiliki sisik pada bagian kaki.
Sedangkan jenis herpetofauna sendiri memiliki perbedaan utama antara amphibi dan reptil, yang terletak pada perkembangan embrio. Reptil seperti juga burung, dan mamalia memiliki telur amniota, yang berarti embrio dilindungi oleh membrane embrio yang disebut sebagai amnion. Amnion berkembang awal pada embrio, dan berfungsi sebagai lapisan cairan pelindung yang menutup embrio dalam rongga embrionik. Amniota tumbuh dalam ‘kolam di bagian dalam” dari amnion dan tidak memerlukan sumber air bagian luar.
Di lain sisi, amphibi tidak memiliki amnion dan disebut anamniota. Perbedaan amphibi dan reptil yang kedua terletak pada kulit. Bagian terluar (integument) kulit reptil ditutupi oleh sisik, sementara amfibi memiliki kulit dengan permeabelitas tinggi dan memiliki kelenjar.
Nah, satwa apa saja yang berhasil diamati?
Spesies unggas yang berhasil didokumentasikan oleh sahabat Trashi cukup beragam, diantaranya : Undan Kacamata Pelecanus conspicillatus, Blekok Sawah Ardeola speciosa, Betet Biasa Psitacula alexandri, Elang Laut Kepala Kelabu Thalassarche chrysostoma , Elang Laut Perut Putih Haliaeetus leucogaster, Elang Bondol Haliastur indus.
Lalu ada juga jenis Bangau Tong-Tong Leptopilos javanicus, Julang Emas Aceros undulatus, Rangkong Besar Buceros bicornis, Burung Hantu Ketupa ketupu, Burung Hantu Ikan Ketupa zeylonensis, Merak Hijau Pavo muticus, Kowak Malam Abu Nycticorax nycticorax, serta jenis reptil seperti Biawak Salvator Varanus salvator, Kadal Lidah Biru Tiliqua gigas.
Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama berbagai pihak, yaitu komunitas Jakarta Green Monster, Teens Go Green, Kehati. Menurut Abigail, salah seorang fasilitator kegiatan ini, pengamatan burung dan herpetologi bertujuan untuk memberikan pemahaman lingkungan kepada generasi muda akan pentingnya peran burung dalam siklus ekologi. Mulai sejak membantu penyebaran biji tumbuhan sampai membantu penyerbukan serbuk sari tanaman. Lainnya berupa alasan estetika (keindahan) baik dari bentuk fisik (warna bulu) dan juga kicauannya.
Perwakilan sahabat TrasHi, Hendra M. Aquan berpendapat “Konsep learning by doing ini, dirasakan lebih efektif daripada hanya mempelajari keanekaragaman satwa liar pada materi yang diajarkan di sekolah. Kami berharap gema gerakan cinta lingkungan ini dapat lebih digaungkan oleh para remaja, khususnya siswa-siswi yang masih dalam usia sekolah”.
Acara diakhiri dengan sharing pengalaman peserta selama pengamatan yang telah dilakukan. “Hasil pengamatan para peserta pada kegiatan ini akan secara serius di follow up melalui pendokumentasian seperti pembuatan modul yang dibuat ala anak remaja” tutup Hendra
Hmm...semoga kegiatan bertema lingkungan ini dapat menjadi motor penggerak kegiatan menarik dan unik yang tetap mengusung tema pelestarian lingkungan di masa depan ya, teman? Amin.... (Asqarini - Sahabat TRASHI)
Lalu ada juga jenis Bangau Tong-Tong Leptopilos javanicus, Julang Emas Aceros undulatus, Rangkong Besar Buceros bicornis, Burung Hantu Ketupa ketupu, Burung Hantu Ikan Ketupa zeylonensis, Merak Hijau Pavo muticus, Kowak Malam Abu Nycticorax nycticorax, serta jenis reptil seperti Biawak Salvator Varanus salvator, Kadal Lidah Biru Tiliqua gigas.
Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama berbagai pihak, yaitu komunitas Jakarta Green Monster, Teens Go Green, Kehati. Menurut Abigail, salah seorang fasilitator kegiatan ini, pengamatan burung dan herpetologi bertujuan untuk memberikan pemahaman lingkungan kepada generasi muda akan pentingnya peran burung dalam siklus ekologi. Mulai sejak membantu penyebaran biji tumbuhan sampai membantu penyerbukan serbuk sari tanaman. Lainnya berupa alasan estetika (keindahan) baik dari bentuk fisik (warna bulu) dan juga kicauannya.
Perwakilan sahabat TrasHi, Hendra M. Aquan berpendapat “Konsep learning by doing ini, dirasakan lebih efektif daripada hanya mempelajari keanekaragaman satwa liar pada materi yang diajarkan di sekolah. Kami berharap gema gerakan cinta lingkungan ini dapat lebih digaungkan oleh para remaja, khususnya siswa-siswi yang masih dalam usia sekolah”.
Acara diakhiri dengan sharing pengalaman peserta selama pengamatan yang telah dilakukan. “Hasil pengamatan para peserta pada kegiatan ini akan secara serius di follow up melalui pendokumentasian seperti pembuatan modul yang dibuat ala anak remaja” tutup Hendra
Hmm...semoga kegiatan bertema lingkungan ini dapat menjadi motor penggerak kegiatan menarik dan unik yang tetap mengusung tema pelestarian lingkungan di masa depan ya, teman? Amin.... (Asqarini - Sahabat TRASHI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar