Senin, 11 April 2011

Smile and Energy to Tohoku

Bersama TRASHI semua orang berbagi semangat dan energi positif
Aksi Komunitas Parkour Jakarta
Sabtu, 2 April, 2011. Saat itu mentari bersinar cukup terik, baru saja sampai di shelter busway Kota, setelah berjuang berdesak-desakan dengan penumpang bus Transjakarta dari arah Senen-Harmoni, Harmoni-Kota.

Pukul 14.45 WIB,
Panas…! yah itulah tipikal siang hari di Jakarta, selain macet, lalu lintas yang kuperhatikan saat itu tak pernah… ah tak perlulah dibahas! Meski begitu, Jakarta tetaplah Ibu kota tercinta, terlepas dari segala kekurangannya, Jakarta is still the capital city of Indonesia, my beautiful and amazing country.

Tujuanku adalah Lapangan Museum Jakarta, atau biasa dikenal dengan sebutan Museum  Fatahillah. Kutelusuri jalan, melewati Museum Bank Indonesia, memang sekitar bulan Maret hingga Mei 2011 ini, Museum Fatahillah mengadakan acara bertajuk Mystery Batavia bekerjasama dengan British Council. Bangunan yang dulunya merupakan Kantoor Governor Batavia (Kantor Gubenur Batavia) ini dikunjungi oleh banyak orang yang seakan membanjiri lapangan. Tak hanya anak-anak, remaja, para penjual kaki lima, turis asing, mahasiswa, seniman tradisional,  pasangan muda-mudi dan juga orang tua  semua berkumpul .

Sejak pukul 11.00 -16.00, para anggota dan ‘undangan’ dari Transformasi Hijau (TRASHI) telah beraktivitas di Museum Fatahilah, Kota. Diiringi dengan suara gendang dari penampilan kuda lumping, dan aksi cambuknya, terlihat beberapa remaja berfoto membawa tulisan yang bersifat memberikan semangat dan dukungan moral yang diperuntukkan bagi para korban gempa, Tsunami dan Krisis Nuklir di Tohoku, Jepang, tulisan yang terlihat seperti : Ganbatte! Keep your smile and spirit Japan our pray with you!,Ganbare Nihon, dan Donate your Smile for Japan, dll.
Penampilan lagu dari pengamen remaja yang menyanyikan lagu Aishiteru dari grup band Zivilia dan lagu pembuka Doraeman yang dibawakan oleh mahasiswa FIB Sastra Belanda Universitas Indonesia, serta ratusan foto-foto menarik dan lucu dari banyak peserta, Komunitas Parkour Indonesia, memeriahkan aksi kemanusiaan ini.

Kegiatan  fun dan juga bikin hati terharu biru ini mengusung tema :
“Mari Berbagi Semangat dan Energi untuk Saudara kita di Tohoku!!”

Putri Ayusha, seorang sahabat dari  Transformasi Hijau, berbagi cerita bahwa inisiatif kegiatan humanis ini berasal dari rekan-rekan di Osaka, Jepang, yang pernah melakukan kegiatan voluntary lingkungan hidup di Indonesia beberapa waktu yang lalu. Pesan yang ingin disampaikan adalah adanya bentuk kepedulian masyarakat dunia dalam hal ini warga Jakarta / Indonesia yang memiliki ikatan emosional dengan Jepang, karena pernah mengalami bencana Tsunami di Aceh pada 26 Desember, 2004 lalu.

Bersama TRASHI kami semua mendonasikana foto dan rekaman video aksi seni anak Indonesia. Video unik, lucu dan kreatif ini didokumentasikan untuk kemudian dikirimkan langsung ke Jepang untuk dipertontonkan kepada para korban di barak-barak penampungan dengan harapan minimal dapat mengembalikan senyum keceriaan warga Jepang seperti sebelum terjadinya bencana gempa dan Tsunami tanggal 11 Maret 2011 lalu.

“Ini dilakukan sebagai program trauma healing ,bagi para korban! Mengapa didokumentasikan  dengan tema kreatif, unik dan lucu tanpa bermaksud negatif? karena ingin mempertahankan identitas humor ala penduduk Osaka, Jepang!”  lanjut Putri.

Hendra M. Aquan yang juga rekan dari TRASHI, menyebutkan bahwa respon yang diberikan temen-teman sangat luar biasa !Mereka  sukarela dan tulus ikut berpartisipasi aktif. Sebagian besar  berasal dari latar belakang yang beragam seperti siswa/i  SMK 56, SMA 17, SMA 32,dll.

Sesi yang istimewa bagiku adalah saat pendokumentasian deklamasi puisi. Aku mendapat kehormatan untuk membaca puisi tepat di depan lapangan Fathillah, sementara shooting video sendiri dibantu oleh rekan- rekan dari Universitas Multimedia Nusantara, Serpong.  Judul puisi yang baru saja  dibuat pada pagi hari tanggal 2 April jam 9.00 wib ini adalah :“The Nami of Love” atau dalam bahasa Indonesia memiliki arti: “Gelombang Kasih”.

Puisi ini kutulis dalam bahasa Inggris, diselingi dengan sedikit bahasa Indonesia dan Jepang. Proses menulis puisi mengalir begitu cepat, tak lebih dari 15 menit kutulis dalam kertas buram, untuk kemudian kuketik dan prit-out setelahnya.

Hari semakin sore, angin berhembus sepoi-sepoi, sinar mentari tak lagi menyengat, Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan moral dari Indonesia kepada para korban bencana di Jepang. Selain kagum dengan konsep inisiatif ini, kita semua berharap kegiatan ini dapat menginspirasikan berbagai pihak, khususnya generasi muda untuk lebih peduli dan tetap  ekspresif menyampaikan ide-ide kreatifnya secara positif! Tentu saja guna tetap menjaga jalinan persahabatan yang telah dibina selama ini dengan Jepang!

Hari yang sangat menyenagkan, pengalaman yang berharga, kami semua cinta Jepang. Semoga Negara Sakura ini dapat bersemi kembali.Ganbare Nihon! Aishiteru!! (Asqarini - Sabahat TRASHI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar