Kamis, 22 Agustus 2013

Jejak Sampah Jakarta di Kepulauan Seribu

Ikan ini mengira sampah plastik adalah makanan 
Data jumlah timbulan sampah Jakarta menunjukkan bahwa dalam sehari kita menghasilkan sampah sebanyak 29.000 meter kubik. Dalam tempo dua hari saja, warga Jakarta bisa membangun Candi Borobudur dari sampah kotanya. Ini merupakan fakta yang tidak bisa kita pungkiri.

Timbulan sampah tersebut, sejatinya jika dapat dikelola dengan baik tentu tidak akan menimbulkan masalah di lingkungan. Fakta di lapangan menunjukkan hal sebaliknya. Dari kegiatan Trash Buster pada 23 Juni 2013 lalu, peserta aksi bersih sampah di Suaka Margasatwa Muara Angke mampu mengumpulkan 1,46 ton sampah. Sampah yang sebagian besar merupakan sampah rumah tangga tersebut, terdiri dari plastik kemasan, styrofoam hingga kasur.

Sampah yang berada di SMMA masuk ke dalam kawasan melalui aliran Kali Angke yang berada tepat di samping kawasan. Pada jam-jam tertentu di pagi dan sore hari, saat warga membuang sampah, bisa kita lihat aliran sampah mengalir di permukaan Kali Angke. Jika kondisi air pasang, sebagian ada yang masuk ke dalam kawasan hutan mangrove. Sisanya, akan mengalir dengan bebasnya ke Teluk Jakarta.

Kali Angke adalah salah satu sungai dari 13 sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta. Sampai saat ini dipercayai, jumlah sampah yang masuk ke Teluk Jakarta mencapai 100 ton. Jumlah yang sangat banyak tentunya. Sampah tersebut sebagian besar merupakan sampah anorganik yang susah terurai oleh linkungan.

Sampah yang mengalir ke Teluk Jakarta tersebut akan memberikan dampak yang luar biasa pada kelestarian ekosistem laut Kepulauan Seribu. Sampai saat ini kita bisa menemukan jejak sampah Jakara sudah masuk hingga zona inti Taman Nasional Kepulauan Seribu. Sampah Jakarta tersebut sudah melintas sejauh 70 Kilometer. Bayangkan untuk pulau-pulau yang berada tidak jauh dari muara sungai di Jakarta, Bekasi dan Tangerang. Berapa banyak jumlah sampah yang terdampar di dasar lautnya, atau yang mengotori pantainya.

Dari hasil pengamatan bawah laut, sampah yang sebagian besar plastik tersebut banyak menyebabkan kerusakan ekosistem bawah air. Banyak lilitan sampah plastik di sekitaran terumbu karang. Jika terumbu karang rusak, maka bisa dipastikan jumlah ikan pasti menurun.

Sampah dan perilaku manusia ini masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi warga kota Jabodetabek. Kita harus mencari jalan keluar yang terbaik agar mahluk hidup lain tidak terancam dengan keberadaan sampah kita di lingkungan. Apakah rekam jejak sampah kita sudah bersih? Atau justru kita menjadi penyumbang sampah kemasan plastik yang merusak terumbu karang Kepulauan Seribu. (Hendra Aquan - TRASHI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar