Rabu, 15 Februari 2012

Bahagia dengan sederhana: sisi belakang rumah

Adalah sebuah berkah tersendiri jika kami mendapatkan sebuah rumah-huni sementara yang memiliki halaman belakang, meski tidak terlalu luas. Ah, jangan bayangkan halaman belakang yang tertata rapi luar biasa dengan air mancur bertingkat, lampu taman, atau tempat minum burung. Teras belakang rumah kami dipenuhi dengan barang-barang yang tak terpakai atau belum dipakai; alat pel, ember cucian, kandang ayam dan burung yang dibiarkan kosong bertahun-tahun kemudian diisi saja dengan botol-botol bekas, ember bocor, pagar rusak, dan sebagainya.
Tapi seperti biasa. Tentu ini juga adalah sebuah pilihan; apakah membiarkannya terbengkalai begitu saja sampai ditumbuhi semak belukar dan rumput tinggi-tinggi, melakukan perombakan dengan mengaspalnya dan menjadikan halaman belakang itu sebagai tempat jemuran sekaligus tempat parkir sepeda motor, atau menanaminya dengan berbagai tumbuhan.
Syukur, pilihan kami 12 tahun lalu adalah yang terakhir disebutkan, mengingat pengertian “nikmat” bagi kami sejak dulu adalah sebuah kesederhanaan makan di rerumputan atau di bawah pohon alias ruang terbuka.

Bagi kami, terutama pasukan sepupu, halaman belakang menjadi tempat favorit untuk sekedar duduk-duduk saja. Tempat kami menyapu atau memunguti daun yang berjatuhan, tempat kami bermain, dan tempat kami melahap makanan yang semuanya kami keluarkan dari dalam rumah; biasanya berupa tahu dan tempe goreng, jeruk, keripik, peyek, kue sisa lebaran, ataupun risol pemberian tetangga.
serbuan besar-besaran
Kadang kami melakukan rencana untuk membuat pesta kebun kecil. selengkapnya...


diambil dari blog Yulia Endah S.; rumahijaubelokiri.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar