Diskusi Pengelolaan Sumber daya air bersama IOFC Indonesia dan penggiat Komunitas Ciliwung |
Bertempat di Markas Berkarya Initiative of Change Indonesia (IOFC Indonesia) di daerah Pisangan Ciputat pada Sabtu lalu (18/02/12) telah diadakan sesi tukar pengalaman kegiatan Komunitas Ciliwung dalam pengelolaan sumber daya air. Sumber daya air seperti sungai merupakan bagian yang penting dalam peradaban manusia. Beragam jenis kepentingan dan pihak merasa memiliki kepentingan atas ketersediaan air dan kelestarian sungai.
Sebagai contoh, kasus yang terjadi di Ciliwung. Sungai ini mengalir dari Bogor hingga Jakarta. Warga Jakarta yang berada di hilir sungai, tentu memiliki hak dan kepentingan atas Ciliwung yang bersih dari sampah dan tidak banjir saat hujan. Jika dirunut, banyak aliran sampah yang menyebabkan pendangkalan Ciliwung tidak hanya terjadi di Jakarta saja, tapi sudah dimulai dari Bogor.
Warga Jakarta dan Bogor sama-sama memiliki hak dan kepentingan atas air Ciliwung. Tapi ketika sampah warga Bogor masuk ke Ciliwung dan mengalir ke Jakarta, tentu yang dirugikan adalah warga Jakarta. Dalam hal ini, perlu ada kompromi dan negosiasi antar kelompok pengguna air di Bogor dan Jakarta.
Kompromi dan negosiasi ini bisa terlihat dari kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas Ciliwung di hulu dan hilir. Upaya mengangkat kepentingan bersama pada air Ciliwung yang bersih dilakukan dalam berbagai bentuk kampanye lingkungan yang tidak hanya wacana saja tapi sudah berupa aksi nyata setiap hari.
"Saya ngangkutin sampah di Ciliwung setiap hari bersama teman-teman saya di Bojonggede" ujar Hasanudin saat berbagi pengalaman kegiatan Komunitas Ciliwung Bojonggede melakukan aksi penyelamatan Ciliwung. "Saya ngangkat sampah di Ciliwung ini secara sukarela. Tidak ada yang nyuruh dan tidak dibayar. Karena saya pengen melihat Ciliwung yang bersih seperti ketika saya kecil dulu" tambah Hasanudin.
"Apa yang dilakukan oleh Komunitas Ciliwung ini merupakan upaya mandiri masyarakat yang sudah resah dengan kondisi sungai yang semakin lama justru semakin rusak" jelas Rita Mustikasari seorang penggiat Telapak. Gerakan pelestarian sungai secara mandiri ini muncul karena warga melihat pemerintah sudah tidak mampu lagi mengatasi masalah yang terjadi. Kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di DAS Ciliwung saja, tapi juga ada di DAS Brantas, Lamasi dan Serayu. Usaha perlindungan sungai secara aktif oleh masyarakat yang berada dekat dengan wilayah DAS tersebut adalah bukti bahwa tanpa pemerintahpun masyarakat sebenarnya sudah mampu mengelola sumber daya air mereka masing-masing jelas Rita pada sesi diskusi ini.
Pesan yang ingin disampaikan dari kegiatan Komunitas Ciliwung ini adalah jangan mengotori sungai bagian hulu karena di Jakarta masih banyak orang yang memerlukannya. Aksi yang dilakukan pun cukup sederhana, hanya bermodalkan karung dan tangan. Sampah yang setiap hari menyangkut di tepian diangkut ke darat untuk kemudian dipisahkan dan yang masih bisa dijual akan dikumpulkan oleh pengumpul sampah.
"Sampah sebenarnya tidak harus menjadi masalah di Ciliwung jika kita sudah memilah sampah di rumah. Sampah tidak lagi dibuang tapi dikumpulkan. Kami saat ini sudah bekerjasama dengan Komunitas Ciliwung untuk mengumpulkan sampah layak jual dari sungai" tambah Achmad Fadilah dari Green Camp Halimun. Apa yang kami lakukan ini adalah bentuk dukungan pada Komunitas Ciliwung yang sudah berinisiatif untuk membersihkan sampah dari sungai. Dari pada sampah membuat Ciliwung rusak lebih baik sumbangkan sampah Anda ke Green Camp dan kami akan mengelolanya secara ramah lingkungan tutup Achmad Fadilah. (Hendra Aquan - Transformasi Hijau)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar